Mengenal Alat Pemantau Kesehatan Bumi, Cek Kondisi Batas Planet

Kondisi Bumi yang Mengkhawatirkan
Berdasarkan temuan terbaru mengenai Batas-Batas Planet (Planetary Boundaries), enam dari sembilan batas yang menentukan kesehatan Bumi telah terlampaui. Hal ini meningkatkan risiko kerusakan permanen pada sistem Bumi yang menjadi fondasi kehidupan manusia. Para ilmuwan memperingatkan bahwa keterkaitan antar-batas membuat kerusakan pada satu aspek bisa memicu gangguan pada batas lainnya, sehingga menyebabkan reaksi berantai degradasi lingkungan.
Saat ini, dunia berada di ambang melampaui batas ketujuh, yakni stabilitas lautan. Kondisi ini semakin memperburuk krisis planet secara keseluruhan. Untuk memantau kondisi Bumi secara lebih menyeluruh, Planetary Guardians bersama Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) meluncurkan Planetary Health Check, sebuah alat pemantauan kesehatan planet yang berbasis sains. Alat ini pertama kali diperkenalkan pada September 2024 dalam ajang Climate Week New York.
Laporan yang dihasilkan oleh Planetary Health Check dianggap sebagai tonggak penting karena menyatukan informasi ilmiah terbaru tentang berbagai batas planet dan penyebab mendasar degradasi lingkungan. Versi terbaru Planetary Health Check 2025 akan dirilis pada September mendatang di New York.
Indikator Universal untuk Kesehatan Bumi
Farwiza Farhan, salah satu anggota Planetary Guardians, menjelaskan bahwa indikator Planetary Health Check dirancang bersifat universal. “Jadi sebenarnya Planetary Health Check itu indikatornya cukup universal. Sama seperti manusia di seluruh dunia, biasanya kalau cek kesehatan yang dicek standar kan?” kata Farwiza usai konferensi pers di Shangri-La Jakarta, Selasa, 29 Juli 2025.
“Ada cek gula darah, ada cek kolesterol, ada cek asam urat, dan sebagainya. Nah, sama untuk planet Bumi juga indikatornya kurang lebih sama,” ujarnya melanjutkan.
Menurut aktivis itu, terdapat sembilan indikator universal yang dapat digunakan setiap negara, yaitu perubahan iklim (climate change), entitas baru (novel entities), penipisan ozon stratosfer (stratospheric ozone depletion), pemuatan aerosol atmosfer (atmospheric aerosol loading), pengasaman laut (ocean acidification), modifikasi aliran biogeokimia (modification of biogeochemical flows), perubahan air tawar (freshwater change), perubahan sistem lahan (land system change), dan integritas biosfer (biosphere integrity).
Namun, penerjemahan ke dalam kebijakan tetap menyesuaikan konteks masing-masing negara. “Para Planetary Guardians ada di sini untuk belajar konteks Indonesia, pengalaman Indonesia, dan pembelajaran-pembelajaran yang didapatkan dari sini, yang mungkin bisa dipakai di negara lain,” tuturnya.
Peran Masyarakat dalam Menjaga Kesehatan Bumi
Penerima award Lifetime Planet Protector itu juga menambahkan bahwa Planetary Health Check lebih bersifat sebagai alat pengukuran ketimbang pemberi rekomendasi kebijakan. “Jadi ini bukan satu alat yang kita pakai untuk kita taruh di tanah terus dapat jawaban, enggak seperti itu. Lebih ke pengukuran-pengukuran sebenarnya keadaan planet Bumi ini sekarang seperti apa,” ucapnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya peran masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan Bumi. Sebab, Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi paling banyak, keanekaragaman hayati paling tinggi, dan jumlah masyarakat adat terbanyak di dunia. “Jadi ada pengetahuan dari tingkat tapak yang seringkali belum ter-capture, dan belum terejawantahkan di dalam kebijakan.”
Farwiza juga menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran publik. Menurutnya, seperti halnya kesehatan manusia yang baru terasa penting ketika sakit, masyarakat sering kali menganggap daya dukung lingkungan sebagai hal yang biasa hingga akhirnya hilang. Ia mendorong masyarakat untuk lebih teredukasi mengenai batas-batas planet agar Bumi dapat kembali sehat dan tetap menopang kehidupan. Planetary Health Check itu sendiri dapat diakses melalui situs resmi planetaryhealthcheck.org.