8 Perubahan Tubuh Saat Berlari Maraton

Featured Image

Perubahan Fisik yang Terjadi Saat Berlari Maraton

Berlari maraton adalah tantangan fisik yang sangat menguras tenaga dan stamina. Setiap langkah yang diambil selama lari memicu sejumlah perubahan dalam tubuh, baik secara langsung maupun tidak terlihat. Memahami proses ini dapat membantu pelari lebih siap dan memastikan pemulihan yang optimal setelah lari.

Tingkat Energi Menurun Secara Drastis

Maraton merupakan aktivitas yang membutuhkan energi dalam jumlah besar. Tubuh akan mulai menggunakan glukosa sebagai sumber energi, kemudian beralih ke glikogen otot jika kebutuhan tetap tinggi. Jika tidak ada asupan kalori selama lari, tubuh akan kehabisan bahan bakar. Kondisi ini dikenal dengan istilah "hitting the wall" atau "bonking," yang membuat pelari merasa sangat lelah dan tidak berdaya.

Dehidrasi yang Mengancam

Selama maraton, tubuh kehilangan banyak cairan melalui keringat. Hal ini menyebabkan dehidrasi, yang dapat memengaruhi kinerja dan kesehatan. Kekurangan cairan juga menyebabkan konsentrasi elektrolit meningkat, sehingga memengaruhi fungsi organ-organ penting. Untuk mencegah hal ini, penting untuk tetap menjaga hidrasi sepanjang lari.

Kerusakan Otot Mikroskopis

Setiap langkah yang dilakukan selama maraton memberi tekanan pada otot-otot kaki. Hal ini menyebabkan robekan mikroskopis pada serat otot. Meskipun terdengar mengkhawatirkan, kondisi ini normal dan merupakan bagian dari latihan intensif. Robekan ini juga menjadi alasan mengapa otot terasa sakit setelah lari. Namun, tubuh akan memperbaiki kerusakan tersebut dan membuat otot lebih kuat.

Jantung dan Paru-paru Bekerja Lebih Keras

Maraton adalah latihan kardiovaskular yang hebat. Jantung bekerja keras untuk memompa darah beroksigen ke seluruh tubuh, sedangkan paru-paru bekerja ekstra untuk memasok oksigen. Peningkatan denyut jantung membantu otot-otot mendapatkan oksigen yang dibutuhkan agar tetap aktif selama lari.

Sistem Imun Melemah Sementara

Saat tubuh mencapai batasnya, tubuh akan memproduksi hormon stres. Hormon ini dapat melemahkan sistem imun sementara, membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit ringan seperti flu atau pilek. Inilah mengapa beberapa pelari merasa tidak enak badan setelah menyelesaikan maraton.

Pengaturan Suhu Tubuh yang Kompleks

Selama lari maraton, suhu inti tubuh meningkat secara signifikan. Tubuh akan mencoba mendinginkan diri melalui keringat. Namun, kehilangan cairan ini bisa memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur suhu. Penting untuk menjaga hidrasi agar suhu tubuh tetap stabil.

Penyusutan Tinggi Badan Sementara

Setelah maraton, tinggi badan pelari bisa menyusut hingga satu setengah inci. Hal ini disebabkan oleh kompresi bantalan tulang belakang akibat tekanan lari. Namun, ini adalah kondisi yang wajar dan akan kembali normal setelah tubuh pulih.

Manfaat Kesehatan Secara Keseluruhan

Meskipun maraton sangat melelahkan, tubuh memiliki kemampuan untuk pulih dan bahkan menjadi lebih kuat. Robekan otot mikroskopis akan sembuh dan membuat otot lebih kuat. Sistem imun juga akan pulih dan menjadi lebih tangguh. Menyelesaikan maraton adalah bukti bahwa tubuh mampu beradaptasi, bertahan, dan pulih dari tekanan ekstrem.

Berlari maraton bukan hanya tentang kekuatan fisik. Ini adalah proses kompleks yang melibatkan berbagai respons tubuh. Dengan memahami perubahan yang terjadi, pelari bisa lebih siap menghadapi tantangan dan memaksimalkan manfaat dari aktivitas ini.