Tragedi Zardan: Dugaan Bullying di SD Negeri 22 Toboali Diselidiki Polisi

Duka Mendalam Menyelimuti Keluarga Siswa SD Negeri 22 Toboali
Keluarga Zardan Al Hafidz (10), seorang siswa kelas 5 SD Negeri 22 Toboali, Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, sedang berduka atas kematian anaknya. Bocah tersebut meninggal di RSUD Junjung Besaoh pada Minggu pagi (27/7/2025) setelah menjalani perawatan intensif akibat infeksi usus. Namun, dugaan kuat mengaitkan kematian ini dengan tindakan perundungan yang dialaminya di sekolah.
Kasus ini memicu respons cepat dari masyarakat, termasuk aparat penegak hukum dan Pemerintah Daerah. Keluarga korban menuding Zardan menjadi korban kekerasan fisik oleh teman-temannya di hari pertama masuk sekolah pasca libur semester. Dhony Dinata, paman korban, membagikan foto-foto Zardan saat dirawat di rumah sakit melalui akun Facebook pribadinya. Dalam unggahannya, ia menandai akun Bupati Bangka Selatan, Riza Herdavid, meminta keadilan atas kematian keponakannya. Postingan ini kemudian viral dan memantik reaksi publik.
Menurut Dhony, Zardan mengaku dipukuli di bagian kepala dan perut oleh teman-temannya. Ia mengalami muntah-muntah dan sakit hebat namun tidak langsung melapor ke orang tuanya karena ketakutan. Bocah malang ini akhirnya mengadu kepada neneknya di Rawa Bangun, Toboali, yang kemudian membawa Zardan ke rumah sakit pada Jumat (25/7/2025). Keesokan harinya, Sabtu (26/7), Zardan menjalani operasi pada bagian perut karena mengalami luka dalam. Namun kondisinya tidak membaik, dan ia dinyatakan meninggal dunia pada Minggu pukul 08.12 WIB.
“Korban ini sempat menjalani operasi, tapi tidak tertolong. Sebelum meninggal, dia cerita sempat dipukuli teman-temannya,” ujar Dhony.
Polres Bangka Selatan Siap Usut Dugaan Bullying
Kepala Satreskrim Polres Bangka Selatan, AKP Raja Taufik Ikrar Bintani, menyatakan pihaknya telah menerima informasi mengenai dugaan perundungan, meskipun laporan resmi dari keluarga belum masuk. “Kami belum terima laporan langsung, tapi akan segera melakukan penyelidikan. Ini menyangkut keamanan di lingkungan pendidikan,” katanya, Minggu (27/7/2025).
Ia menegaskan bahwa perundungan adalah masalah serius yang tidak bisa diabaikan. Sekolah harus menjadi tempat aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang anak. Bupati Bangka Selatan, Riza Herdavid, mengaku terkejut saat akun media sosialnya ditandai oleh keluarga korban. Ia langsung memerintahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk memanggil kepala sekolah dan guru SD Negeri 22 Toboali.
“Sudah saya perintahkan dinas untuk menindaklanjuti. Kepala sekolah dan guru sudah kami panggil,” tegas Riza. Menurut informasi awal yang diterima Pemkab, terduga pelaku bullying telah dipanggil oleh pihak sekolah dan diberikan peringatan tertulis, baik kepada anak maupun orangtuanya. Namun, keterangan dari anak-anak menyebut bahwa yang mereka lakukan hanya "bercanda secara verbal".
Korban Alami Infeksi Usus
Direktur RSUD Junjung Besaoh, dr. Helen Sukendy, membenarkan bahwa korban dirawat di rumah sakitnya sejak Jumat (25/7). Pada Sabtu (26/7), Zardan menjalani operasi dan didiagnosis mengalami infeksi usus atau peradangan pada saluran pencernaan. “Berdasarkan pemeriksaan medis, korban mengalami infeksi usus. Tapi kami tidak tahu kalau ini diduga terkait perundungan,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bangka Selatan, Anshori, mengatakan pihaknya sedang melakukan klarifikasi kepada kepala sekolah dan guru-guru di SDN 22 Toboali. “Kami masih mendalami informasi. Korban sempat masuk hanya satu hari saat MPLS. Setelah itu tidak masuk lagi,” ujarnya. Demi transparansi, Disdikbud akan menggelar konferensi pers bersama pihak sekolah pada Senin (28/7/2025) untuk menjelaskan duduk perkara kepada publik.
Meski pemerintah daerah mengklaim telah berupaya menciptakan lingkungan sekolah yang bebas perundungan, kasus seperti yang dialami Zardan membuktikan masih lemahnya pengawasan di sekolah dasar. Penanganan yang terlambat dari guru terhadap laporan korban, serta minimnya komunikasi antara sekolah dan keluarga, memperburuk keadaan. Riza Herdavid menyatakan bahwa Pemkab tidak pernah membiarkan praktik bullying di sekolah. Namun ia mengakui bahwa guru dan kepala sekolah belum sempat menjenguk korban saat dirawat. “Tidak ada pembiaran. Tapi memang guru dan kepala sekolah belum sempat ke rumah sakit,” tukasnya.