7 Tanda Fraktur Stres, Peringatan Berbahaya bagi Pelari

Featured Image

Tanda-Tanda Fraktur Stres yang Harus Diperhatikan oleh Pelari

Bagi para pecinta olahraga lari, kesehatan kaki adalah hal penting yang harus selalu dijaga. Di balik kesenangan saat melangkahkan kaki di atas aspal atau tanah, terdapat risiko cedera yang sering kali tidak disadari, salah satunya adalah fraktur stres. Berbeda dengan patah tulang akibat benturan keras, fraktur stres muncul secara perlahan dan sering kali tidak terasa. Cedera ini terjadi karena tekanan berulang pada tulang, terutama ketika seseorang terus-menerus berlari tanpa istirahat yang cukup.

Pada awalnya, gejalanya mungkin hanya terasa seperti rasa pegal biasa, tetapi jika tidak segera ditangani, nyeri bisa menjadi lebih parah dan memengaruhi kemampuan untuk berlari. Karena gejalanya sering samar dan mudah disalahartikan, fraktur stres bisa sangat berbahaya. Banyak pelari mengira itu hanya nyeri otot setelah latihan intensif, padahal di baliknya tulang sudah mulai retak halus. Jika tidak segera ditangani, cedera ini bisa berkembang menjadi masalah yang lebih serius, sehingga membuat kamu harus berhenti berlari dalam waktu yang lama.

Berikut adalah beberapa tanda khas fraktur stres yang perlu diperhatikan:

  1. Nyeri Muncul dan Hilang Sesuai Aktivitas
    Salah satu ciri utama fraktur stres adalah nyeri yang datang dan pergi tergantung aktivitasmu. Saat berlari atau berdiri lama, rasa sakit bisa sangat tajam dan menusuk. Namun, saat istirahat atau tidak menumpu berat badan di kaki yang sakit, rasa sakit tersebut menghilang. Hal ini membuat banyak orang mengabaikan rasa sakit tersebut.

  2. Nyeri Saat Ditekan di Titik Tertentu
    Jika area yang terasa nyeri juga sangat sensitif saat disentuh, itu bisa menjadi tanda adanya cedera tekanan tulang (bone stress injury). Jika saat tulang ditekan atau bagian lengkungan kaki diremas, kamu spontan merasakan sakit, itu adalah sinyal jelas. Selain itu, kamu juga perlu waspada jika muncul pembengkakan atau sensasi hangat di atas tulang yang sakit.

  3. Nyeri yang Tidak Merespons Penanganan Awal
    Umumnya, jika kaki terasa nyeri, kamu pasti langsung menggunakan kompres dingin, balsam, atau tiduran sambil mengangkat kaki. Namun, jika kamu sudah melakukan ini dan nyeri tetap tidak membaik, itu bisa jadi karena fraktur stres. Cedera ini sering kali tidak membaik hanya dengan penanganan sederhana karena kerusakan pada tulangnya membutuhkan waktu dan perhatian khusus untuk sembuh.

  4. Nyeri Meningkat Saat Berlari
    Cedera otot atau tendon biasanya akan terasa lebih baik setelah tubuh “menghangat.” Namun, berbeda dengan fraktur stres. Jika kamu tetap memaksakan diri berlari, rasa sakitnya justru bisa makin parah. Semakin lama kamu menambah tekanan pada tulang yang cedera, semakin intens rasa nyerinya.

  5. Nyeri yang Berpindah-Pindah
    Meskipun fraktur stres merupakan kerusakan yang sangat spesifik, tetapi rasa nyerinya bisa terasa menjalar atau berpindah-pindah. Tubuh kita secara alami mencoba menghindari stres lebih lanjut pada area yang cedera dengan cara mengalihkan tekanan ke bagian lain. Hal ini bisa membuat kamu kesulitan menentukan titik pasti rasa sakit atau lokasi fraktur yang sebenarnya.

  6. Pembengkakan atau Memar
    Retakan kecil pada tulang bisa memicu respons peradangan dari tubuh. Akibatnya, area tersebut bisa mengalami pembengkakan. Dalam beberapa kasus, memar juga bisa muncul di lokasi cedera. Jika kamu melihat ada bengkak atau memar yang tidak biasa di kaki setelah berlari, jangan abaikan!

  7. Perubahan Pola Jalan
    Sering tanpa sadar, orang dengan fraktur stres akan mulai mengubah cara mereka berjalan atau berlari. Ini terjadi karena otak secara otomatis berusaha menghindari rasa sakit. Jika kamu merasa mulai menumpu berat badan hanya pada satu kaki atau menghindari langkah tertentu, bisa jadi tubuhmu sedang mencoba melindungi bagian yang cedera.

Fraktur stres bukanlah cedera yang bisa dianggap remeh, apalagi untuk kamu yang rutin berlari. Jika kamu merasakan gejala-gejala di atas, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli medis atau fisioterapis. Deteksi dini bisa mencegah cedera makin parah dan membantumu kembali berlari lebih cepat dan aman. Jangan abaikan sinyal tubuhmu!