Thailand dan Kamboja Sepakati Perdamaian di Malaysia Besok

Featured Image

Perundingan Damai Antara Thailand dan Kamboja Digelar di Kuala Lumpur

Pemerintah Thailand mengumumkan bahwa akan ada pertemuan resmi antara perwakilan negara tersebut dengan Kamboja di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan ini direncanakan berlangsung pada Senin (28/7/2025). Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mencari solusi damai terkait konflik yang telah berlangsung beberapa hari belakangan.

Konflik antara dua negara tetangga ini telah memicu krisis kemanusiaan. Hingga saat ini, sedikitnya 34 orang tewas akibat bentrokan sengit, sementara lebih dari 200.000 penduduk wilayah perbatasan terpaksa meninggalkan rumah mereka. Pihak Thailand dan Kamboja juga saling menyalahkan atas tindakan militer masing-masing, termasuk penggunaan senjata berat seperti tank dan jet tempur.

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, akan bertemu pada pukul 15.00 waktu setempat. Pertemuan ini akan dihadiri oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang juga memimpin ASEAN. Kehadiran Anwar Ibrahim sebagai mediator diharapkan dapat membantu meredakan ketegangan antara kedua negara.

Sementara itu, Kamboja belum memberikan pernyataan resmi mengenai rencana perundingan ini. Namun, diketahui bahwa konflik ini bermula dari sengketa lama terkait sejumlah kuil kuno yang berada di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Bentrokan tidak hanya melibatkan pasukan darat, tetapi juga pesawat tempur dan kendaraan tempur yang beroperasi di area pedesaan yang dikelilingi hutan dan lahan pertanian.

Peran Amerika Serikat dalam Konflik

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, turut mengambil peran dalam upaya menenangkan situasi. Dalam pembicaraan telepon dengan pemimpin Thailand dan Kamboja, Trump menyatakan bahwa kedua pihak sepakat untuk segera menyelesaikan gencatan senjata. Ia juga menyampaikan harapan agar bisa menyelesaikan perjanjian perdagangan dengan kedua negara setelah konflik berakhir.

Trump juga memberikan ancaman terkait tarif tinggi jika kedua negara tidak segera mencapai kesepakatan damai. Meskipun demikian, konflik masih berlangsung. Pada Minggu pagi, bentrokan kembali meletus di sekitar dua kuil kuno yang menjadi titik panas konflik. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja menyebut bahwa pasukan Thailand mulai menyerang sekitar pukul 04.50 waktu setempat. Di sisi lain, Wakil Juru Bicara Militer Thailand menyatakan bahwa pasukan Kamboja terlebih dahulu menembakkan artileri, memicu pertempuran sengit.

Warga di sekitar lokasi konflik mengalami rasa takut dan kecemasan. Maefah, warga perbatasan Thailand, mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya terpaksa meninggalkan rumah karena merasa tidak aman. Suara dentuman artileri bahkan terdengar hingga kota Samraong di Kamboja, sekitar 20 kilometer dari garis depan.

Tuduhan Saling Serang

Meskipun kedua negara menyatakan terbuka terhadap gencatan senjata, tuduhan saling serang masih terus berlanjut. Pemerintah Kamboja menyatakan setuju dengan gencatan senjata tanpa syarat, sementara Thailand juga menyatakan prinsipnya setuju untuk memulai gencatan senjata. Namun, Kementerian Luar Negeri Thailand menuding pasukan Kamboja menembakkan peluru ke permukiman sipil di Provinsi Surin. Pernyataan resmi dari pihak Thailand menyebut bahwa penghentian permusuhan sulit dicapai selama Kamboja dianggap tidak memiliki itikad baik.

Di sisi lain, juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja membantah tuduhan tersebut. Ia menyatakan bahwa pasukan Thailand melakukan tindakan agresi yang disengaja dan terkoordinasi. Hal ini menunjukkan bahwa perspektif masing-masing pihak sangat berbeda dalam melihat peristiwa yang terjadi.

Korban Jiwa dan Pengungsi

Hingga saat ini, korban jiwa dari konflik ini cukup besar. Thailand mencatat 8 tentara dan 13 warga sipil tewas, sementara Kamboja menyatakan 5 personel militer dan 8 warga sipil meninggal dunia. Jumlah pengungsi juga meningkat tajam. Pemerintah Thailand melaporkan 138.000 warga dievakuasi dari wilayah perbatasan, sementara sekitar 80.000 orang di Kamboja terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Selain itu, Kamboja menuduh militer Thailand menggunakan bom curah dalam serangan, sementara Thailand menuduh Kamboja menargetkan rumah sakit sipil. Di tengah meningkatnya sentimen nasionalis akibat konflik, pemerintah Thailand mengimbau warganya untuk tidak melakukan kekerasan terhadap warga migran asal Kamboja.