DPR: Perang Thailand-Kamboja Ancam Stabilitas ASEAN

Featured Image

Perang Thailand-Kamboja Memicu Kekhawatiran di Kawasan ASEAN

Sejumlah pihak di kawasan Asia Tenggara mulai memperhatikan situasi yang terjadi antara Thailand dan Kamboja. Wakil Ketua Komisi I DPR, Sukamta, menyampaikan kekhawatirannya mengenai dampak konflik yang sedang berlangsung. Menurutnya, perang ini bisa melemahkan stabilitas kawasan ASEAN yang selama ini menjadi poros penting dalam kerja sama regional.

Sukamta menilai bahwa peningkatan konflik bersenjata akibat sengketa wilayah di sekitar kuil suci Preah Vihear dapat berdampak pada kesejahteraan negara-negara anggota ASEAN. Jika konflik semakin membesar, ada potensi adanya pengungsi atau perdagangan senjata melalui wilayah negara ketiga. Hal ini bisa memicu ketidakstabilan di kawasan yang telah lama menjalin hubungan kerja sama.

ASEAN merupakan wilayah strategis yang memiliki potensi besar di bidang ekonomi dan sumber daya manusia. Namun, dengan adanya konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja, Sukamta khawatir kondisi ini akan berdampak pada kestabilan kawasan. Ia juga menyebut kemungkinan konflik ini berkembang menjadi perang proksi, di mana dua negara tersebut mengerahkan pihak ketiga termasuk negara lain di ASEAN untuk mencapai tujuan strategis.

Pentingnya Kerja Sama Regional

Untuk mencegah eskalasi konflik, Sukamta menilai bahwa penguatan kerja sama di kawasan regional sangat penting. Ia berharap pemerintah Indonesia dapat proaktif dalam mendorong perdamaian antara Thailand dan Kamboja. Hubungan baik Indonesia dengan kedua negara bisa dimanfaatkan sebagai jembatan untuk proses perdamaian.

Selain itu, Indonesia juga bisa mendorong adanya pertemuan tingkat ASEAN untuk membahas secara khusus upaya perdamaian antara Thailand dan Kamboja. Meskipun Indonesia tidak berbatasan langsung dengan kedua negara yang sedang berkonflik, partisipasi Indonesia dalam menurunkan ketegangan menjadi krusial agar terjadi gencatan senjata.

Sejarah Konflik dan Optimisme Sukamta

Menurut sejarah, konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja sering berujung pada perdamaian. Sukamta optimistis bahwa proses perdamaian untuk konflik saat ini juga akan mudah diwujudkan. Ia berargumen bahwa baik Thailand maupun Kamboja tentu tidak ingin ada korban jiwa bertambah serta sektor ekonomi terpukul akibat perang.

Sebelumnya, pada 24 Juli 2025, pertempuran meletus di sekitar Candi Prasat Ta Moan Thom di Provinsi Surin, Thailand. Wilayah ini telah menjadi titik ketegangan sejak lama, dan situasi kembali memanas setelah seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden bersenjata. Baku tembak kali ini melibatkan senjata berat, roket, dan jet tempur dari kedua pihak.

Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja memulai provokasi dengan menerbangkan drone pengintai. Dalam responsnya, militer Thailand meluncurkan serangan udara yang melibatkan enam jet tempur F-16. Serangan itu menghantam dua target militer di dalam wilayah Kamboja.

Baku tembak tersebut menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai 46 lainnya. Jumlah korban tewas di kedua belah pihak kini mencapai 32 orang, seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut mungkin akan terjebak dalam konflik yang berkepanjangan.