Ridho Herewila Melayani ODHIV di NTT dengan Cinta Tanpa Batas

Perjuangan dan Dedikasi dalam Penanggulangan HIV/AIDS di NTT
Setiap hari, rumah Ridho Herewila di Kupang menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh ODHIV (Orang dengan HIV/AIDS) dari berbagai daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai Ketua Independent Men of FLOBAMORA NTT (IMoF NTT), ia menunjukkan kepedulian yang luar biasa terhadap mereka. Dengan ketelatenan dan tanpa pamrih, Ridho memastikan bahwa setiap ODHIV menerima obat ARV (antiretroviral) yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik.
Ridho mengungkapkan bahwa banyak ODHIV datang dengan penuh kepercayaan, meskipun situasi mereka sangat sulit. Banyak dari mereka mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain, bahkan keluarga atau sahabat mereka sendiri. Ia merasa bahwa tugasnya adalah membantu mereka dengan penuh kasih dan pengertian. Baginya, ini bukan hanya pekerjaan, tetapi juga panggilan hidup yang telah ia jalani sejak tahun 2010.
Dalam perawatan tersebut, Ridho tidak hanya memberikan dukungan fisik seperti menyuapi dan memandikan, tetapi juga memberikan dukungan emosional. Ia berusaha memperkuat semangat para ODHIV agar tidak menyerah dan tetap konsisten dalam mengonsumsi obat ARV. Dengan demikian, kondisi mereka bisa stabil dan kembali ke tahap HIV terkontrol hingga akhirnya mencapai status undetectable, di mana virus tidak terdeteksi lagi melalui pemeriksaan viral load.
Ridho yakin bahwa semua usahanya tidak sia-sia. Baginya, setiap kehidupan bernilai dan setiap orang berhak hidup sehat serta bebas dari stigma. Ia berharap pemerintah dapat menjamin akses pengobatan ARV yang berkelanjutan dan merata. ARV bukan hanya obat biasa, tetapi merupakan obat esensial yang bisa menyelamatkan nyawa.
Namun, saat ini masih ada tantangan besar dalam distribusi obat ARV. Kekosongan obat sering terjadi, baik di tingkat kabupaten maupun kota. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan distribusi dari pusat atau provinsi ke daerah, kurangnya koordinasi antar fasilitas kesehatan, serta sistem stok obat yang belum efektif. Akibatnya, banyak ODHIV harus melakukan perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan obat.
Masalah ini memiliki dampak serius bagi kesehatan fisik dan mental ODHIV. Terputusnya konsumsi ARV dapat memicu resistensi obat, penurunan imunitas, hingga kematian. Di sisi lain, kecemasan dan rasa takut juga sering dialami oleh ODHIV karena ketidakpastian ketersediaan obat.
Selain itu, diskriminasi terhadap ODHIV masih marak terjadi, terutama di NTT. Di layanan kesehatan, beberapa tenaga kesehatan masih menunjukkan stigma terhadap ODHIV, terutama dari komunitas gay dan waria. Di masyarakat, ODHIV sering dijauhi atau dihindari, terutama di pedesaan akibat kurangnya edukasi publik. Di tempat kerja, beberapa ODHIV mengalami hambatan dalam mendapatkan pekerjaan atau promosi.
Ridho menegaskan bahwa HIV bukan akhir dari segalanya. Dengan pengobatan rutin dan dukungan sosial, ODHIV bisa hidup sehat, produktif, dan berkontribusi di masyarakat. Ia mengajak masyarakat untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV. Karena stigma dan diskriminasi adalah hambatan terbesar dalam upaya penanggulangan HIV.
Upaya KPA NTT dalam Penanggulangan HIV/AIDS
KPA NTT (Komite Penanggulangan AIDS) terus berupaya untuk menggandeng semua pihak dalam penanggulangan HIV/AIDS. Mereka melakukan berbagai upaya pencegahan dan edukasi tentang HIV/AIDS. KPA juga mendorong partisipasi masyarakat dan LSM dalam program penanggulangan HIV/AIDS.
Adrianus Lamury, Pengelola Program KPA NTT, menyampaikan bahwa KPA NTT mendorong terbentuknya 255 warga peduli HIV/AIDS di semua kabupaten/kota di NTT. Pihaknya juga melakukan pelatihan di sektor pendidikan sebagai agen perubahan. Jika ada daerah yang tidak memiliki LSM, KPA NTT akan memberikan pelatihan dan pendampingan secara mandiri.
Selain edukasi, KPA NTT juga mendorong adanya tes pada kelompok sasaran. Tes ini dilakukan untuk melihat jumlah virus dalam tubuh dan memastikan pengobatan rutin dapat dilakukan. Dengan pengobatan rutin, virus akan melemah dan risiko penularan pada orang lain bisa diminimalisir.
Adrianus Lamury menyebutkan bahwa semua program yang dilakukan diarahkan pada percepatan, meski anggaran masih terbatas. Inovasi menjadi alternatif, terutama dengan melibatkan berbagai pihak seperti Sentra Efata dan Dinas Sosial.
Data ODHIV di NTT
Hingga April 2025, KPA NTT mencatat ada 8.586 ODHIV di NTT. Jumlah ini termasuk orang dengan HIV/AIDS atau ODHA. Dari total tersebut, sebanyak 3.133 ODHIV sedang menjalani pengobatan atau terapi Antiretroviral (ART).
Berikut data ODHIV di berbagai kabupaten/kota di NTT:
- Alor: 388
- Belu: 775
- Ende: 210
- Flores Timur: 496
- Kota Kupang: 2.637
- Kabupaten Kupang: 200
- Lembata: 343
- Malaka: 134
- Manggarai: 480
- Manggarai Timur: 90
- Manggarai Barat: 226
- Nagekeo: 77
- Ngada: 86
- Rote Ndao: 73
- Sabu Raijua: 68
- Sikka: 639
- Sumba Barat: 116
- Sumba Barat Daya: 602
- Sumba Tengah: 48
- Sumba Timur: 282
- Timor Tengah Selatan: 396
- Timor Tengah Utara: 220
Sementara itu, jumlah ODHIV yang sedang menjalani pengobatan atau terapi ART adalah sebanyak 3.133 orang. Data ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan HIV/AIDS di NTT masih membutuhkan perhatian dan dukungan lebih lanjut dari berbagai pihak.