Panti Asuhan, Tempat Harapan Baru Bulan dan Salim

Featured Image

Kehidupan Anak di Panti Asuhan Nur Hidayah

Di tengah kehidupan sehari-hari yang penuh dengan aktivitas, Panti Asuhan Nur Hidayah di Kota Solo menjadi tempat yang nyaman bagi banyak anak. Gedung berwarna hijau dan putih ini sering kali ramai dengan suara tawa dan kegembiraan anak-anak yang sedang bermain. Salah satu contohnya adalah Bulan Cahya Nur Krisya (8 tahun) dan Salim Muhammad Tafi Hasan (11 tahun), dua dari ratusan anak yang tinggal di sini.

Kedua anak ini terlihat akrab meskipun memiliki perbedaan usia. Mereka secara bergantian menonton video di YouTube menggunakan ponsel milik salah satu pegawai panti asuhan. Bulan, yang mulai tinggal di panti asuhan sejak 2024 melalui rujukan Dinas Sosial Gorontalo, mengatakan bahwa ia merasa senang dan nyaman di sini.

"Di panti itu rasanya kayak bagus, enak, nyaman. Banyak temannya," ujarnya dengan antusias. Sedangkan Salim, yang masuk panti asuhan pada 2021, juga merasa nyaman. Ia mengaku menjalani rutinitas harian yang tidak jauh berbeda dengan teman-temannya. Meski memiliki kebutuhan khusus, Salim tetap menjalani aktivitas spiritual seperti shalat dan membaca Alquran.

Aktivitas Harian yang Terstruktur

Rutinitas harian di Panti Asuhan Nur Hidayah cukup teratur dan terarah. Bulan menjalani kegiatan pagi hari dengan bangun tidur, shalat Tahajud, belajar, mengaji, hingga shalat berjemaah. Setelah itu, ia mandi, makan, dan berangkat ke sekolah. Ia bercita-cita menjadi anggota Kowad, sehingga ia sangat memperhatikan pendidikan dan latihan fisik.

Sementara itu, Salim juga menjalani aktivitas yang sama, termasuk berangkat ke sekolah setelah melakukan berbagai kegiatan spiritual. Meskipun membutuhkan perhatian ekstra, ia tetap bisa mengikuti kegiatan seperti teman-temannya.

Sejarah dan Konsep Pengasuhan yang Unik

Panti Asuhan Nur Hidayah didirikan pada tahun 1992 oleh almarhum Siswo Utomo. Awalnya, fokus panti ini adalah pada keterampilan masyarakat, seperti pembuatan handycraft dan kajian keagamaan. Namun, pada tahun 1997, panti asuhan ini resmi berdiri. Pada masa itu, lokasi panti berada di Jalan Pisang No 12, yang sekarang digunakan untuk SDIT. Pada tahun 1999, panti pindah ke Jalan Pisang No 23, tempat yang masih digunakan hingga saat ini.

Panti asuhan ini memiliki tujuh asrama dan menerapkan konsep unik dalam pengasuhan, yaitu pengasuhan ala keluarga atau "hummy". Para pengasuh di sini berperan sebagai sosok orangtua, memberikan kasih sayang dan dukungan penuh kepada anak-anak.

Peran Pengasuh dan Dukungan Pendidikan

Direktur Panti Asuhan Nur Hidayah, Slamet Jayadi, menjelaskan bahwa para pengasuh di sini bertindak sebagai ayah dan ibu bagi anak-anak asuh. Slamet sendiri telah mengasuh selama 14 tahun, sehingga anak-anak menyebutnya dengan panggilan "Ayah".

Selain pengasuhan, panti ini juga mendukung anak-anak hingga ke perguruan tinggi. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi beban negara melalui pendidikan. Banyak alumni panti ini telah mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang, seperti guru, TNI, pengusaha, bahkan bekerja di kementerian.

Kebebasan dalam Pendidikan

Anak-anak di Panti Asuhan Nur Hidayah diberikan kebebasan untuk memilih sekolah sesuai dengan minat dan bakat mereka. Mereka tidak harus terikat pada sekolah dalam yayasan yang sama. Slamet menjelaskan bahwa panti ini menawarkan pendidikan sesuai dengan kemauan anak, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang sesuai cita-citanya.

Saat ini, jumlah anak asuh di Panti Asuhan Nur Hidayah mencapai 350 anak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Aceh, Kalimantan, Gorontalo, hingga Malaysia. Dengan dedikasi tinggi, panti ini terus berkomitmen untuk menciptakan generasi penerus yang berkualitas, mewujudkan harapan dan impian anak-anak yang membutuhkan kasih sayang dan perhatian.