Persaingan Tarif: Trump Vs Prabowo, Siapa Pemenangnya?

Penurunan Tarif Imbal Balik dengan Amerika Serikat
Pemerintah Presiden Prabowo Subianto berhasil menekan tarif imbal balik Presiden Amerika Serikat (AS) dari 32% menjadi 19%. Awalnya, penurunan ini dianggap sebagai keberhasilan. Namun, kesepakatan antara Prabowo dan Trump justru memicu perdebatan dan kontroversi.
Dalam pernyataannya melalui akun media sosial resmi, Trump menyebut kesepakatan dagang besar antara AS dan Indonesia sebagai kehormatan besar dan kemenangan besar bagi AS. Menurutnya, dalam kesepakatan tersebut, Indonesia setuju untuk menjadi pasar terbuka bagi produk industri, teknologi, dan pertanian asal AS dengan menghapus 99% hambatan tarif.
Sebagai gantinya, produk Indonesia yang masuk ke AS akan dikenakan tarif sebesar 19%, sementara produk AS dapat masuk ke Indonesia tanpa tarif. Trump menyatakan bahwa ini merupakan kemenangan besar bagi berbagai sektor ekonomi AS, termasuk produsen mobil, perusahaan teknologi, pekerja, petani, peternak, dan manufaktur.
Diplomasi Ekonomi oleh Presiden Prabowo
Presiden Prabowo Subianto menyebut kesepakatan tarif antara Indonesia dan AS sebagai bagian dari diplomasi ekonomi. Ia menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah situasi global yang tidak kondusif. Ia menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi banyak negara, termasuk ketatnya kebijakan dari AS, tetapi menekankan bahwa pemerintah Indonesia tetap mengedepankan pendekatan diplomatik demi kepentingan rakyat.
Prabowo juga menyampaikan bahwa sebagai kepala negara, tanggung jawab utama adalah melindungi rakyat Indonesia dari dampak langsung krisis global, termasuk risiko pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia menegaskan bahwa pemerintah melakukan musyawarah dan negosiasi untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Respons terhadap Kritik
Prabowo juga menyinggung respons negatif terhadap kebijakan pemerintah, termasuk sindiran terhadap program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis. Ia menilai bahwa kritik terhadap program makan bergizi gratis tidak berdasar, apalagi bila dipertentangkan dengan program pendidikan gratis. Ia menegaskan bahwa kedua program tersebut sama pentingnya dan harus berjalan seiring.
Pemerintah, ujarnya, memiliki kewajiban moral dan konstitusional untuk memastikan rakyat khususnya anak-anak mendapatkan akses gizi dan pendidikan yang layak. Ia menegaskan bahwa anak-anak yang lapar tidak boleh dibiarkan lapar karena mereka masa depan bangsa.
Keamanan Ekonomi Indonesia
Chief Economist AMRO Dong He menyatakan bahwa Indonesia merupakan ekonomi terbesar di ASEAN yang didukung oleh pasar domestik yang signifikan. Hal ini membuat perekonomian Indonesia sebagian besar ditopang oleh permintaan dalam negeri. Menurutnya, kebijakan pemerintah Indonesia yang membebaskan tarif untuk produk asal AS tidak akan menimbulkan dampak signifikan.
Ia menjelaskan bahwa AS hanya menyumbang sekitar 10% dari total ekspor Indonesia, sedangkan China menyumbang lebih dari dua kali lipatnya. Perekonomian Indonesia relatif tidak rentan karena tingkat keterbukaannya terhadap perdagangan internasional juga lebih rendah. Pasar ekspor terbesar Indonesia bukanlah AS, sehingga Indonesia seharusnya cukup terlindungi dari putaran tarif terbaru yang diberlakukan AS.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
AMRO menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8% pada 2025. Proyeksi tersebut terungkap dalam laporan terbaru AMRO bertajuk ASEAN+3 Regional Economic Outlook Update edisi Juli 2025. Dalam laporan edisi April 2025, AMRO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% pada 2025.
Penurunan proyeksi tersebut juga dilakukan pada seluruh pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara serta China, Jepang, dan Korea Selatan atau disebut Asean+3. AMRO memprediksi pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut sebesar 3,8% pada 2025 dan melemah ke 3,6% pada 2026 mendatang.
Prospek ekonomi kawasan Asean+3 masih dibayangi oleh ketidakpastian yang signifikan, dengan eskalasi tarif impor oleh Amerika Serikat menjadi salah satu risiko paling menonjol.