Fed Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga Bulan Ini Meski Sinyal Pemangkasan Meningkat

Featured Image

Kondisi Kebijakan Suku Bunga di AS

Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan digelar pada 29-30 Juli 2025, para pejabat The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan. Meski demikian, adanya perdebatan yang semakin tajam dalam pertemuan tersebut dinilai dapat memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga pada musim gugur mendatang.

Ketua The Fed, Jerome Powell, berada di bawah tekanan besar dari Presiden AS Donald Trump dan pendukungnya untuk segera menurunkan biaya pinjaman. Powell juga dihadapkan dengan penolakan dari sejumlah pejabat bank sentral yang ingin menjaga kondisi pasar tenaga kerja yang mulai melambat.

Meskipun tidak ada perubahan suku bunga yang diharapkan usai pertemuan dua hari tersebut, ekonom senior Wells Fargo, Sarah House, menyebut adanya indikasi bahwa pasar sedang berada di titik balik dalam arah kebijakan. Namun, mayoritas anggota komite masih berhati-hati terhadap potensi tekanan inflasi akibat tarif impor.

Pernyataan hasil rapat akan dipublikasikan pada Rabu (30/7/2025) pukul 14.00 waktu Washington, disusul konferensi pers oleh Powell 30 menit kemudian. Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga kemungkinan besar akan terjadi pada rapat berikutnya di bulan September.

Perbedaan Pendapat di Kalangan Pejabat The Fed

Beberapa analis memprediksi adanya perbedaan pendapat (dissenting voice) dari Gubernur Fed Christopher Waller dan Wakil Ketua Pengawasan Michelle Bowman, dua pejabat yang diangkat oleh Trump dan secara terbuka menyuarakan kekhawatiran bahwa suku bunga saat ini terlalu tinggi di tengah risiko pelemahan pasar kerja.

Waller sebelumnya telah memberi sinyal kemungkinan perbedaan pendapat awal bulan ini, dengan menyatakan bahwa The Fed seharusnya segera bertindak untuk mendukung pasar tenaga kerja yang ada di ujung tanduk. Sementara itu, Bowman pada Juni lalu juga mengatakan dirinya dapat mendukung pemangkasan suku bunga jika tekanan inflasi tetap lemah.

Jika Waller dan Bowman sama-sama melakukan dissent, maka ini akan menjadi kali pertama dua gubernur Fed tidak sejalan sejak 1993. Waller sendiri disebut-sebut sebagai salah satu kandidat pengganti Powell saat masa jabatannya berakhir pada Mei mendatang.

Namun, beberapa pihak menilai perbedaan suara ini lebih bernuansa politis ketimbang teknis. Michael Feroli, Kepala Ekonom AS di JPMorgan Chase & Co., dalam catatannya menyebut dissent ganda lebih merupakan uji panggung untuk posisi Ketua The Fed dibanding cerminan kondisi ekonomi.

Proyeksi Inflasi dan Kebijakan Tarif

Ekonom KPMG, Diane Swonk, menilai dissent menjadi hal lazim menjelang perubahan arah kebijakan. "Perbedaan pandangan memang wajar muncul saat The Fed mendekati keputusan untuk memangkas suku bunga, apalagi dengan ketidakpastian tinggi soal dampak tarif," jelasnya.

Saat Waller dan Bowman menitikberatkan mandat lapangan kerja, sebagian besar pejabat Fed lainnya masih fokus pada inflasi. Ketidakpastian terkait dampak tarif terhadap harga juga tercermin dari proyeksi yang dirilis Juni lalu, di mana 10 dari 19 pejabat mengusulkan dua kali pemangkasan suku bunga, sementara 7 lainnya tidak mengusulkan pemangkasan sama sekali.

Laporan inflasi terbaru menunjukkan adanya kenaikan harga pada sejumlah barang yang terdampak tarif, seperti mainan dan peralatan rumah tangga. Namun, inflasi inti naik di bawah ekspektasi untuk bulan kelima berturut-turut pada Juni, mengindikasikan tekanan harga belum menyebar luas.

Prediksi dan Tantangan Masa Depan

John Briggs, Kepala Strategi Suku Bunga AS di Natixis North America, mengatakan bahwa pasca lonjakan inflasi akibat Covid-19, beberapa pejabat Fed lebih berhati-hati karena dampak tarif mungkin butuh waktu lebih lama untuk muncul.

"Masalahnya, The Fed jadi terus menunda pengambilan keputusan karena data yang belum jelas," katanya. Natixis memproyeksikan The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada Oktober dan melanjutkan penurunan bertahap sebesar 25 bps hingga Juni 2026.

Tekanan Politik dan Konferensi Pers Powell

Dalam konferensi persnya, Powell hampir pasti akan mendapat pertanyaan soal tarif dan inflasi. Dia diperkirakan tetap berhati-hati dan kembali menekankan komitmen The Fed terhadap stabilitas harga, mengingat inflasi masih berada di atas target 2%.

Namun, Powell juga dapat mengakui bahwa sejumlah data ekonomi yang lebih baik dari perkiraan serta tercapainya kesepakatan dagang baru telah mengurangi risiko skenario terburuk untuk inflasi, membuka peluang pemangkasan suku bunga pada September.

Menjelang rapat berikutnya pada 16–17 September, para pengambil kebijakan akan memiliki dua laporan ketenagakerjaan tambahan, serta data baru terkait inflasi, belanja, dan sektor perumahan.

Menurut Andrzej Skiba dari RBC Global Asset Management, data tambahan tersebut dapat membuka jalan bagi penurunan suku bunga, kecuali terjadi lonjakan tarif yang agresif atau inflasi naik secara tak terduga.

Meski begitu, para ekonom masih mempertanyakan mengapa dampak tarif terhadap harga belum terasa signifikan. Menurut Gregory Daco, Kepala Ekonom EY-Parthenon, hal itu bisa disebabkan perusahaan-perusahaan yang lebih dulu membangun stok sebelum tarif diberlakukan, serta pembagian beban biaya sepanjang rantai pasok.

Powell juga menghadapi tekanan politik luar biasa dari Trump tahun ini, termasuk ancaman pencopotan. Serangan terbaru dari Partai Republik menyoroti proyek renovasi gedung bank sentral senilai US$2,5 miliar, yang bahkan dikunjungi langsung oleh Trump pada Kamis lalu.

Dalam konferensi persnya, Powell kemungkinan akan mendapat pertanyaan soal serangan politik tersebut. Namun, dia diperkirakan akan tetap fokus pada pesan utama terkait mandat ekonomi. "Binder berisi jawaban Powell untuk pertanyaan-pertanyaan yang diprediksi bakal penuh dengan materi non-moneter. Namun, kami perkirakan sebagian besar akan menjadi pertanyaan yang terbuang percuma, karena Powell akan tetap mengulang bahwa ia fokus menjalankan tugas yang diberikan oleh Kongres," tulis Feroli.