7 Kasus Pembelajaran Paling Efektif untuk Guru Bahas dalam UTBK UKPPPG 2025, Sesuai Kebutuhan LKPD

Studi Kasus yang Cocok Dibahas Guru Saat Tes UTBK UKPPPG 2025
Setiap guru peserta Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 akan menghadapi tes studi kasus sebagai bagian dari evaluasi kemampuan dalam mengenali dan menyelesaikan masalah pembelajaran. Tes ini terbatas dalam jumlah kata, sehingga peserta harus menyampaikan argumen secara singkat, padat, dan jelas—mulai dari identifikasi masalah, solusi yang ditawarkan, hasil yang diharapkan, hingga pelajaran yang bisa diambil. Studi kasus mencakup berbagai jenjang pendidikan, mulai dari PAUD, SD, SMP, hingga SMA.
Untuk mempersiapkan diri, guru perlu berlatih dengan contoh-contoh studi kasus yang relevan dan berkualitas. Berikut adalah beberapa contoh studi kasus yang dapat menjadi referensi untuk membantu guru memahami bentuk soal sekaligus cara menjawabnya dengan efektif.
Contoh Studi Kasus 1: Kemampuan Siswa yang Beragam
Di kelas saya, terdapat ketimpangan dalam kecepatan belajar siswa. Siswa yang cepat merasa bosan dan tidak tertantang, sementara siswa yang lambat frustasi karena merasa tertinggal. Hal ini memengaruhi dinamika kelas dan menurunkan efektivitas pembelajaran. Untuk mengatasi masalah ini, saya menerapkan beberapa strategi:
-
Pembelajaran berdiferensiasi
Saya membagi siswa ke dalam kelompok berdasarkan kecepatan dan gaya belajar mereka. Kelompok yang lebih cepat diberikan tugas tambahan atau proyek yang lebih menantang, sedangkan kelompok yang lebih lambat diberikan bimbingan intensif dan materi sesuai kebutuhan. -
Penggunaan media dan sumber belajar yang beragam
Saya menggunakan video interaktif, permainan edukatif, dan materi visual lainnya untuk membantu siswa yang kesulitan memahami konsep melalui metode tradisional. -
Penilaian formatif dan umpan balik yang cepat
Saya melakukan penilaian berkala dan memberikan umpan balik segera agar dapat mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan dan memberikan bantuan yang diperlukan. -
Pendekatan individualisasi
Saya meluangkan waktu untuk berinteraksi langsung dengan siswa yang lambat memahami materi dan melibatkan orang tua untuk mendukung pembelajaran di rumah.
Hasilnya, siswa yang cepat merasa lebih tertantang, sementara siswa yang lambat menunjukkan peningkatan pemahaman. Ketimpangan dalam pencapaian hasil belajar berkurang, dan dinamika kelas menjadi lebih positif.
Contoh Studi Kasus 2: Kesulitan Beradaptasi pada Anak Baru
Anak baru di kelas PAUD saya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Ia sering menangis, menolak berpartisipasi, dan ingin selalu ditemani oleh guru. Untuk mengatasi hal ini, saya memberikan perhatian khusus, membangun kepercayaan melalui percakapan lembut dan bermain bersama teman-temannya. Saya juga melibatkan orang tua untuk membawa barang kesayangan anak ke sekolah dan menceritakan minat anak di rumah.
Setelah beberapa minggu, anak tersebut mulai merasa nyaman dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Hubungan yang baik antara guru dan anak membantu anak merasa aman dan percaya diri.
Contoh Studi Kasus 3: Minat Membaca Siswa Terlalu Rendah
Di kelas IV, banyak siswa malas membaca buku, bahkan buku bergambar. Mereka lebih suka bermain atau menonton video. Untuk meningkatkan minat baca, saya membuat "Sudut Baca Ceria" dengan bantal duduk, rak buku berwarna, dan poster tokoh favorit. Setiap hari, lima anak bergiliran membaca selama 10-15 menit tanpa paksaan.
Hasilnya, anak-anak mulai tertarik membaca karena suasana menyenangkan dan pilihan buku sesuai minat. Mereka saling bertukar cerita dan bahkan membawa buku sendiri dari rumah. Nilai pemahaman bacaan meningkat perlahan.
Contoh Studi Kasus 4: Semangat Belajar Siswa yang Rendah
Sebagai guru PPKn di SMA, saya menghadapi siswa kelas XI yang pasif saat pembelajaran. Materi seperti "Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional" dinilai abstrak dan jauh dari kehidupan mereka. Untuk meningkatkan semangat belajar, saya mengintegrasikan pembelajaran kontekstual berbasis isu aktual seperti polemik Laut Natuna Utara. Siswa diajak menonton video berita, membaca artikel daring, dan mendiskusikan dampaknya terhadap Indonesia.
Hasilnya, siswa mulai aktif berdiskusi, debat, dan simulasi rapat keamanan negara. Nilai kelas meningkat, dan sikap siswa terhadap pelajaran PPKn berubah. Beberapa siswa menyatakan bahwa mereka kini memahami relevansi ilmu kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh Studi Kasus 5: Ketidaktertarikan Siswa untuk Belajar
Di kelas VIII, siswa kurang tertarik pada materi Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam. Untuk membangkitkan minat, saya menerapkan pendekatan role-play dengan memerankan tokoh-tokoh sejarah. Setiap kelompok meneliti dan memerankan tokoh seperti Sunan Kalijaga atau Sultan Malik As-Saleh.
Hasilnya, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam presentasi. Nilai kuis meningkat signifikan, dan siswa menjadi lebih percaya diri serta memahami sejarah sebagai bagian dari jati diri bangsa.
Contoh Studi Kasus 6: Masalah Konsentrasi Siswa dengan Kondisi ADHD
Seorang siswa dengan ADHD sulit berkonsentrasi dalam pembelajaran. Saya menerapkan strategi pembelajaran yang terstruktur, memecah instruksi menjadi bagian-bagian kecil, dan menyediakan alat fidget untuk membantu mengalihkan energi. Selain itu, saya membuat jadwal belajar fleksibel dan terstruktur.
Hasilnya, siswa mulai menunjukkan peningkatan konsentrasi dan keterlibatan di kelas. Hasil belajarnya pun meningkat.
Contoh Studi Kasus 7: Suasana Kelas Tidak Kondusif
Di kelas PAUD, suasana kelas sangat ramai dan tidak kondusif. Anak-anak sulit fokus dan sering bermain sendiri. Untuk mengatasi ini, saya menerapkan ritual pagi berbasis gerak dan musik, seperti lagu "Tepuk Konsentrasi" dan yoga anak. Saya juga menyusun area kelas menjadi pusat kegiatan kecil dengan alat permainan edukatif.
Hasilnya, suasana kelas menjadi lebih teratur. Anak-anak lebih siap memulai kegiatan, dan transisi dari bermain ke belajar menjadi lebih mulus. Orang tua dan rekan guru memberi umpan balik positif.