Asti Tertarik Lihat Pawai Cheng Ho

Perayaan Pendaratan Laksamana Cheng Ho di Semarang Menarik Banyak Peserta
Ribuan warga turut serta dalam arak-arakan memperingati pendaratan Laksamana Cheng Ho di Kota Semarang, pada hari Minggu (27/7/2025). Acara ini menjadi momen penting dalam rangka merayakan 620 tahun napak tilas perjalanan Laksamana Cheng Ho di kota tersebut. Tahun ini, jumlah peserta meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu, yang hanya diikuti delapan kelenteng.
Kali ini, sebanyak 15 kelenteng dari berbagai wilayah seperti Kudus, Surabaya, Malang, Bogor, dan Jakarta turut serta dalam kirab. Selain dari Semarang dan Ungaran (Kabupaten Semarang), partisipasi dari kelenteng-kelenteng lain menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap tradisi dan budaya yang diwariskan oleh Laksamana Cheng Ho.
Setiap kelenteng membawa kimsin atau rupang mereka sendiri. Beberapa dari mereka membawa rupang utama, sementara yang lain membawa satu set lengkap. Dalam acara ini, peserta juga membawa 15 tandu atau kio yang berisi kimsin Sampo Tay Djien, nama kebesaran dari Laksamana Cheng Ho.
Rute kirab dimulai dari Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, menuju Kelenteng Sam Poo Kong di Gedungbatu, Simongan. Jarak tempuhnya sekitar enam kilometer. Peserta melalui beberapa jalan seperti Gang Pinggir, Jalan Wotgandul Timur, Jalan Wotgandul Barat, Jalan Plampitan, Jalan Kranggan Barat, Jalan Depok, Jalan Pemuda, Jalan MGR Soegijapranata, Jalan Bojongsalaman, hingga akhirnya tiba di Kelenteng Sam Poo Kong.
Asti (23), seorang pengunjung yang baru pertama kali menghadiri acara ini, mengaku terkesan dengan festival ini. Ia juga baru kali pertama datang ke Kelenteng Sam Poo Kong. Asti, yang berasal dari Jambi, menyebutkan bahwa pengalamannya sangat menarik dan membuatnya merasa “waw” karena ketertarikan terhadap budaya lokal.
Senada dengan Asti, Rizki (23) juga mengaku tertarik untuk mengunjungi Kelenteng Sam Poo Kong. Ia mendapatkan informasi dari temannya yang tinggal di Semarang. Rizki mengungkapkan bahwa ia antusias menyaksikan kirab Cheng Ho selama liburan kuliahnya.
Ketua Perayaan, Santika, menjelaskan bahwa kirab berlangsung dari Kelenteng Tay Kak Sie ke Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Ia menyampaikan bahwa acara ini seperti anjangsana di Kelenteng Agung Sam Poo Kong.
Mulyadi Setiakusuma, Ketua Yayasan Sam Poo Kong Semarang, menjelaskan bahwa keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong tidak bisa dipisahkan dari sosok Laksamana Cheng Ho. Menurutnya, Cheng Ho diperkirakan pernah berlabuh di Semarang lebih dari 600 tahun silam. Kelenteng ini menjadi petilasan untuk menghormati jasa-jasa Cheng Ho selama berlabuh dan menjalin hubungan dengan masyarakat lokal.
Mulyadi menambahkan bahwa jejak peninggalan Cheng Ho tidak hanya terlihat dalam sejarah, tetapi juga dalam warisan budaya yang masih hidup hingga kini. Salah satunya adalah makanan khas Semarang, yaitu lumpia, yang bahan utamanya adalah rebung dan menjadi simbol asimilasi budaya yang terjadi sejak masa kedatangan Cheng Ho.
Lebih lanjut, Mulyadi menilai bahwa akulturasi budaya yang dibawa oleh Cheng Ho justru memperkuat persatuan masyarakat Semarang. Keberagaman yang ada tidak memecah-belah, melainkan mempersatukan dan memperkaya karakter kota. Menurutnya, Semarang menjadi salah satu kota dengan toleransi yang sangat baik, yang menjadi kekuatan ekonomi dan sosial.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti, menyatakan komitmennya untuk mendukung perayaan yang lebih besar pada 2026. Ia berharap Festival Cheng Ho 2026 akan lebih hebat dan memiliki daya tarik yang kuat.