Aksi MMD UB 51 di Ngrayudan: Revitalisasi Bank Sampah, Plastik Jadi Batu Bata

Penanganan Sampah Plastik di Desa Ngrayudan
Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, memiliki keindahan alam yang menyejukkan. Namun, di balik itu, desa ini juga menghadapi tantangan besar berupa penumpukan sampah plastik. Sampah tersebut berasal dari Pasar Ngrayudan dan aliran sungai di sekitar desa. Masalah ini memicu kekhawatiran terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah. Program sosialisasi dilakukan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya memilah sampah sejak dari rumah, mengenali jenis-jenis sampah bernilai ekonomis, serta memahami sistem tabungan poin sebagai inovasi bank sampah. Meskipun sistem ini belum bisa langsung diterapkan karena keterbatasan waktu dan sarana, pengetahuan yang diberikan menjadi awal yang baik dalam membangun kesadaran masyarakat.
Selain itu, program pemanfaatan sampah plastik melalui inovasi ecobrick juga dilaksanakan. Ecobrick adalah metode pengolahan botol plastik bekas yang diisi padat dengan sampah plastik non-organik untuk dijadikan bahan bangunan alternatif atau produk kreatif lainnya. Program ini menekankan daur ulang berbasis partisipasi warga dan pendekatan lingkungan yang aplikatif. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pembuatan prototipe produk ecobrick seperti pot tanaman dan furnitur sederhana untuk mendukung ruang hijau desa, disertai workshop interaktif mengenai prinsip dasar ecobrick dan teknik pengisian botol yang benar.
Kegiatan ini tidak hanya menghasilkan produk fungsional dari limbah, tetapi juga membuka ruang belajar bagi warga untuk memahami pentingnya pengurangan sampah plastik, serta menumbuhkan kesadaran kolektif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Program ini dirancang dan dilaksanakan oleh Heroika Dahliana Mahesty selaku penanggung jawab program bank sampah, serta Muhammad Nazriel Afandi R. H. sebagai penanggung jawab kegiatan ecobrick. Seluruh kegiatan dikoordinatorkan oleh Early Veramoy dan berada di bawah bimbingan langsung Ibu Ir. Inggit Kresna Maharsih, S.T., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang memberikan arahan dan supervisi selama perencanaan hingga implementasi program.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari panitia MMD tingkat Universitas yang difasilitasi oleh Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Universitas Brawijaya melalui Pusat Layanan Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan sosialisasi ini pula mendapatkan dukungan keberlanjutan dari Persatuan RT 1 dan RT 2 (Persada) Desa Ngrayudan.
Peserta kegiatan terdiri dari anggota Persada serta warga yang tertarik terhadap pengelolaan daur ulang sampah plastik dan konsep bank sampah yang diperkenalkan. Partisipan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi dan workshop ecobrick tercatat mencapai 39 orang.
Program Revitalisasi Bank Sampah dan Ecobrick di Desa Ngrayudan dilaksanakan sepanjang Juli 2025 secara paralel dan saling mendukung, dengan dua fokus utama: edukasi pengelolaan sampah melalui konsep tabungan poin bank sampah serta praktik langsung pembuatan ecobrick. Kegiatan diawali dengan pemetaan titik-titik sampah di sekitar Pasar Ngrayudan dan aliran sungai, dilanjutkan pengumpulan (3–5 Juli), pencucian dan pemotongan (6–9 Juli), pengisian botol (10–12 Juli), hingga perakitan ecobrick (13–14 Juli).
Pada 20 Juli, dilakukan pembersihan dan penataan lahan sebagai lokasi bank sampah, yang kemudian diikuti dengan pelaksanaan sosialisasi pada 23 Juli di Balai Desa Ngrayudan. Dalam kegiatan tersebut, warga dikenalkan pada mekanisme penukaran sampah anorganik dengan poin tabungan yang dapat dikonversi menjadi kebutuhan sehari-hari. Simulasi penimbangan, pencatatan poin, serta pembagian kartu poin turut dilakukan sebagai bentuk implementasi awal sistem.
Di hari yang sama, tim juga menggelar workshop ecobrick yang memfasilitasi warga mempraktikkan langsung proses pembuatan ecobrick dan mengemasnya menjadi pot serta meja kecil. Warga juga diajak menilai hasil karya mereka menggunakan indikator penilaian sederhana untuk mendorong kreativitas dan kualitas. Kegiatan berjalan interaktif dan menumbuhkan diskusi lanjutan mengenai peluang ecobrick sebagai sarana fasilitas publik.
