Literasi Penduduk Bengkulu Capai 97,91 Persen, Lansia Tertinggal

Tingkat Melek Aksara di Provinsi Bengkulu
Provinsi Bengkulu mencatat tingkat melek aksara yang cukup tinggi pada tahun 2024. Angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 97,91 persen. Meskipun angka ini menunjukkan kemajuan signifikan, terdapat perbedaan antara berbagai kelompok usia dan wilayah. Terutama, lansia masih menjadi kelompok yang tertinggal dalam hal literasi.
Melek aksara dalam bahasa Indonesia merujuk pada kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Namun, makna ini bisa diperluas hingga mencakup kemampuan memahami dan menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan, untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam berbagai konteks. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Bengkulu memiliki kemampuan dasar dalam membaca dan menulis.
Peningkatan Literasi di Kalangan Generasi Muda
Kelompok usia 15–24 tahun mencatat angka melek aksara tertinggi, yaitu 99,87 persen. Disusul oleh kelompok usia 15–59 tahun dengan angka 99,85 persen. Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan program wajib belajar 12 tahun dan peningkatan akses pendidikan dasar serta menengah di seluruh provinsi.
Peningkatan ini juga didorong oleh berbagai inisiatif pemerintah daerah dan lembaga pendidikan yang fokus pada pengembangan keterampilan dasar siswa. Dengan adanya kebijakan yang mendukung pendidikan, generasi muda kini lebih siap menghadapi tantangan global.
Kesenjangan Antara Wilayah Perkotaan dan Perdesaan
Meski secara umum tingkat melek aksara tinggi, terdapat perbedaan signifikan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Wilayah perkotaan mencatat angka melek aksara sebesar 99,03 persen, sedangkan wilayah perdesaan hanya 97,40 persen. Kesenjangan ini menunjukkan bahwa akses pendidikan dan fasilitas pendukung literasi masih lebih baik di daerah perkotaan dibanding perdesaan.
Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain kurangnya sarana dan prasarana pendidikan di daerah pedesaan serta keterbatasan jumlah guru yang terlatih. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan strategi yang lebih komprehensif, termasuk penguatan infrastruktur pendidikan dan pelatihan guru di daerah terpencil.
Perbedaan Berdasarkan Kelompok Umur
Tingkat melek aksara juga menunjukkan variasi signifikan berdasarkan kelompok usia:
- Usia 15–24 tahun:
- Perkotaan: 99,95 persen
- Perdesaan: 99,82 persen
- Total: 99,87 persen
Generasi muda menunjukkan tingkat melek aksara hampir sempurna, baik di wilayah urban maupun rural. Hal ini mencerminkan keberhasilan program wajib belajar dan peningkatan akses pendidikan menengah.
- Usia 15–59 tahun:
- Perkotaan: 99,78 persen
- Perdesaan: 99,89 persen
- Total: 99,85 persen
Kelompok usia produktif ini juga menunjukkan angka sangat tinggi, dengan sedikit keunggulan di perdesaan. Ini bisa mencerminkan hasil dari program pemberdayaan dan pendidikan orang dewasa di desa.
- Usia 60 tahun ke atas:
- Perkotaan: 93,25 persen
- Perdesaan: 83,71 persen
- Total: 86,31 persen
Kelompok lanjut usia menunjukkan penurunan signifikan dalam tingkat melek aksara, terutama di perdesaan. Hal ini mencerminkan tantangan historis dalam akses pendidikan di masa lalu, terutama bagi generasi yang besar sebelum perluasan sistem pendidikan nasional.
Tantangan dan Kebijakan yang Diperlukan
Secara keseluruhan, tingkat melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas di Bengkulu mencapai 97,91 persen. Meskipun angka ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pembangunan manusia, masih ada ruang untuk perbaikan, terutama di kalangan lansia dan masyarakat perdesaan.
Data tahun 2024 menunjukkan bahwa Provinsi Bengkulu telah mencapai kemajuan luar biasa dalam hal literasi, terutama di kalangan usia muda dan penduduk wilayah perkotaan. Namun, disparitas yang masih ada antara wilayah urban dan rural serta rendahnya angka melek aksara pada kelompok lansia menunjukkan perlunya kebijakan khusus yang menyasar pendidikan literasi orang dewasa dan lanjut usia, terutama di desa-desa.