BI Berkomitmen Turunkan BI Rate, Ini Alasannya

Bank Indonesia Terus Dorong Penurunan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong penurunan suku bunga acuan atau BI Rate. Hal ini dilakukan setelah sepanjang tahun ini telah dilakukan pemangkasan sebesar 75 basis poin. Dalam satu tahun terakhir, suku bunga telah turun sebesar 100 basis poin dari 6,25% menjadi 5,2%. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memastikan transmisi suku bunga ke pasar lain berjalan secara efektif.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) Firman Mochtar menjelaskan bahwa pihaknya terus memantau ruang penurunan suku bunga, sambil tetap menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi. Menurutnya, penurunan BI Rate berdampak langsung pada pasar uang antarbank dan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN).
Dampak penurunan BI Rate terlihat dalam penurunan tingkat yield SBN. Pada 15 Juli 2025, suku bunga INDONIA mencapai 5,14%, turun dari 5,77% sebelum pengumuman penurunan BI Rate pada Mei 2025. Imbal hasil SBN untuk tenor 2 tahun juga mengalami penurunan dari 6,13% menjadi 5,86%, sedangkan untuk tenor 10 tahun turun dari 6,71% menjadi 6,56%.
Selain itu, suku bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan juga menurun. Sebelum penurunan BI Rate pada Mei 2025, SRBI untuk tenor tersebut masing-masing sebesar 6,40%, 6,44%, dan 6,47%. Setelah penurunan, suku bunga tersebut turun menjadi 5,85%; 5,86%; dan 5,87% pada tanggal 11 Juli 2025.
Meski begitu, ada beberapa indikator yang masih menunjukkan kenaikan. Misalnya, suku bunga deposito 1 bulan meningkat dari 4,81% pada Mei 2025 menjadi 4,85% pada Juni 2025. Hal ini disebabkan oleh persaingan antarbank dalam memperoleh pendanaan. Sementara itu, suku bunga kredit perbankan masih relatif tinggi, yaitu 9,16% pada Juni 2025, tidak jauh berbeda dari 9,18% pada Mei 2025.
Firman menyatakan bahwa BI akan terus mendorong transmisi penurunan suku bunga ke sektor perbankan. Strategi yang digunakan melalui berbagai operasi moneter dan pasar. Ia percaya bahwa penurunan suku bunga sebesar 100 basis poin sejak tahun lalu akan berdampak pada bagaimana perbankan menempatkan dana mereka. Akibatnya, suku bunga kredit akan turun, kredit meningkat, dan akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, ia mengakui bahwa efek transmisi ini membutuhkan waktu untuk sepenuhnya dirasakan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemangkasan BI Rate
Pemangkasan suku bunga BI tetap mengacu pada tiga faktor utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar rupiah. Dari sisi inflasi, BI melihat adanya potensi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih rendah dari 2,5%. Target inflasi Bank Indonesia adalah antara 1,5% hingga 3,5%.
Stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi salah satu indikator penting dalam pengambilan kebijakan suku bunga. Meski demikian, kondisi global tetap menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Firman menjelaskan bahwa meskipun masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga, pengambilan keputusan akan tergantung pada perkembangan-perkembangan yang terjadi di tingkat global.