Warga Thailand Khawatir, Kamboja Siap Luncurkan Roket, Militer Beri Pernyataan

Warga Thailand Khawatir, Kamboja Siap Luncurkan Roket, Militer Beri Pernyataan

Warga Thailand Khawatir, Kamboja Akan Lakukan Peluncuran Roket Jarak Jauh

Warga Thailand kini merasa cemas setelah adanya rencana dari Kamboja untuk meluncurkan roket jarak jauh. Informasi ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah perbatasan. Militer Kamboja menyatakan bahwa roket tersebut mampu menyerang target dalam radius 130 kilometer. Hal ini menunjukkan bahwa Kamboja berencana memperluas zona konflik dengan militer Thailand.

Meskipun telah ada laporan mengenai gencatan senjata, situasi di perbatasan tetap memanas. Tentara Kerajaan Thailand (RTA) telah memberi imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik. Mereka juga menegaskan bahwa belum ada konfirmasi resmi mengenai lokasi atau kemungkinan pengerahan roket jarak jauh dari Kamboja.

Juru bicara Angkatan Darat Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, menyatakan bahwa laporan tersebut berasal dari intelijen yang belum diverifikasi. Sampai saat ini, tidak ada indikasi adanya penyebaran atau penargetan peluncur roket PHL-03. Laporan dari Bangkok Post juga menyebutkan bahwa tidak ada bukti kuat mengenai hal ini.

Beberapa provinsi timur laut seperti Ubon Ratchathani, Surin, Si Sa Ket, dan Buri Ram, serta sebagian Yasothon, Roi Et, Maha Sarakham, dan Nakhon Ratchasima, mendapatkan peringatan dari media sosial. Warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti informasi yang diberikan melalui saluran resmi.

Ketegangan di perbatasan semakin meningkat. Pada hari Minggu (27/7/2025), pasukan Kamboja melancarkan serangan roket BM-21 ke wilayah Thailand, yang menargetkan wilayah sipil termasuk rumah dan rumah sakit di Surin. Sebagai respons, Angkatan Udara Kerajaan Thailand mengerahkan jet tempur F-16 dan Gripen untuk menetralisir posisi artileri di dekat area kuil Ta Kwai dan Ta Muen Thom.

Perundingan Antara Thailand dan Kamboja

Penjabat perdana menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, dan Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, sepakat untuk bertemu guna mengakhiri konflik perbatasan. Pertemuan ini akan berlangsung pada Senin (28/7/2025) dengan Malaysia bertindak sebagai mediator. Juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Houngsub, menyampaikan hal ini sebagai tanggapan atas laporan Reuters.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia, Mohamad Hasan, menyatakan bahwa kedua belah pihak memiliki kepercayaan penuh pada Malaysia dan meminta ia menjadi mediator. Ia juga mengatakan bahwa tidak ada negara lain yang boleh terlibat dalam masalah ini.

Phumtham mengatakan bahwa Thailand akan menyetujui gencatan senjata jika pemerintah Kamboja menunjukkan kesungguhan dengan menarik pasukan dan persenjataan berat dari wilayah perbatasan yang disengketakan. Ia membuat pernyataan ini setelah percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (26/7/2025).

Trump menyatakan keprihatinan mendalam atas kekerasan tersebut dan mengatakan bahwa kecuali gencatan senjata dicapai, Amerika Serikat tidak akan melanjutkan perundingan perdagangan yang melibatkan kedua negara. Thailand menyatakan kesediaannya untuk melakukan gencatan senjata dan memprioritaskan keselamatan warganya, namun menekankan bahwa Kamboja harus menunjukkan ketulusan sejati dengan menarik pasukannya.

Konflik yang Berkepanjangan

Thailand telah lama menyatakan keinginan untuk melaksanakan gencatan senjata, sementara Kamboja baru saja mengumumkan keinginannya untuk melakukannya sambil menggambarkan Thailand sebagai agresor. Phumtham menyatakan bahwa penilaian mereka menunjukkan bahwa Kamboja adalah pihak yang memulai permusuhan dan bahwa tindakan mereka adalah untuk mempertahankan kedaulatan sesuai hukum internasional.

Terkait isu tarif AS, Phumtham menambahkan bahwa tidak ada keberatan dari pihak Thailand. Setelah gencatan senjata berlaku, kedua negara akan diberitahu. Meski intervensi Trump mengklaim kedua belah pihak telah sepakat untuk gencatan senjata, militer Thailand mengatakan Kamboja terus melanjutkan serangan.

Phumtham mengatakan Thailand berkomitmen pada perdamaian dan diplomasi, tetapi menegaskan bahwa warga sipil telah menjadi sasaran tembakan tanpa provokasi atau justifikasi militer. Pasukan Thailand pun menembaki instalasi militer Kamboja sebagai balasan. Situasi ini telah merenggut nyawa 15 warga sipil Thailand dan melukai sekitar 50 orang lainnya. Sebanyak 130.000 orang telah dievakuasi ke tempat penampungan sementara di seluruh provinsi terdampak.