Titik Panas Perang Thailand-Kamboja

Perang Thailand-Kamboja: Korban Tewas dan Evakuasi Massal
Perang antara Thailand dan Kamboja meletus pada hari Kamis, 24 Juli 2025, yang mengakibatkan korban jiwa hingga Minggu, dengan jumlah total korban tewas mencapai 33 orang. Di antaranya, 13 warga sipil di wilayah Thailand dan delapan di Kamboja. Selain itu, lebih dari 200.000 penduduk telah dievakuasi dari daerah perbatasan kedua negara.
Konflik bersenjata ini bermula di dekat Candi Preah Vihear, sebuah kompleks candi Hindu abad ke-11 yang menjadi sengketa antara dua negara. Menurut laporan dari Al Jazeera, konflik terjadi setelah kedua pihak saling menuduh melepaskan tembakan terlebih dahulu. Sengketa ini berawal dari masalah perbatasan yang berasal dari masa penjajahan Prancis pada tahun 1907. Garis demarkasi yang ditetapkan saat itu kini menjadi sumber perselisihan, karena Kamboja menganggap garis tersebut sebagai dasar klaim wilayahnya, sedangkan Thailand meragukan akurasi garis tersebut.
Sengketa perbatasan melibatkan sepanjang 817 kilometer yang belum sepenuhnya disepakati oleh kedua belah pihak. Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Candi Preah Vihear milik Kamboja. Namun, Thailand tetap mengklaim wilayah di sekitarnya. Pada tahun 2000, kedua negara sepakat membentuk Komisi Perbatasan Bersama (Joint Boundary Commission/JBC) untuk menyelesaikan klaim yang tumpang tindih, namun kesepakatan masih belum tercapai.
Eskalasi konflik dimulai pada 16 Juli 2025 ketika seorang tentara Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau darat saat patroli di daerah Chong Bok, distrik Nam Zuen, Ubon Ratchathani. Ledakan kedua terjadi pada 23 Juli 2025, yang menyebabkan luka pada lima tentara Thailand di sekitar titik Chong An Ma, provinsi Ubon Ratchathani. Satu di antaranya mengalami cedera serius hingga kehilangan salah satu kakinya.
Sebagai respons atas ledakan ranjau, pihak Thailand memanggil pulang duta besarnya dari Kamboja dan menutup pos pemeriksaan perbatasan di beberapa lokasi seperti Chong An Ma, Chong Sa-ngam, Chong Chom, dan Chong Sai Takoo. Selain itu, Kuil Ta Moan Thom dan Ta Kwai juga dihentikan operasionalnya. Konflik bersenjata kemudian terjadi pada Kamis pagi di dekat Kuil Prasat Ta Moan Thom, Provinsi Surin, Thailand.
Pertempuran antara Thailand dan Kamboja telah terjadi di 12 lokasi di sepanjang perbatasan yang disengketakan, yaitu antara Provinsi Surin dan Sisaket, Thailand dengan Oddar Meanchey dan Preah Vihear, Kamboja. Hal ini dikonfirmasi oleh seorang pejabat militer Thailand pada Jumat, 25 Juli 2025.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, dalam laporan Bernama, menyatakan bahwa kedua pihak Thailand dan Kamboja sepakat agar Malaysia menjadi mediator dalam konflik ini. "Mereka memiliki kepercayaan penuh pada Malaysia dan meminta saya untuk menjadi mediator," ujar Mohamad.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, dan Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, diperkirakan akan tiba di Malaysia pada Senin malam untuk menghadiri perundingan gencatan senjata yang diusulkan oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sebagai ketua forum regional ASEAN.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga menyampaikan dukungan terhadap upaya perdamaian. Dalam unggahan di Truth Social, ia menyatakan bahwa kedua pemimpin sepakat untuk segera bertemu dan menyusun gencatan senjata serta perdamaian.
Adinda Jasmine, Dewi Rina Cahyani, dan Muhammad Nafis Wirasaputra berkontribusi dalam artikel ini.