Arah Gerak Wall Street Pekan Ini Diwarnai Ancaman Tarif Trump

Tenggat Waktu Tarif Global AS dan Dampaknya terhadap Pasar Saham
Pekan ini menjadi momen penting bagi pasar saham Amerika Serikat (AS) karena sejumlah agenda utama yang berpotensi memengaruhi volatilitas pasar. Salah satu isu utama adalah tenggat waktu kebijakan tarif global baru yang diperpanjang oleh Presiden AS Donald Trump hingga 1 Agustus 2025. Kebijakan ini berlaku bagi sejumlah mitra dagang, kecuali jika tercapai kesepakatan. Hal ini bisa memicu kenaikan ketidakpastian di pasar menjelang akhir pekan.
Selain itu, investor juga mengawasi beberapa agenda penting lainnya seperti pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve, laporan ketenagakerjaan bulanan AS, serta laporan keuangan dari perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, dan Amazon. Semua faktor tersebut bisa memengaruhi sentimen pasar.
Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments, menyatakan bahwa pasar akan menghadapi banyak hal yang harus dipahami dalam minggu ini. Ia menilai ekspektasi pasar saat ini lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan lalu. “Ini akan menjadi minggu besar lainnya untuk membuktikan apakah ekspektasi tinggi itu bisa terpenuhi,” ujarnya.
Indeks acuan S&P 500 terus mencetak rekor penutupan baru sepanjang pekan ini. Saham-saham AS telah pulih dari koreksi tajam setelah pengumuman tarif “Hari Pembebasan” Trump pada 2 April lalu memicu kekhawatiran resesi. Namun, kekhawatiran tersebut mulai mereda seiring penguatan pasar.
Sejak posisi terendah tahun ini pada awal April, S&P 500 telah melonjak 28%, sementara indeks teknologi Nasdaq Composite meningkat sebesar 38% dalam periode yang sama. Chris Galipeau, Senior Market Strategist di Franklin Templeton Institute, menilai bahwa pasar telah mengalami imbal hasil setara tiga tahun dalam waktu tiga setengah bulan. Menurutnya, pasar perlu mengonsolidasikan kenaikan ini.
Indikator volatilitas pasar juga menunjukkan penurunan signifikan. Cboe Volatility Index (VIX), yang sempat melonjak ke level 60 pada April, kini berada di bawah median jangka panjangnya di 17,6 sepanjang Juli. Pada Rabu lalu, VIX mencatat penutupan terendah dalam lima bulan.
Meski begitu, gejolak pasar masih muncul di beberapa sektor. Lonjakan tajam pada saham-saham dengan posisi short tinggi seperti Kohl's dan Opendoor Technologies menandakan potensi kembalinya fenomena “meme stock”, yang bisa mengindikasikan ekses antusiasme investor ritel terhadap risiko.
Sementara itu, reli pasar yang mencetak rekor turut mengerek valuasi saham ke level yang secara historis tergolong mahal. Rasio harga terhadap laba (P/E) S&P 500 saat ini berada di 22,6 kali, jauh di atas rata-rata jangka panjang sebesar 15,8. Hal ini membuat pasar rentan terhadap potensi kekecewaan minggu depan.
Tarif yang lebih tinggi terhadap Uni Eropa dan sejumlah negara lainnya akan mulai berlaku 1 Agustus, setelah sebelumnya Trump menangguhkan beberapa tarif timbal balik terberatnya pasca gejolak pasar pada April lalu. Kevin Gordon, Senior Investment Strategist di Charles Schwab, menyatakan bahwa ada keyakinan pasar bahwa pemerintah tidak akan seagresif ancaman mereka, karena efek yang terlihat pada April lalu. “Ujian berikutnya adalah melihat seberapa jauh ancaman itu benar-benar diwujudkan,” katanya.
Sentimen The Fed dan Laporan Ketenagakerjaan
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan Rabu mendatang, seiring para pejabat menunggu data lebih lanjut untuk melihat apakah tarif akan memperburuk tekanan inflasi sebelum memangkas suku bunga lebih lanjut. Namun, ketegangan antara Gedung Putih dan bank sentral mengenai arah kebijakan moneter meningkat. Trump berulang kali mengkritik Ketua The Fed Jerome Powell karena tidak menurunkan suku bunga. Dua gubernur Fed yang ditunjuk oleh Trump bahkan menyatakan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga bulan ini.
Pekan depan juga akan dipenuhi laporan keuangan perusahaan besar, termasuk Apple, Microsoft, Amazon, dan Meta Platforms—empat dari “Magnificent Seven” yang memiliki bobot besar terhadap indeks utama berkat kapitalisasi pasar yang masif. Hingga saat ini, sekitar 30% perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangannya. Menurut LSEG IBES, laba kuartal II/2025 diperkirakan naik 7,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, melampaui proyeksi awal sebesar 5,8% pada 1 Juli.
Pekan perdagangan akan ditutup dengan laporan ketenagakerjaan bulanan AS pada Jumat (1/8/2025). Berdasarkan data Reuters hingga Kamis, ekonomi AS diperkirakan menciptakan 102.000 lapangan kerja baru pada Juli, menurun dari 147.000 pada Juni. “Kita telah melihat data ekonomi yang relatif kuat, bahkan menunjukkan percepatan moderat pada Juni. Saya pikir pasar sudah mencerminkan hal tersebut dalam harga,” pungkas Miskin.