5 Fakta Menarik Film A Normal Woman: Perempuan dan Ekspektasi Sosial

Drama Psikologis yang Menggambarkan Keterjebakan Perempuan dalam Ekspektasi Sosial
Film "A Normal Woman" yang tayang di Netflix mulai hari ini, 24 Juli 2025, menawarkan kisah drama psikologis yang mengangkat isu perempuan yang terjebak dalam ekspektasi sosial. Dengan alur yang kompleks dan karakter-karakter yang kuat, film ini membuka wawasan tentang bagaimana norma-norma lama masih memengaruhi kehidupan perempuan di era modern.
Kisah "Seorang Perempuan Terjebak" yang Relevan di Era Modern
Sutradara Lucky Kuswandi menciptakan film ini berdasarkan fenomena "seorang perempuan terjebak". Bersama penulis naskah Andri Cung, ia ingin menyoroti bagaimana norma sosial yang usang masih membatasi perempuan meskipun dunia telah berkembang. Film ini adalah drama psikologis gotik yang menggambarkan bagaimana seorang perempuan bisa terkurung oleh ekspektasi masyarakat. Melalui cerita ini, penonton diajak untuk merenungkan dampak dari tekanan sosial terhadap kehidupan individu.
Representasi Milla melalui Penyakit Misterius
Tokoh utama dalam film ini, Milla (diperankan Marissa Anita), awalnya tampak memiliki hidup yang sempurna. Ia cantik, kaya, dan memiliki status sosial tinggi. Namun, di balik kemewahan itu, Milla menyimpan rahasia yang perlahan menjadi beban tak kasat mata. Tubuhnya mulai menunjukkan gejala penyakit misterius yang tidak diketahui penyebab pastinya. Ini menjadi simbol dari tekanan batin yang tidak terungkap.
Lucky Kuswandi menjelaskan bahwa penyakit ini merepresentasikan bagaimana tubuh bisa memberontak ketika seseorang hidup di lingkungan yang tidak normal dan jauh dari keaslian diri. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan kebutuhan emosional dan mental dalam kehidupan sehari-hari.
Desain Produksi yang Menciptakan Nuansa Dingin dan Terkekang
Untuk menciptakan nuansa dingin dan terkekang, setiap departemen produksi bekerja dengan intens. Departemen wardrobe menggunakan desainer high-end dan memilih warna-warna muted serta siluet yang tidak menonjol untuk pakaian Milla. Tujuannya adalah agar ia tampak menyatu dengan lingkungannya dan menampilkan kesan depresif.
Penata produksi, Teddy Kho, merancang seluruh set interior dari nol, menciptakan rumah megah yang terasa sunyi dan tidak ramah. Bahkan, rumah tersebut dirancang menyerupai penjara dengan garis vertikal yang kaku. Sinematografer Batara Goempar juga menerapkan pendekatan eksploratif dalam pemilihan lensa, pencahayaan, dan tone warna untuk membuat penonton merasakan tekanan batin Milla.
Pergulatan Angel dengan "Self-Image" dan Isu Body Positivity
Selain Milla, film ini juga menghadirkan tokoh Angel (Mima Shafa), putri Milla, yang menggambarkan karakter remaja perempuan yang sedang bergulat dengan citra dirinya sendiri. Mima Shafa, yang merupakan putri dari pasangan selebritis Mona Ratuliu dan Indra Brasco, merasa sangat terhubung dengan karakter Angel karena pengalamannya sendiri yang sering dibandingkan dengan ibunya yang dianggap memenuhi standar kecantikan Indonesia.
Sebagai pegiat kesehatan mental dan body positivity, Mima berharap melalui karakter Angel, penonton, khususnya remaja, bisa melihat bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mencari jati diri. Film ini juga mengajak penonton untuk menerima dan mencintai diri apa adanya.
Kritik Terhadap Ekspektasi Usang Perempuan dari Tiga Generasi
Film ini juga mengkritik ekspektasi usang terhadap perempuan melalui tiga generasi. Liliana, tokoh nenek, memegang teguh nilai-nilai tradisional di mana tugas istri adalah mengurus domestik, melayani suami, serta menjaga kehormatan keluarga. Konflik tidak hanya terjadi antara Liliana dan Milla, tetapi juga dengan cucunya, Angel, yang merupakan remaja vokal dan sadar akan isu kesetaraan gender.
Melalui ketiga karakter perempuan dari generasi berbeda ini, A Normal Woman membuka ruang percakapan tentang warisan norma sosial yang mungkin tidak lagi relevan. Film ini mengajak penonton untuk berefleksi tentang beban serta ekspektasi yang masih dilimpahkan kepada perempuan. Dengan demikian, film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pesan penting tentang pentingnya kebebasan dan kesadaran diri bagi perempuan di masa kini.