40 Tahun Cinta I Wayan Nika, Mengasuh Anak Bali di Panti Asuhan

Perjalanan I Wayan Nika dalam Membangun Panti Asuhan Hindu Dharma Jati
Di usia yang telah menginjak 79 tahun, I Wayan Nika masih aktif dalam menjalankan kegiatan sosialnya. Tahun 2025, tepatnya 40 tahun ia berkontribusi untuk anak-anak di Panti Asuhan Hindu Dharma Jati di Bali. Kehadirannya di panti asuhan seperti seorang ayah atau kakek bagi anak-anak yang jauh dari keluarga mereka.
Saat ini, Wayan Nika mengurus panti bersama istrinya, Ni Nyoman Suasti (62). Saat ditemui di panti asuhan yang berlokasi di Jalan Trengguli 80, Penatih, Denpasar, ia menjelaskan bahwa saat ini terdapat 51 anak di sini. Anak-anak tersebut berasal dari Bali, sebagian besar orangtuanya sudah tidak ada. Yang terbesar telah menempuh pendidikan S3, sedangkan yang terkecil masih berusia TK.
Bagi Wayan Nika, semangat dan ketulusan adalah modal utamanya dalam membantu anak-anak Bali. Meskipun sering kali dana pas-pasan, ia yakin pasti akan ada jalan keluar. Pasti akan ada orang-orang baik yang datang dan membantu.
Dari Studio Foto ke Panti Asuhan
Dulu, Wayan Nika bekerja sebagai fotografer dengan nama Monika Foto Studio. Tempat ini pernah sangat ramai, hingga banyak orang yang antre dan kesulitan mencari tempat parkir. Dana dari studio foto itu dikumpulkan untuk membiayai panti asuhan. Selain itu, ia juga sering mendapat pekerjaan sebagai fotografer di hotel-hotel di Bali.
Panti Asuhan Hindu Dharma Jati didirikan pada 15 Oktober 1985. Awalnya dibangun di Desa Bakas, Kabupaten Klungkung, kemudian dilanjutkan dengan Panti Asuhan Hindu Dharma Jati II di Kota Denpasar. Panti di Klungkung tetap berjalan hingga sekarang.
Tujuan dari mendirikan panti asuhan ini adalah membantu anak-anak yatim piatu, miskin, dan telantar. Panti asuhan yang dikembangkan di bawah Yayasan Dharma Jati diharapkan dapat memberi kesempatan bagi anak-anak untuk menempuh pendidikan dan membangun masa depan yang lebih baik.
Mimpi yang Menjadi Nyata
Keinginan untuk mendirikan panti muncul dalam benak Wayan Nika sejak tahun 1967, ketika dia masih menjadi mahasiswa di IHD. Ia tidak memiliki modal uang, hanya memiliki kemauan. Pernah ada masa di mana panti kekurangan beras, dan ia memutuskan untuk makan bubur saja.
Pada masa awal, panti merawat 25 anak miskin dan telantar. Jumlah tersebut terus bertambah hingga pernah mencapai 325 anak. Saat jumlah anak meningkat, ia menerapkan konsep bahwa anak-anak yang lebih senior membantu merawat adik-adiknya yang baru.
Program Pendidikan dan Pelatihan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, program yang diikuti anak-anak di panti adalah pendidikan satu atap. Program ini mirip dengan sekolah umum lainnya, yakni Kejar Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA. Selain itu, ada pula program plus seperti Program Pariwisata (SMK kelas jauh), serta pendidikan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar kelas kecil.
Anak-anak di panti juga mendapatkan pelatihan pengembangan diri, seperti menabuh, menari, menjahit, membangun, menyanyi, mekidung, memasak, ilmu bela diri, hingga angkat besi. Beberapa anak bahkan berprestasi di bidang angkat besi dan sampai bertanding di tingkat internasional, termasuk SEA Games.
Perjalanan Penuh Tantangan
Perjalanan Wayan Nika selama ini tentu tidak mudah. Banyak jatuh bangun yang telah dilewatinya. Namun, semua dihadapi dengan hati tulus untuk pengabdian. Ia pernah mendapat penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Soeharto.
"Saya diberi tahu, dalam mendirikan dan mengurus panti, pasti akan banyak cobaan dan ujian. Tapi jangan menyerah, terus saja jalan," ucap Nika, yang merupakan pensiunan guru agama Hindu di SMAN 5 Denpasar.