5 Fakta Menarik Hiu Karpet Berbintik, Spesies Langka Raja Ampat!

Featured Image

Keunikan Hiu Karpet Berbintik di Perairan Raja Ampat

Raja Ampat memang layak disebut sebagai surga di bumi karena keindahan alamnya yang luar biasa. Mulai dari langit biru yang cerah, pulau-pulau kecil yang menghiasi permukaan laut, hingga kekayaan biota laut yang tidak ditemukan di tempat lain. Salah satu hal menarik yang membuat Raja Ampat menjadi destinasi penting adalah keberadaan berbagai jenis terumbu karang. Sebagian besar dari mereka hidup di kawasan Coral Triangle, yang merupakan pusat keanekaragaman hayati terumbu karang dunia. Di sini, Raja Ampat menjadi rumah bagi sekitar 75 persen jenis terumbu karang di seluruh dunia.

Dengan keberagaman terumbu karang ini, Raja Ampat juga menjadi habitat bagi banyak spesies laut, termasuk hiu. Salah satu kelompok hiu yang hanya bisa ditemukan di perairan Raja Ampat adalah hiu karpet (ordo Orectolobiformes). Dalam kawasan ini, ada satu spesies endemik yang dikenal dengan nama ilmiah Hemiscyllium freycineti atau lebih dikenal sebagai hiu karpet berbintik. Spesies ini memiliki beberapa nama lain seperti hiu berjalan, kalabia, atau mandemor.

Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang hiu karpet berbintik:

1. Penampilan dan Habitat Alami

Hiu karpet berbintik memiliki bentuk tubuh ramping dan memanjang. Sirip dada dan perut mereka cukup besar, yang berfungsi untuk membantu gerakan mereka di dasar laut. Warna sisiknya didominasi cokelat kemerahan dengan bintik-bintik hitam. Pada bagian punggung, terdapat bintik oval berukuran besar sebanyak 8—9 buah. Ukuran hiu ini relatif kecil, dengan panjang rata-rata 46 cm, namun beberapa individu dapat mencapai panjang 68 cm.

Hiu karpet berbintik hanya ditemukan di sekitar Raja Ampat, meskipun terdapat beberapa populasi kecil di sekitar pesisir timur Papua dan Papua Nugini. Mereka lebih sering ditemukan di area karang dangkal dengan kedalaman sekitar 10 meter. Aktivitas mereka sering kali terjadi di antara karang atau bahkan tersapu ke daratan akibat pasang surut air laut. Terkadang, mereka juga bergerak ke air payau atau hutan bakau untuk mencari makan.

2. Makanan Favorit

Hiu karpet berbintik diketahui sebagai hewan karnivor yang memakan krustasea, ikan kecil, dan cacing laut. Individu yang lebih besar cenderung memakan kepiting dan udang, sedangkan yang lebih muda memilih makanan yang lebih kecil. Mereka aktif pada malam hari atau saat air laut sedang pasang. Untuk menangkap mangsa, mereka memanfaatkan indra penciuman yang tajam serta elektroresepsi, yaitu kemampuan untuk mendeteksi medan listrik yang dikeluarkan oleh makhluk hidup.

3. Kemampuan Berjalan

Dari nama lainnya, kita bisa menebak bahwa hiu karpet berbintik memiliki kemampuan unik untuk "berjalan". Mereka menggunakan sirip dada dan perut untuk melangkah baik di dalam air maupun di daratan. Saat air laut surut, mereka akan meliuk-liuk dengan tubuh panjang sambil memanfaatkan sirip dada dan perut seperti kaki. Meski proses ini terlihat sulit, hiu ini mampu bertahan di daratan hingga beberapa jam dengan memperlambat detak jantung dan pernapasan.

4. Sistem Reproduksi

Hiu karpet berbintik termasuk dalam spesies ovipar, artinya mereka bertelur. Betina mengeluarkan telur dalam bentuk kulit yang keluar sepasang dalam satu masa reproduksi. Telur ini akan mengalami masa inkubasi selama 120—150 hari, dan biasanya menghasilkan 10—20 anak hiu. Namun, belum diketahui apakah induk hiu terlibat dalam menjaga telur atau anak-anaknya setelah lahir.

5. Status Konservasi

Menurut IUCN Red List, hiu karpet berbintik masuk dalam kategori "hampir terancam" (Near Threatened). Populasi mereka terus menurun akibat kerusakan habitat yang disebabkan aktivitas manusia. Selain itu, mereka sering terjebak dalam sampah plastik dan terkadang diburu untuk dikonsumsi. Jika kerusakan lingkungan terus berlanjut, spesies ini bisa punah dalam beberapa generasi ke depan.

Melindungi Raja Ampat adalah tugas kita semua. Setiap upaya kecil untuk menjaga alam akan memberikan dampak positif jika dilakukan bersama-sama. Dengan begitu, keanekaragaman hayati di Raja Ampat tetap terjaga untuk generasi mendatang.