Airlangga Bantah Data Ekonomi RI 5,12 Persen Kuartal II-2025 Di Manipulasi

Featured Image

Penyangkalan Menteri Koordinator Perekonomian terhadap Tuduhan Manipulasi Data Pertumbuhan Ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa tidak ada manipulasi data dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025. Pernyataan ini dilakukan sebagai respons terhadap dugaan yang muncul dari sejumlah ekonom mengenai angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu.

Dalam wawancara dengan wartawan, Airlangga menjawab singkat ketika ditanya tentang adanya dugaan manipulasi data. Ia menyatakan bahwa angka pertumbuhan ekonomi tersebut didasarkan pada berbagai indikator yang nyata dan valid. Menurutnya, peningkatan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh perbaikan daya beli masyarakat yang terlihat dari kenaikan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 menjadi 4,97 persen, naik sedikit dari kuartal sebelumnya yang mencapai 4,95 persen.

Konsumsi rumah tangga ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu sebesar 54,25 persen. Dari total pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 2,64 persen.

Selain itu, realisasi investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,99 persen, meningkat dari pertumbuhan sebelumnya yang hanya 2,12 persen. PMTB berkontribusi sebesar 27,83 persen terhadap pembentukan PDB, atau sekitar 2,06 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Transaksi penjualan eceran juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari peningkatan transaksi menggunakan uang elektronik sebesar 6,26 persen dan pertumbuhan belanja masyarakat di marketplace sebesar 7,5 persen secara kuartalan.

Mobilitas masyarakat juga meningkat selama kuartal II-2025. Tercatat peningkatan perjalanan wisnus sebesar 22,3 persen melalui berbagai moda transportasi seperti pesawat, kereta api, dan jalan tol. Sementara itu, perjalanan wisman tumbuh sebesar 23,32 persen.

Selain itu, jumlah lapangan pekerjaan yang tercipta antara Februari 2024 hingga Februari 2025 mencapai hampir 3,6 juta, menunjukkan adanya peningkatan stabilitas pasar tenaga kerja.

Kritik dari Kalangan Ekonom

Meski demikian, sejumlah ekonom menilai bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi riil perekonomian. Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menyatakan bahwa ada indikasi yang membuatnya meragukan keakuratan data BPS.

Menurut Bhima, pertumbuhan ekonomi yang dilaporkan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Salah satu contohnya adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya mencapai 4,97 persen. Ia menilai bahwa angka ini terlalu rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen, karena konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 54,2 persen terhadap PDB.

Selain itu, ia juga mempermasalahkan data industri pengolahan yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,68 persen, sementara PMI Manufaktur turun dari 47,4 menjadi 46,9 pada akhir Juni 2025. Menurut Bhima, hal ini menunjukkan ketidaksesuaian antara data BPS dan indikator lain yang lebih aktual.

Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda, juga menyampaikan pandangan serupa. Ia menyatakan bahwa data pertumbuhan ekonomi yang diumumkan penuh dengan kejanggalan dan tanda tanya. Ia tidak percaya bahwa data tersebut benar-benar mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya.