Melampaui Nasib, Kisah Anak Panti Asuhan Jadi Guru dan Sarjana

Featured Image

Kehidupan Ina: Dari Anak Asuh Panti ke Guru Inspiratif

Di tengah suara riuh anak-anak yang bermain di halaman Panti Asuhan Generasi Pengubah, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat sosok muda yang tampak hangat dan penuh semangat. Namanya Magdalena Zangga Lende, atau lebih dikenal dengan panggilan Ina. Ia adalah seorang guru SMA Kristen Generasi Unggul di kota yang sama. Ina bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak siswanya.

Ina lahir dari keluarga petani di Desa Mareda Kalada, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya. Kehidupan ekonomi keluarganya yang pas-pasan membuatnya kesulitan untuk melanjutkan pendidikan. Namun, nasib berubah ketika dia mengenal istri pemilik panti asuhan pada tahun 2014. Saat itu, Ina masih duduk di kelas 1 SMP. Ia ditawarkan kesempatan untuk sekolah di Kota Kupang, namun syaratnya harus tinggal di panti asuhan. Tanpa ragu, Ina menerima tawaran tersebut.

Dari saat itu, hidup Ina berubah. Tinggal di panti asuhan, ia menghadapi disiplin dan rutinitas yang ketat. Setiap pagi, ia bangun pukul 04.30 Wita, lalu melakukan ibadah dan menjalankan tugas sesuai jadwal. Aturan-aturan seperti tidak merokok, tidak minum miras, serta tidak pacaran ditekankan oleh pihak panti. Semua anak asuh wajib menandatangani surat pernyataan yang bermaterai.

Ina mulai bersekolah di SMP Negeri 12 Kota Kupang. Setelah tamat, ia melanjutkan studi di SMA Negeri 6 Kota Kupang. Selama masa sekolah, Ina mendapatkan beasiswa. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Agama Kristen (STAK) Kota Kupang. Jarak antara panti dan kampus sekitar enam kilometer, sehingga Ina sering berjalan kaki untuk menghemat biaya transportasi.

Ketekunan dan semangat belajarnya membuahkan hasil. Ina akhirnya lulus kuliah dan diwisuda pada tahun 2023. Kini, ia menjadi guru di SMA Kristen Generasi Unggul. Bukan hanya sebagai pengajar, Ina juga menjadi contoh nyata bagi siswa-siswinya yang berasal dari keluarga tidak mampu. Hasil kerjanya membantu orangtuanya di kampung dan menyekolahkan dua adiknya.

Ina sangat berterima kasih atas bantuan dan dukungan dari orangtua asuhnya, Ipda Yunus Laba dan istri Marselina Wunda Bali. Mereka telah menjadi bagian penting dalam kehidupannya. Ina mengungkapkan rasa terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan nasihat yang tak terbatas dari kedua orang tua asuhnya.

Ipda Yunus Laba, selaku pemilik panti asuhan, memiliki visi besar untuk memberikan pendidikan layak kepada anak-anak dari berbagai suku di NTT. Saat ini, jumlah anak asuhnya mencapai 115 orang. Mereka diberi makan, pendidikan, dan disiplin sejak dini. Bahkan, mereka dibekali nilai-nilai rohani dan moral.

Saat ini, delapan anak panti asuhan telah meraih gelar sarjana. Mereka kini bekerja sebagai guru dan hidup mandiri. Selain itu, 15 orang lainnya masih kuliah, sedangkan 22 anak duduk di bangku SMA, 23 di SMP, 27 di SD, enam di TK, dan sisanya masih balita.

Untuk menopang biaya operasional panti, Ipda Yunus terpaksa menggadaikan SK sebagai anggota Polri di bank. Ia juga bekerja sampingan sebagai kepala petugas keamanan di pusat perbelanjaan. Meski begitu, ia tetap yakin bahwa ada jalan untuk memperbaiki kehidupan anak-anak yatim piatu.

Ipda Yunus percaya bahwa setiap anak memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Dengan bimbingan dan perhatian yang tulus, mereka bisa menjadi pribadi yang berguna bagi masyarakat. Dia juga berharap panti asuhan ini bisa menjadi rumah yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang membutuhkan.

Panti Asuhan Generasi Pengubah tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi pondasi bagi masa depan anak-anak. Melalui ketekunan, disiplin, dan dukungan dari orang tua asuh, banyak anak berhasil meraih impian mereka. Ina dan para anak panti lainnya menjadi bukti bahwa kehidupan yang baik bisa diraih melalui usaha dan ketekunan.