Organda Minta Penutupan Jalur Gumitir Ditunda untuk Hindari Kemacetan Parah

Organda Minta Penutupan Jalur Gumitir Ditunda untuk Hindari Kemacetan Parah

Penutupan Jalur Gumitir Berdampak Luar Biasa pada Kondisi Lalu Lintas

Penutupan jalur Gumitir-Banyuwangi yang berlaku sejak hari ini menimbulkan kekhawatiran besar terhadap kondisi lalu lintas di kawasan tersebut. Ketua DPD Organda Jatim, Firmansyah Mustafa, menyampaikan bahwa penutupan tersebut sebaiknya ditunda mengingat situasi kemacetan yang semakin parah.

Firmansyah menegaskan bahwa saat ini, jalur menuju pelabuhan Ketapang sedang mengalami kemacetan yang sangat parah akibat keterbatasan jumlah kapal penyeberangan ke pelabuhan Gilimanuk. Hal ini memicu penumpukan kendaraan yang membuat situasi makin sulit.

"Kami berharap penutupan jalur Gumitir tetap ditunda. Dampaknya sangat luar biasa dan kemacetan akan semakin tidak bisa dibayangkan," ujarnya. Menurutnya, ribuan anggota Organda Jatim sudah merasakan dampak penutupan jalur tersebut. Seluruh kendaraan yang seharusnya melalui jalur Gumitir kini tumpah ke jalur Pantura Situbondo, yang membuat kemacetan semakin parah.

Firmansyah juga menyampaikan bahwa banyak angkutan barang dan angkutan orang yang tertahan selama seharian akibat kemacetan yang ekstrem. "Sulit menjelaskan dampak yang ditimbulkan karena macet luar biasa ini. Bisa jadi ini menjadi yang terparah dalam sejarah kemacetan Situbondo Banyuwangi," katanya.

Ia berharap pemerintah dapat memahami situasi di lapangan dan tidak tutup mata terhadap dampak buruk dari penutupan jalur tersebut. Jika muatan yang dibawa adalah sayuran, maka bisa saja busuk. Belum lagi, penggunaan BBM yang terbuang percuma hanya untuk antre dalam kemacetan. Firmansyah belum bisa menghitung kerugian angkutan barang yang terdampak, namun ia memperkirakan biaya operasional akan semakin berat.

Untuk angkutan orang seperti bus, Firmansyah menyarankan agar diberikan kebijakan kelonggaran. Bus dapat meminta pengertian kepada penumpang agar menyesuaikan tarif akibat penutupan jalur Gumitir. "Bus dari Surabaya ke Banyuwangi dan Bali lewat Pantura Situbondo sulit dibayangkan seperti apa kemacetannya. Belum lagi kendaraan besar yang habis waktu dan BBM di kemacetan. Mudah-mudahan penutupan jalur Gumitir ditinjau ulang," tambahnya.

Kemacetan yang Terjadi di Jalur Situbondo-Banyuwangi

Kemacetan di jalur Situbondo menuju Banyuwangi kembali terjadi secara parah pada Kamis, 24 Juli 2025. Kondisi ini telah berlangsung beberapa hari akibat pembatasan angkutan di Pelabuhan Ketapang serta diperparah dengan ditutupnya Jalur Gumitir yang menghubungkan Banyuwangi-Jember.

Pantauan menunjukkan bahwa kemacetan terpantau di sekitar Pelabuhan Ketapang. Sementara itu, ekor kemacetan berada di jalan Alas Baluran, perbatasan Situbondo-Banyuwangi. Kendaraan yang terjebak umumnya adalah truk.

Ginanjar, seorang sopir truk tronton, mengatakan bahwa dirinya terjebak macet sejak Rabu, 23 Juli 2025, sekitar pukul 12 siang. Hingga pagi ini, dia masih terjebak dalam kemacetan tersebut. Selama masa itu, kendaraannya hanya bisa maju sejauh 5 km.

"Saya mau kirim muatan ke Denpasar. Ini kemacetan paling parah sejak saya nyopir tahun 2018," kata Ginanjar, yang melintas di jalur tersebut dua pekan sekali.

Hingga Kamis siang, banyak sopir yang terjebak macet hingga di Alas Baluran. Jaraknya sekitar 28 kilometer (km) dari Pelabuhan Ketapang. Yosep, seorang sopir lain, mengatakan bahwa dirinya sudah dari pukul 5 sore kemarin di Wongsorejo kena macet. Sekarang masih di sana.

Selaras dengan Ginanjar, ia juga menyebut kemacetan kali ini merupakan yang terparah sepanjang ia pernah menyopir di lintas Situbondo-Banyuwangi. Ia pesimistis bisa menyebrang ke Bali dalam waktu dekat. Sebelum masuk ke area pelabuhan, truk-truk harus terlebih dulu masuk ke kantong parkir di Dermaga Bulusan. Baru setelah itu, mereka bisa berjalan kembali menuju pelabuhan.

Pantauan di aplikasi Google Maps menunjukkan bahwa kemacetan terpantau merata dari Alas Baluran hingga Pelabuhan Ketapang. Jalur di aplikasi mayoritas merah yang artinya macet padat. Beberapa simpul pertigaan juga terlihat stagnan. Kendaraan truk besar harus menunggu hingga berjam-jam untuk bisa bergerak beberapa ratus meter.