India Tidak Pedulikan Tarif Trump, Siap Bayar Mahal untuk Negara

Featured Image

Perdana Menteri India Tegaskan Siap Bayar Harga Mahal Akibat Tarif AS

Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyatakan bahwa negaranya siap membayar harga yang sangat mahal dalam menghadapi tarif ekspor yang dikenakan oleh pihak AS. Tarif tersebut dinilai sebagai upaya Washington untuk memengaruhi kebijakan perdagangan India. Pemimpin negara itu menegaskan bahwa kepentingan petani, peternak, dan nelayan akan selalu menjadi prioritas utama.

Tarif tambahan sebesar 25 persen terhadap produk-produk India dari tarif yang sudah ada sebelumnya digambarkan sebagai hukuman atas tindakan New Delhi dalam terus membeli minyak Rusia dalam jumlah besar. Meski demikian, India menilai bahwa langkah ini tidak adil dan berstandar ganda. Kementerian Luar Negeri India menyebut tarif tersebut tidak beralasan dan tidak masuk akal, serta menuduh AS menerapkan standar ganda karena negara-negara lain yang juga mengimpor minyak Rusia belum mendapatkan sanksi serupa.

Presiden Partai Kongres India, Mallikarjun Kharge, mengecam upaya AS menggunakan tarif untuk memaksa New Delhi mengubah kebijakan perdagangan dan luar negerinya. India telah menjaga hubungan baik dengan Moskow selama beberapa dekade. Kharge menekankan bahwa kepentingan nasional India adalah yang utama dan bahwa negara mana pun yang secara sewenang-wenang menghukum India atas kebijakan otonomi strategis mereka tidak memahami kerangka baja yang membentuk India.

Seorang anggota parlemen dari partai oposisi Kongres, Shashi Tharoor, menyarankan agar India memberikan tarif balasan sebesar 50 persen terhadap barang-barang AS. Langkah ini dianggap sebagai respons terhadap tindakan Washington yang dinilai tidak proporsional.

India Menolak Izin Impor dan Bebas Bea dari AS

Selain menetapkan tarif tambahan, AS juga menawarkan izin impor tanaman rekayasa genetika (GM) serta impor bebas bea untuk produk pertanian dan susu. Namun, pihak India menolak tawaran ini dan bersikeras menolak penggunaan GM dalam sistem pertanian negara. Modi menekankan bahwa kekuatan petani selalu menjadi fondasi kemajuan nasional. Dia menyoroti kebijakan yang dirancang dalam beberapa tahun terakhir bukan hanya tentang bantuan, tetapi juga tentang membangun kepercayaan di kalangan petani.

Dalam visinya, Modi mendorong penggabungan praktik pertanian tradisional dengan sains modern. Ia menekankan pentingnya keamanan gizi, diversifikasi tanaman, dan pengembangan varietas tanaman yang tahan iklim. Selain itu, Modi juga mengusulkan integrasi teknologi AI dan pembelajaran mesin dalam sistem pertanian.

Dampak Ekonomi Tarif AS Terhadap India

AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi India, dengan total pengiriman mencapai hampir 87 miliar dolar AS pada 2024. Meski demikian, Washington mengalami defisit perdagangan sekitar 45 miliar dolar AS dengan India. Para ahli memprediksi bahwa dampak ekonomi dari tarif 50 persen terhadap ekspor India ke AS akan cukup signifikan, terutama di sektor tekstil, pakaian jadi, komponen otomotif, baja, dan permata.

Tarif ini juga akan membuat India berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dibandingkan pesaing regional seperti Vietnam, Bangladesh, dan China. Presiden Federasi Organisasi Ekspor India, SC Ralhan, menyatakan bahwa hampir 55 persen pengiriman India ke AS akan terdampak oleh tarif tersebut.

India mengecam tindakan AS dan Uni Eropa terkait impor minyak Rusia, serta mengajak warganya untuk membeli produk lokal setelah dikenakan tarif 25 persen oleh AS. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor.