Influencer Klaim Gym Bikin Bodoh, Dokter: Tidak Ada Bukti Ilmiah!

Fenomena Viral di Media Sosial: Apakah Gym Benar-Benar Kebodohan?
Di tengah derasnya arus konten di media sosial, sebuah video yang menyatakan bahwa “gym adalah aktivitas paling goblok” langsung menarik perhatian netizen. Video ini memicu perdebatan yang luas tentang apakah kebugaran fisik benar-benar mencerminkan kecerdasan atau justru sebaliknya. Respons dari berbagai kalangan—mulai dari komunitas, influencer, dokter, pelatih kebugaran hingga tokoh publik—langsung bermunculan, menjadikan fenomena ini menjadi viral dan tidak bisa diabaikan.
Penjelasan dari Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga
Dokter spesialis kesehatan olahraga, dr. Maria Lestari, B.Med.Sc, P.G.Dip.SEM, Sp.K.O, memberikan penjelasan terkait isu ini. Menurutnya, aktivitas gym justru memiliki manfaat kesehatan yang besar jika dilakukan dengan tepat dan terarah. Ia menilai bahwa menyebut gym sebagai kebodohan tanpa dasar ilmiah adalah bentuk misinformasi yang bisa berdampak negatif pada masyarakat.
Menurut dr. Maria, narasi seperti ini dapat: - Menurunkan motivasi masyarakat untuk aktif bergerak. - Meningkatkan risiko kesehatan jangka panjang akibat gaya hidup yang tidak aktif. - Merendahkan usaha banyak orang yang sedang memperjuangkan pemulihan, penguatan otot, dan peningkatan kualitas hidup.
Studi menunjukkan bahwa individu yang rutin melakukan angkat beban memiliki risiko kematian karena penyakit jantung yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukannya. Selain itu, riset lain menemukan bahwa orang yang rutin angkat barbel memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang 1,3 tahun dibandingkan dengan orang yang tidak rutin berolahraga.
Manfaat Gym yang Harus Diketahui
Gym bukan hanya sekadar aktivitas untuk menampilkan bentuk tubuh. Menurut dr. Maria, latihan angkat beban memiliki manfaat nyata bagi kesehatan, termasuk: - Meningkatkan kepadatan tulang. - Menurunkan risiko jatuh dan cedera. - Memperbaiki metabolisme dan resistensi insulin. - Menjaga fungsi kognitif dan mobilitas lansia. - Meningkatkan kualitas hidup secara umum.
Banyak pasien yang datang ke gym justru sedang berjuang—dari obesitas, pascaoperasi, trauma pascacedera, hingga kesehatan mental. Oleh karena itu, pendekatan “anti-gym” yang disampaikan secara provokatif tanpa konteks dapat menyesatkan. Edukasi berbasis sains diperlukan untuk mengganti opini tanpa data.
Efek Positif Gym pada Otak
Berolahraga teratur tidak hanya baik untuk jantung, otot, dan tulang, tetapi juga memberikan dampak positif bagi otak. Berolahraga secara rutin dapat meningkatkan kemampuan berpikir, belajar, dan memecahkan masalah, sekaligus menambah stabilitas emosional.
Penelitian menunjukkan bahwa bagian-bagian otak yang bertanggung jawab atas memori dan keterampilan berpikir—seperti korteks prefrontal dan area temporal medial—cenderung lebih besar pada orang yang rutin berolahraga dibandingkan dengan yang tidak rutin berolahraga. Latihan fisik dengan intensitas sedang yang dilakukan secara teratur selama enam bulan hingga satu tahun terbukti dapat meningkatkan volume di beberapa area otak. Selain itu, olahraga membantu menurunkan resistansi insulin, mengurangi peradangan, serta merangsang produksi neurotrophic factor, yaitu protein yang mendukung pertumbuhan sel-sel otak dan pembentukan pembuluh darah baru di otak.
Efek Tidak Langsung dan Jangka Panjang
Olahraga juga memberikan manfaat tidak langsung terhadap fungsi otak. Aktivitas fisik dapat memperbaiki suasana hati, meningkatkan kualitas tidur, serta mengurangi stres dan kecemasan—semua faktor yang kerap memengaruhi kemampuan kognitif secara negatif.
Dalam jangka panjang, kebiasaan aktif secara fisik dapat melindungi diri dari penurunan fungsi kognitif dan risiko demensia, termasuk penyakit Alzheimer. Latihan aerobik seperti berjalan cepat, bersepeda, dan berenang mampu meningkatkan aliran darah ke otak serta merangsang produksi faktor pertumbuhan saraf seperti brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Zat ini penting dalam membentuk neuron baru dan meningkatkan neuroplastisitas.
Latihan juga memperkuat ukuran dan konektivitas area otak penting seperti hipokampus, korteks prefrontal, dan caudate nucleus, yang berperan dalam memori, perencanaan, kontrol emosi, serta kecepatan pemrosesan informasi.