Sosok Prof Koentjoro, Mantan Guru Besar UGM Sebut Jokowi Pembohong Tapi Yakin Ijazahnya Asli

Prof Koentjoro Menyatakan Jokowi Pembohong, Tapi Ijazahnya Asli
Dalam berbagai kesempatan, Prof. Drs. Koentjoro, mantan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), terang-terangan menyampaikan kritik terhadap Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi). Meski tidak setuju dengan sikap dan kebijakan Jokowi, ia tetap memastikan bahwa ijazah presiden tersebut asli.
Menurut Koentjoro, ia memiliki data, sejarah, serta pernyataan dari teman-teman Jokowi saat kuliah di UGM. Hal ini membuatnya yakin bahwa ijazah yang diperoleh Jokowi adalah asli. Ia menegaskan bahwa sebagai seorang guru besar, ia harus menjunjung kebenaran dan tidak akan pernah berbohong.
“Saya melihat itu asli dan sekali lagi, karena itu bukan hanya dari data, saya punya sejarahnya, datanya, dari dosen-dosennya, pernyataannya dia kuliah di sana, dari teman-temannya ada yang menyatakan seperti itu, kurang apalagi,” ujarnya.
Kritik Terhadap Kebijakan Jokowi
Meskipun mengakui ijazah Jokowi asli, Koentjoro tidak ragu untuk menyebut presiden tersebut sebagai pembohong. Dalam program ROSI di KompasTV, ia mengungkap beberapa kebohongan yang dilakukan Jokowi, salah satunya janji yang tidak dipenuhi setelah lengser dari kursi presiden.
“Dulu pada waktu dia mau lengser jadi presiden, dia mengatakan di mau tinggal di rumah, tidak mau jadi politisi. Tapi sekarang dia masih bicara di situ, semakin tidak konsisten,” katanya.
Koentjoro juga menyatakan ketidaksukaannya terhadap kebijakan Jokowi sejak lama. Pada tahun 2024, ia membaca petisi yang kemudian ramai dikutip dan menyatakan ketidakpuasan terhadap kebijakan presiden tersebut.
Aksi "Kampus Menggugat" dan "Petisi Bulaksumur"
Selama masa pemerintahan Jokowi, Koentjoro tidak segan melontarkan kritiknya melalui aksi "Kampus Menggugat", yang menjadi sorotan media pada tahun 2024. Aksi ini bertujuan untuk menegakkan etika dan konstitusi serta memperkuat demokrasi di Indonesia.
Bersama sivitas akademika UGM lainnya, Koentjoro juga turut serta dalam "Petisi Bulaksumur", sebuah gerakan yang diinisiasi para Guru Besar UGM untuk mengkritisi kondisi demokrasi menjelang Pemilu 2024.
Namun, ia merasa kecewa karena Petisi Bulaksumur tidak pernah didengar oleh Jokowi. “Yang terjadi adalah Pak Jokowi hanya menganggap yang kita lakukan itu adalah hak demokrasi dan tidak pernah didengarkan apa isi yang kami mau,” ujarnya dalam diskusi daring.
Kritik Terhadap Bansos Saat Kampanye Pilpres 2024
Koentjoro juga mengkritik pemberian bantuan sosial (bansos) selama masa kampanye Pilpres 2024. Menurutnya, bansos digunakan untuk memenangkan pasangan tertentu, sehingga memperkuat polarisasi masyarakat.
“Mereka yang tidak terdidik ini mudah dibodoh-bodohi dan kemudian diberi tekanan-tekanan kemudian diberi bansos,” imbuhnya.
Di sisi lain, Koentjoro menjelaskan bahwa Petisi Bulaksumur merupakan upaya untuk menjaga nama baik UGM. “Saya dua kali mengucapkan basmalah karena kami dengan kasih menyatakan itu, mengingatkan kepada Pak Jokowi. Kenapa? yang rusak semuanya UGM,” ujarnya.
Profil Prof Koentjoro
Melalui laman resmi UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D., Psikolog, dikenal sebagai sosok akademisi yang sangat berdedikasi dalam bidang psikologi. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman luas, ia telah memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu psikologi di Indonesia.
Koentjoro meraih gelar profesor pada tahun 2005 dengan pidato pengukuhan berjudul "Arti Penting Perubahan Paradigma dan Pendekatan dalam Pembelajaran dan Penerapan Psikologi Sosial di Indonesia". Sebelumnya, ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi UGM, lalu melanjutkan studi magister di LaTrobe University, Australia, dan doktor di bidang Social Work & Social Policy dari universitas yang sama.
Minat penelitiannya mencakup berbagai bidang dalam psikologi, seperti relasi sosial, psikologi pendidikan, community development, pembangunan dan perubahan sosial, kebencanaan, street children, drugs and prostitution, qualitative research, family psychology, forensik, dan psikologi seni & kebudayaan.
Selama menjadi dosen, Koentjoro mengampu beberapa mata kuliah penting seperti Metode Penelitian Kualitatif, Psikologi Perdamaian, Psikologi Hukum Forensik, Psikologi Seni, Psikologi Pemberdayaan Masyarakat, dan Psikologi Kebencanaan dan Krisis.
Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Guru Besar UGM 2018–2021. Setelah pensiun, Koentjoro bersama 13 dosen dan tenaga kependidikan lainnya mendapat Piagam dan Dana Kesetiakawanan dari Korps Pegawai Universitas Gadjah Mada (Korpagama).