Pelukan untuk Masa Depan, Kisah Haru Anak-anak di Griya Balita SYD Sidoarjo

Featured Image

Kehidupan Anak-Anak di Griya Balita SYD Sidoarjo

Di lantai pertama Griya Balita SYD Sidoarjo, suara tangisan bayi terdengar jelas. Seorang pria duduk menunggu penanggung jawab pengasuh untuk menemuinya. Ia menggendong bayi dengan jarik bermotif batik cokelat. Kulitnya masih merah. Bayi perempuan mungil itu baru berusia tiga hari.

Tidak lama kemudian, bayi tersebut diserahkan kepada pengasuh panti dan dibawa ke lantai dua, tempat 16 anak-anak lainnya dirawat. Penanggung jawab pengasuh Griya Balita SYD Sidoarjo, Hesti, menjelaskan bahwa setiap minggu ada sekitar 17 bayi yang dirawat di panti ini, sebagian besar berusia di bawah satu tahun.

Bayi-bayi yang baru lahir ditempatkan dalam ruangan khusus dengan penjagaan maksimal. Sementara itu, yang lain berkumpul di aula lantai dua, beralas kasur tebal dengan pembatas pelindung. Beberapa tidur, sementara yang lain sibuk bermain atau minum susu.

Anak-anak di sini tumbuh dengan pola yang alami. Mereka belajar merangkak, berdiri, dan berjalan tanpa diajarkan. Bahkan, mereka bisa melakukan semua itu sendiri. Menurut Hesti, hal ini terjadi karena lingkungan dan pengasuhan yang baik.

Latar Belakang Anak-Anak yang Beragam

Hesti telah bekerja selama tujuh tahun di panti ini, sejak panti asuhan bayi ini berdiri. Ia sangat mengenal setiap anak yang dirawatnya. Dari sekian banyak anak, ada yang menjadi korban sindikat perdagangan anak, ada yang orangtuanya masih berstatus pelajar, dan ada pula yang tidak diakui oleh ayahnya.

Salah satu anak bernama Andra adalah contoh dari korban perdagangan anak. Ia tidak memiliki identitas yang jelas. Pihak panti memutuskan untuk merayakan ulang tahun Andra pada hari pertama ia diserahkan ke panti. Andra terlihat sangat mandiri dan perkembangannya baik.

Ada juga Salosa, bayi asal Papua yang diserahkan ke panti karena ibunya masih kuliah. Ayahnya tidak mampu merawatnya. Sementara itu, Sakti adalah bayi paling aktif, tetapi hatinya mudah luluh. Ia sering meminta gendongan dan pelukan dari pengunjung. Ibunya memilih bekerja di luar negeri, sedangkan ayahnya tidak mengakui keberadaannya.

Setiap anak memiliki kisah unik dan menyentuh. Hesti mengatakan bahwa latar belakang mereka membuatnya terkesan. Meskipun begitu, tidak semua anak dapat diadopsi oleh orangtua asuh. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah adanya kelalaian dalam pengasuhan dan memastikan perkembangan anak tetap terpantau.

Pembatasan Adopsi dan Pentingnya Pendidikan

Pihak panti pernah memberi izin bagi orangtua asuh untuk mengadopsi anak-anak di panti. Namun, ada kasus di mana salah satu orangtua abai terhadap tanggung jawabnya. Misalnya, beberapa anak yang diadopsi kerap mengamen di jalan dan tidak memiliki identitas resmi seperti kartu keluarga (KK).

Karena KK penting untuk daftar NISN saat masuk sekolah, pihak panti merasa kecewa ketika mengetahui anak-anak tersebut tidak sekolah. Oleh karena itu, pihak panti memastikan setiap anak mendapatkan pendidikan formal seperti anak-anak lainnya.

Anak-anak hanya dapat diasuh kembali oleh orangtua jika sudah layak dan mampu hidup mandiri. Artinya, ketika mereka sudah dewasa. Namun, pihak panti tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga. Jika anak memiliki keluarga, mereka boleh menjenguk tanpa batasan.