Tulisan Tangan Putri Karlina Mengungkap Rahasia Maung, EO Pernikahan Anak Dedi Mulyadi Diselidiki Polisi

Curhatan Putri Karlina di Buku Setelah Tragedi Pernikahan
Wakil Bupati Garut, Putri Karlina, kembali menulis curhatannya dalam buku setelah mengalami tragedi yang terjadi selama rangkaian pernikahannya dengan putra Gubernur Jawa Barat, Maula Akbar. Tragedi tersebut menyebabkan tiga orang meninggal dunia dalam acara pernikahan yang digelar di Pendopo Kabupaten Garut pada Jumat (18/7/2025).
Putri Karlina sempat mengungkapkan permohonan maaf terkait kejadian yang berlangsung pada hari itu. Kini, ia kembali membagikan pesan penting melalui media sosial Instagram pribadinya @putri.karlina14 pada Kamis (24/7/2025). Dalam unggahannya, ia menulis:
"Maung hidup dengan insting. Manusia unggul hidup dengan akal dan akhlak. Menjadi maung bukan berarti menjadi buas, tapi berani dalam kebenaran dan bermanfaat bagi kehidupan."
Ia juga mengunggah foto tulisan tangannya dalam sebuah buku. Pesan tersebut merujuk pada kata-kata Prabu Siliwangi kepada anaknya, Kian Santang, bahwa setiap urang Sunda harus menjadi maung. Kata "maung" dalam buku Ajengan Anjing karya Ridwan M., artinya "Manusia Unggulan".
Menurut Putri Karlina, baik maung yang sebenarnya maupun maung sebagai singkatan, ia setuju dengan maknanya. Maung adalah hewan buas, tetapi tetap dikagumi dan dilindungi. Meski hidupnya hanya berdasarkan insting, maung tinggal di hutan untuk menjaga alam. Maung tidak pernah merusak habitatnya meskipun ia dianggap sebagai hewan kekar dan buas.
Sementara itu, manusia unggul menurutnya memiliki makna yang baik. Ketika berbicara kata "unggul", artinya bukan hanya menjelaskan manusia sebagai individu, tetapi sebagai makhluk yang hidup berkelompok dan berkompetisi. Seorang manusia unggul akan memberikan dampak positif bagi orang-orang di sekitarnya.
Penyelidikan Terhadap EO Pernikahan
Pihak kepolisian Jawa Barat telah memeriksa anggota internal dari kepolisian, Pemkab Garut, serta pihak event organizer (EO) terkait kasus meninggalnya tiga orang di gerbang Pendopo Garut. Korban-korban tersebut adalah hasil dari desak-desakan saat acara makan gratis yang masih menjadi bagian dari rangkaian pernikahan Wakil Bupati Garut, Putri Karlina.
Polisi telah memanggil 11 saksi dalam insiden tersebut. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Hendra Rochmawan, menyatakan bahwa mereka akan memanggil beberapa anggota internal dari kepolisian, Pemkab Garut, dan EO yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut. Selain itu, pihaknya juga akan memeriksa warga sekitar yang bisa membantu konstruksi hukum dalam penyelidikan.
Hendra menjelaskan bahwa dari jumlah saksi yang diperiksa, dua di antaranya berasal dari EO, dua dari Pemkab Garut, dan empat dari internal polisi. Untuk masyarakat, pemeriksaan masih dalam proses penyelidikan.
Sebelumnya, Hendra juga melakukan klarifikasi mengenai informasi yang menyebutkan bahwa Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berada di lokasi kejadian. Informasi tersebut awalnya berasal dari Syifa, salah satu korban yang dirawat di RSUD dr Slamet Garut. Namun, setelah diklarifikasi, Dedi Mulyadi tidak berada di Garut pada saat kejadian. Ia sedang dalam perjalanan menuju Trans Studio pada pukul 13.00 WIB.
Ketiga korban tewas dalam tragedi ini adalah Vania Aprilia (8), Dewi Jubaedah (61), dan Aipda Anumerta Cecep Saeful Bahri (39), seorang anggota polisi Polres Garut.