5 Fakta Menarik Bunglon Lesser, Spesies Langka Madagaskar

Fakta Menarik Mengenai Lesser Chameleon
Madagaskar adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudra Hindia, berada di sebelah timur Afrika. Meskipun secara geografis dekat dengan benua Afrika, Madagaskar memiliki sejarah geologi serta keunikan flora dan fauna yang sangat berbeda. Pulau ini dikenal sebagai rumah bagi banyak spesies unik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Salah satu contohnya adalah Lesser chameleon, salah satu spesies bunglon yang menarik perhatian karena keindahan dan sifatnya yang unik.
1. Perbedaan Warna Antara Jantan dan Betina
Lesser chameleon atau Furcifer minor merupakan spesies kadal yang termasuk dalam famili Chamaeleonidae. Panjang tubuh jantan bisa mencapai sekitar 24 cm, sedangkan betina lebih kecil, yaitu sekitar 16 cm. Berbeda dengan kebanyakan bunglon, di mana biasanya jantan tampil lebih mencolok, Lesser chameleon memiliki pengecualian menarik. Betina dari spesies ini justru memiliki warna yang lebih mencolok, terutama saat sedang hamil. Mereka menunjukkan pola warna hijau-hitam dan kuning secara bergantian, serta bintik-bintik kuning yang menyoroti area gelap. Dada mereka juga dihiasi bintik biru-violet dan merah-hitam, sementara rahang bawahnya berwarna merah. Saat beristirahat, pita kekuningan juga tampak pada tubuhnya. Sementara itu, jantan memiliki pola warna cokelat, hitam, putih, dan oranye kemerahan. Fitur ikonik pada jantan adalah adanya tonjolan rostral menyerupai tanduk di ujung moncongnya.
2. Pola Makan yang Khas
Lesser chameleon adalah hewan karnivora yang memakan serangga. Di alam liar, mereka berburu menggunakan lidah yang panjang dan lengket untuk menjerat serangga seperti belalang sembah dan jangkrik. Di penangkaran, makanan mereka umumnya terdiri dari jangkrik, ulat sutra, ulat bambu, lalat buah, larva lalat tentara hitam, kumbang kacang, dan nimfa kecoa. Seperti kebanyakan bunglon, mereka tidak memakan tumbuhan, tetapi hanya sedikit yang memakan burung kecil atau kadal.
3. Adaptasi Habitat yang Fleksibel
Bunglon memiliki kemampuan adaptasi habitat yang fleksibel, sehingga dapat hidup di berbagai lingkungan seperti hutan hujan, dataran rendah, gurun, sabana, dan pegunungan. Sebagian besar bunglon tinggal di pepohonan, namun ada juga yang hidup di semak-semak atau dahan kering. Lesser chameleon sendiri adalah spesies endemik yang hanya ditemukan di Madagaskar. Mereka tinggal di habitat arboreal hutan tapia, yang didominasi oleh pohon Uapaca bojeri, serta habitat pegunungan lembab pada ketinggian 1.000-1.650 meter di atas permukaan laut. Bahkan, mereka juga diketahui menghuni padang rumput dan perkebunan kopi serta kakao, menunjukkan tingkat adaptasi yang cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan.
4. Karakteristik Reproduksi yang Unik
Lesser chameleon adalah hewan ovipar, artinya betina akan bertelur setelah kawin. Biasanya, dalam satu kali bertelur betina menghasilkan 4-16 butir telur, dan di penangkaran tercatat hingga tiga kali bertelur dalam setahun. Telur yang pernah ditemukan memiliki ukuran sekitar 12 x 7 mm. Masa inkubasi telur cukup lama, yaitu sekitar 8-9 bulan pada suhu stabil sekitar 23°C. Setelah menetas, Lesser chameleon tumbuh sangat cepat dan mencapai kematangan seksual pada usia 5-8 bulan. Setelah kawin, betina akan menampilkan spektrum warna baru dan menunjukkan perilaku agresif terhadap jantan yang mendekat. Namun, ada risiko bagi betina saat pertama kali bertelur, yaitu kemungkinan mengalami kesulitan saat melahirkan dan berpotensi menyebabkan kematian pada induk atau anak bunglon akibat egg binding.
5. Status Terancam Punah
Meskipun dianggap langka di penangkaran, Lesser chameleon tercatat sebagai spesies yang melimpah di habitat alami. Ancaman utama terhadap kelangsungan hidupnya adalah degradasi dan hilangnya habitat, terutama akibat aktivitas penambangan mineral dan penebangan hutan untuk lahan pertanian. Meskipun pengumpulan spesies ini belum dianggap berisiko, potensi ancaman tetap ada. Menurut laporan CITES tahun 1994, sekitar 1.257 Lesser chameleon diekspor dari Madagaskar untuk pasar hewan peliharaan. Larangan ekspor kemudian diberlakukan, dan saat ini, Lesser chameleon tercantum dalam Lampiran II CITES serta terdaftar sebagai spesies "Terancam Punah" oleh IUCN. Oleh karena itu, upaya konservasi yang serius dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk melindungi habitat dan memastikan kelangsungan hidup spesies ini di Madagaskar.