Anak Probolinggo Diduga aniaya dan Usir Ibu Kandung, Tak Menyesal

Anak Probolinggo Diduga aniaya dan Usir Ibu Kandung, Tak Menyesal

Wanita di Probolinggo Diduga Aniaya Ibu Kandung dan Mengusir ke Pinggir Jalan

Seorang wanita bernama Musrika dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, menjadi sorotan setelah diduga melakukan tindakan tidak manusiawi terhadap ibu kandungnya, Nortaji. Aksi tersebut terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial, menunjukkan Nortaji tertidur di pinggir jalan sawah di Desa Jambangan, Kecamatan Besuk.

Kasus ini telah mendapat perhatian dari pihak berwajib. Polres Probolinggo segera turun tangan untuk menyelidiki dugaan penganiayaan tersebut. Kasat Reskrim AKP Putra Fajar Adi Winarsa menjelaskan bahwa pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk perekam video yang disebut sebagai tetangga korban. “Langkah awal sudah kami lakukan. Kami juga akan meminta keterangan langsung dari korban yang kini berada di Panti Jompo Griya Lansia Malang,” ujarnya.

Selain itu, polisi kini sedang mencari keberadaan Musrika. Saat petugas mendatangi rumahnya, tidak ada penghuni yang ditemukan di lokasi kejadian. Dari hasil penyelidikan awal, terdapat indikasi adanya unsur pidana. Pihak kepolisian akan terus melakukan investigasi lebih lanjut sambil mencari solusi terbaik.

Konflik Berkepanjangan antara Ibu dan Anak

Menurut perangkat Desa Jambangan, Edy, konflik antara Nortaji dan Musrika telah berlangsung cukup lama. Bahkan, pemerintah desa bersama Dinas Sosial pernah mencoba melakukan mediasi, namun tidak berhasil menyelesaikan masalah. “Perseteruan ibu dan anak ini sudah terjadi sebulan lalu. Ibu Nortaji didorong dan diminta meninggalkan rumah oleh anaknya sendiri. Ia kemudian ditemukan tertidur di pinggir jalan,” jelas Edy.

Meski begitu, Edy juga menyampaikan bahwa Nortaji memang memiliki kebiasaan tidur di mana saja ketika merasa lelah atau mengantuk. Hal ini membuat warga sekitar bingung apakah tindakan Musrika adalah bentuk penganiayaan atau hanya kebiasaan Nortaji.

Pernyataan Mengejutkan dari Musrika

Dalam percakapan dengan Arief Camra, pendiri Griya Lansia Malang, Musrika secara terbuka menolak merawat sang ibu dan bahkan tidak ingin diberitahu jika ibunya meninggal dunia. “Saya ikhlas kalau ibu saya meninggal, tak usah dikabari,” kata Musrika dalam percakapan tersebut saat hendak membawa Nortaji ke panti jompo.

Pernyataan ini memicu amarah publik. Musrika menegaskan bahwa keputusannya sudah final dan ia tidak menyesal sama sekali. Tindakan ini menunjukkan sikap yang sangat tidak manusiawi terhadap orang tua yang telah melahirkan dan merawatnya.

Nasib Nortaji yang Menyedihkan

Nortaji diketahui memiliki tiga anak. Anak pertamanya tinggal tidak jauh dari lokasi, sedangkan anak keduanya merantau ke Bali. Nortaji sempat tinggal bersama anak sulungnya, namun kembali ke Jambangan karena rindu rumah. Sayangnya, hidup bersama anak bungsunya justru memperburuk nasibnya. Akhirnya, Nortaji dibawa ke Griya Lansia Malang oleh Arief Camra yang langsung memandikannya dan mengantar dengan ambulans.

“Kami akan merawat ibu Nortaji sampai akhir hayatnya. Sesuai ketentuan kami, keluarga yang menitipkan lansia tidak bisa lagi bertemu maupun dihubungi,” ujar Arief.

Video Penganiayaan Viral dan Respons Cepat dari Petugas

Warga sekitar, Ahmad Fauzi, mengonfirmasi bahwa kejadian penganiayaan tersebut sudah berlangsung sejak sebulan lalu namun baru viral belakangan ini. “Video diviralkan oleh petugas panti jompo setelah mendapat informasi dari tetangga korban,” jelas Fauzi.

Menurutnya, pemerintah desa memberikan izin kepada petugas panti untuk membawa Nortaji karena anaknya sudah tidak mau merawat maupun bertemu lagi. Kisah pilu ini mengundang reaksi luas dari warganet setelah diunggah ke TikTok pada Jumat (25/7/2025). Dalam video itu, tampak seorang wanita berbaju hijau mendorong ibunya yang sudah lanjut usia hingga jatuh. Pada klip lainnya, Nortaji terlihat tidur sendirian di pinggir jalan.

Video tersebut menuai simpati dan amarah netizen, mendorong pihak kepolisian untuk bertindak cepat dan memberikan pendampingan kepada korban.