5 Dampak Aneh Tubuh Setelah Lari 42 Kilometer

Featured Image

Efek Aneh yang Terjadi Setelah Lari Maraton 42 Kilometer

Lari sejauh 42 kilometer adalah tantangan fisik dan mental yang sangat berat. Bahkan bagi pelari berpengalaman, tubuh tetap akan mengalami perubahan ekstrem setelah menyelesaikan lomba. Tidak hanya rasa pegal di kaki atau kelelahan fisik, ada juga efek-efek aneh yang bisa muncul setelah garis finis dilintasi. Banyak pelari pemula merasa kaget ketika mengalami gejala seperti gatal-gatal pada kulit, demam naik turun, hingga kesulitan fokus meski sudah duduk diam. Semua hal ini wajar dan merupakan bagian dari proses tubuh dalam memulihkan diri.

Namun, karena efeknya tidak biasa, banyak orang justru merasa panik. Faktanya, tubuh manusia bekerja keras saat menempuh jarak sejauh itu. Bukan hanya otot dan sendi yang terpaksa bekerja maksimal, tapi juga organ dalam, hormon, dan sistem saraf. Oleh karena itu, reaksi yang muncul setelah maraton adalah bukti bahwa tubuh sedang beradaptasi dan berusaha kembali ke kondisi normal.

Berikut adalah lima efek aneh yang sering dialami oleh para pelari setelah lari 42 kilometer:

1. Halusinasi Ringan dan Pikiran Mengawang

Lari sejauh itu memaksa otak bekerja ekstra keras. Saat energi mulai habis, fungsi sistem saraf bisa menurun sementara. Akibatnya, pelari bisa merasa pikiran kosong, mengawang, bahkan mengalami halusinasi ringan. Beberapa melihat bayangan, mendengar suara-suara aneh, atau merasa jalanan tiba-tiba melengkung. Ini semua disebabkan oleh otak yang kelelahan dan dehidrasi ringan. Biasanya muncul di akhir lomba, saat tubuh masuk mode survival. Meski terdengar menyeramkan, efek ini biasanya bersifat sementara. Namun, tetap perlu waspada karena bisa memengaruhi fokus dan arah lari.

2. Urin Berubah Warna dan Bau Menyengat

Setelah lari maraton, banyak pelari terkejut melihat urin berubah warna menjadi lebih gelap, bahkan kecoklatan. Hal ini umum terjadi karena dehidrasi dan pelepasan mioglobin dari otot ke aliran darah. Saat otot bekerja keras dalam waktu lama, sel-selnya bisa mengalami kerusakan mikro. Zat mioglobin kemudian masuk ke ginjal dan keluar lewat urin. Warna gelap menandakan tubuh butuh rehidrasi segera. Selain itu, bau urin juga bisa menjadi lebih menyengat, tanda tubuh sedang membuang zat sisa metabolisme berat. Jika warna urin tetap gelap lebih dari satu hari, sebaiknya segera konsultasi ke dokter untuk mencegah komplikasi seperti rhabdomyolysis.

3. Menggigil di Cuaca Panas

Efek yang satu ini cukup membingungkan. Meskipun cuaca panas dan tubuh capek, tubuh malah menggigil seperti kedinginan. Ini disebabkan oleh gangguan termoregulasi tubuh akibat stres ekstrem dari maraton. Saat tubuh kehilangan cairan dan elektrolit, sistem pendingin alami jadi tidak stabil. Suhu tubuh bisa naik drastis saat lari, lalu turun tiba-tiba saat berhenti. Akibatnya, muncul sensasi menggigil meski udara panas. Efek ini bisa diperparah jika pelari langsung duduk diam atau tidak mengganti pakaian basah. Menggigil setelah race juga bisa menjadi tanda tubuh mulai mengalami hipotermia ringan. Maka penting untuk segera ganti pakaian, minum hangat, dan tetap bergerak ringan setelah finish.

4. Rasa Mual dan Kehilangan Nafsu Makan

Banyak pelari mengira akan lapar setelah lari sejauh itu, namun nyatanya sebagian besar justru merasa mual, begah, atau bahkan tidak ingin makan sama sekali. Efek ini disebut exercise-induced anorexia, yaitu kondisi di mana aktivitas berat menekan nafsu makan secara sementara. Selama lari, aliran darah lebih banyak dialihkan ke otot dan kulit untuk mengatur suhu tubuh. Organ pencernaan jadi dilupakan sejenak. Akibatnya, sistem pencernaan lambat dan menimbulkan sensasi mual atau tidak nyaman di perut. Biasanya kondisi ini hanya bertahan beberapa jam. Setelah tubuh pulih, nafsu makan akan kembali normal bahkan meningkat drastis.

5. Gatal-Gatal di Kulit Tanpa Sebab Jelas

Beberapa pelari mengalami gatal-gatal di kulit tanpa alasan jelas setelah lari jauh, bahkan sampai muncul ruam ringan. Ini biasanya disebabkan oleh kombinasi gesekan, keringat, dan perubahan suhu tubuh ekstrem. Gesekan antara baju, kulit, dan keringat bisa memicu iritasi. Ditambah tubuh yang dehidrasi membuat kulit lebih sensitif. Selain itu, reaksi pembuluh darah yang melebar saat lari bisa memicu histamin yang menyebabkan gatal. Untuk mencegahnya, gunakan pakaian olahraga berbahan breathable, hindari pakaian ketat, dan gunakan pelindung anti-gesek di area rawan. Jangan anggap sepele, karena iritasi bisa membuat pemulihan lebih tidak nyaman.

Tubuh memang luar biasa, tapi tetap punya batas. Lari sejauh 42 kilometer memaksa semua sistem tubuh bekerja keras, bahkan sampai muncul reaksi aneh yang tidak biasa. Halusinasi ringan, urin gelap, hingga tubuh menggigil di tengah panas adalah sinyal tubuh sedang berevolusi untuk pulih. Efek-efek ini bukan alasan untuk takut ikut maraton. Justru menjadi pengingat penting bahwa persiapan dan pemulihan adalah bagian krusial dari olahraga ekstrem. Kenali tubuh, beri istirahat cukup, dan jangan ragu konsultasi jika gejala tidak kunjung hilang. Karena di balik setiap garis finish, ada perjuangan fisik dan mental yang tidak main-main. Tapi semua itu worth it banget saat medali tergantung di leher dan senyum puas muncul di wajah.