Sutradara Bocorkan Ide A Normal Woman dari Pencarian Makna Penyembuhan

Film A Normal Woman: Kehidupan Perempuan yang Terjebak dalam Ekspektasi Sosial
Film A Normal Woman yang dirilis pada 24 Juli 2025, menawarkan pengalaman tontonan yang mendalam dan penuh makna. Dibintangi oleh Marissa Anita, Dion Wiyoko, Widyawati, dan Mima Shafa, film ini disutradarai oleh Lucky Kuswandi dan ditulis oleh Andri Cung. Acara peluncuran film ini diadakan di XXI Plaza Senayan, Jakarta, dan dihadiri oleh para pemain serta sutradara yang membagikan inspirasi dan pesan penting dari karya mereka.
Inspirasi dari Proses Healing
Lucky Kuswandi menjelaskan bahwa ide awal pembuatan film ini berasal dari rasa ingin tahu tentang makna sebenarnya dari healing. Ia menyatakan bahwa masyarakat sering kali menganggap healing sebagai proses self-improvement, namun ia melihatnya lebih sebagai self-retrieval, yaitu proses menemukan kembali bagian diri yang hilang.
Menurut Lucky, seringkali bagian dari diri seseorang tersembunyi akibat peran-peran yang dipaksakan. Tubuh menjadi alarm pertama yang menunjukkan ketidaknormalan tersebut, baik dalam bentuk gejala mental maupun fisik. Ia menekankan bahwa titik di mana sebagian dari diri kita terhapus biasanya tidak disadari, dan tubuh menjadi penanda bahwa sesuatu tidak berjalan normal.
Social Disease di Tengah Masyarakat
Andri Cung menambahkan bahwa cerita film ini lahir dari observasi terhadap masyarakat yang sedang "tidak baik-baik saja." Ia menyatakan bahwa banyak hal-hal yang dulu tidak lazim kini dinormalisasikan, seperti tekanan untuk tampil sempurna di depan keluarga, pasangan, atau masyarakat. Hal ini menjadi sebuah social disease yang mengancam kehidupan modern.
Menurutnya, banyak orang terjebak dalam cara memperlihatkan diri kepada orang lain, terlepas dari apa yang sebenarnya mereka rasakan. Ia menyoroti bagaimana pencitraan dan ekspektasi sosial bisa membuat seseorang lupa batas antara realitas dan identitas sejati mereka.
Ketika Perempuan Kehilangan Jati Diri
Marissa Anita, yang berperan sebagai Milla, berbagi pengalamannya membangun karakter tokoh ini. Ia mengatakan bahwa melalui diskusi dengan Lucky dan membaca buku The Myth of Normal karya Gabor Maté dan Daniel Maté, ia memahami pentingnya autentisitas dalam hidup.
Milla, menurut Marissa, mewakili perempuan yang kehilangan jati dirinya karena terlalu fokus memenuhi ekspektasi. Ia menjadi people pleaser yang terlalu berusaha untuk diterima dan dicintai oleh orang lain. Marissa menegaskan bahwa semua manusia memiliki pengalaman serupa, hanya saja dalam kasus Milla, tekanan itu jauh lebih besar.
Pesan Penting yang Disampaikan
Film A Normal Woman memberikan pesan yang kuat tentang pentingnya mengenali diri sendiri dan menolak tekanan sosial yang tidak sehat. Melalui kisah Milla, penonton diajak untuk merenungkan bagaimana kita sering kali mengorbankan keautentikan diri demi kesempurnaan yang diharapkan orang lain.
Dengan alur cerita yang penuh makna dan dialog yang mendalam, film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak audiens untuk mempertanyakan kembali nilai-nilai yang dianut dalam kehidupan sehari-hari.