Luaran dari program ini mencakup peningkatan pemahaman warga terhadap pengelolaan sampah berbasis poin, pemasangan satu plang edukatif berisi informasi waktu terurai berbagai jenis sampah, serta penyediaan fasilitas pendukung berupa satu unit timbangan digital dan dua buah lem tembak silikon yang diberikan kepada desa untuk mendukung keberlanjutan pengelolaan sampah. Semua luaran ini diharapkan dapat menjadi fondasi awal untuk inisiatif lanjutan oleh warga atau pemerintah desa kedepannya.
Sosialisasi bank sampah mengenai konsep sistem poin tabungan serta seluruh rangkaian kegiatan program Ecobrick dilaksanakan secara langsung di Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Aula Balai Desa Ngrayudan dipilih sebagai lokasi utama karena luas, strategis, dan mudah dijangkau warga.
Tempat ini menjadi pusat kegiatan mulai dari sosialisasi sistem poin tabungan, edukasi pengelolaan sampah plastik, hingga workshop pembuatan ecobrick bersama warga. Sebelum kegiatan workshop berlangsung, MMD UB Desa Ngrayudan terlebih dahulu melakukan pengumpulan dan pembersihan sampah plastik yang berserakan di Pasar Ngrayudan dan aliran sungai sekitar Desa Ngrayudan untuk dijadikan bahan isian ecobrick.
Hasil workshop berupa ecobrick, yaitu dua pot dan satu meja kecil, ditata di depan kantor Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Ngrayudan sebagai media edukatif visual dan kampanye lingkungan. Selain itu, sebuah plang edukasi berisi informasi waktu terurai sampah turut dipasang di tembok jalan masuk pasar sebagai bentuk luaran program yang bersifat informatif dan mengajak warga lebih peduli terhadap sampah.
Program Bank Sampah dan Ecobrick di Desa Ngrayudan dilaksanakan sebagai respons terhadap persoalan pengelolaan sampah anorganik dari aktivitas pasar dan rumah tangga yang belum tertangani dengan baik. Banyaknya sampah plastik yang berakhir di lingkungan tanpa pemilahan maupun daur ulang menunjukkan masih rendahnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Padahal, Desa Ngrayudan telah memiliki lokasi fisik untuk bank sampah, yang saat ini masih dalam tahap penyempurnaan oleh tim MMD UB Desa Ngrayudan.
Lokasi ini diharapkan menjadi titik awal kebangkitan pengelolaan sampah desa berbasis partisipasi masyarakat. Sebagai langkah awal, program ini menekankan edukasi dan peningkatan pemahaman warga mengenai konsep bank sampah dan pemanfaatan sampah anorganik secara berkelanjutan yaitu ecobrick. Salah satu pendekatan yang dikenalkan adalah sistem tabungan poin sebagai alternatif insentif non-tunai, untuk memotivasi partisipasi aktif warga ke depannya.
Inisiatif ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) khususnya SDG 12: Responsible Consumption and Production, yang menekankan pentingnya mengurangi penumpukan sampah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali. Melalui edukasi serta praktik langsung seperti ecobrick, program ini mendorong perubahan pola pikir masyarakat menuju pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Program ecobrick dan sosialisasi bank sampah yang dilaksanakan di Desa Ngrayudan mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Bu Tatik, warga RT 1, menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena sebelumnya banyak sampah plastik yang hanya dibakar atau dibuang begitu saja. “Saya awalnya tidak tahu kalau botol plastik bisa diisi sampah dan dijadikan barang yang berguna. Setelah ikut kegiatan ini, saya jadi tertarik mencoba buat sendiri di rumah nantinya. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilanjutkan,” ungkap Bu Tatik.
Sementara itu, Mohammad Firdiansyah selaku Ketua Persada juga memberikan apresiasi. Ia menyebut bahwa program ecobrick membuka ruang kolaborasi antara warga Desa Ngrayudan, serta memberikan contoh nyata pemanfaatan limbah rumah tangga. “Kegiatan ini cukup menarik karena bisa langsung dipraktikkan dan hasilnya bisa dilihat. Kami berharap warga bisa terus melanjutkan, apalagi sudah dibantu alat-alat seperti timbangan dan lem tembak. Ini langkah awal yang baik untuk kesadaran lingkungan,” ujarnya. Selain itu, ia juga menekankan bahwa keberadaan bank sampah memiliki peran strategis dalam keberlanjutan seluruh program kerja yang dibawa oleh tim MMD.
Menurutnya, sistem bank sampah dapat menjadi sumber utama pengumpulan sampah anorganik yang akan mendukung kegiatan pemanfaatan seperti ecobrick, kompos, maupun edukasi lanjutan. Dengan aktifnya bank sampah, maka program-program lain akan lebih mudah dijalankan karena memiliki alur pengelolaan sampah yang jelas dan berkelanjutan.