Bukan Karena Utang, Siswi MTs Putus Sekolah demi Bantu Ibu

Bukan Karena Utang, Siswi MTs Putus Sekolah demi Bantu Ibu

Kasus Siswi MTs yang Viral karena Uang Perpisahan

Sebuah video yang viral di media sosial menggambarkan seorang siswi MTs yang mengaku berhenti sekolah karena utang biaya perpisahan senilai Rp 350 ribu. Video tersebut menampilkan IM (14 tahun), siswi MTs Darul Muhsinin di Sumatera Utara, yang sedang menangis sambil menjelaskan bahwa ia diminta membayar uang perpisahan oleh guru.

Dalam video tersebut, IM menyampaikan bahwa ia sudah membayar cicilan sebesar Rp 40 ribu, tetapi kesulitan melunasi sisanya karena kondisi ekonomi keluarga. Ia juga mengatakan bahwa ibunya tidak memiliki uang untuk membantu. Narasi dalam video menyebutkan bahwa IM akhirnya memutuskan berhenti sekolah karena tekanan terus-menerus dari pihak sekolah.

Namun, setelah video tersebut viral, IM memberikan klarifikasi dan meminta maaf atas informasi yang disebarkan sebelumnya. Ia menyatakan bahwa informasi tersebut adalah hoaks. Menurut IM, pernyataannya awalnya disampaikan karena ditanyai oleh seorang pria yang memvideokannya. Ia menegaskan bahwa keputusannya berhenti sekolah bukan karena masalah biaya perpisahan, melainkan karena ingin bekerja dan meringankan beban ibunya.

Pihak MTs Darul Muhsinin juga memberikan penjelasan mengenai kejadian ini. Mereka membantah kabar bahwa mereka memaksa pembayaran uang perpisahan. Seorang perwakilan guru menyatakan bahwa berita tersebut adalah hoaks dan dibuat oleh oknum yang tidak mengetahui tentang hal-hal madrasa. Mereka mengimbau masyarakat untuk tidak percaya dengan informasi tersebut.

Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Utara menyatakan bahwa mereka tengah memfasilitasi pertemuan antara pihak madrasah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dan keluarga IM. Proses ini masih berlangsung, dan pihak terkait akan memberikan informasi lebih lanjut jika ada perkembangan.

Penjelasan Pihak Sekolah

Kepala MTs Darul Muhsinin, Asri Candra, menjelaskan duduk perkara permasalahan yang menimpa IM. Semua bermula saat IM lulus dari sekolah pada 2024. Saat itu, sekolah menggelar rapat bersama seluruh wali murid dan orang tua guna membahas masalah perpisahan. Dalam pertemuan tersebut, disepakati akan digelar rekreasi bersama dengan anggaran dana Rp480 ribu per siswa.

Biaya tersebut dibagi menjadi dua bagian. Rp280 ribu digunakan untuk biaya pelepasan di lingkungan sekolah, seperti pentas seni, makan, dan keperluan lainnya. Sementara itu, Rp200 ribu digunakan untuk biaya rekreasi ke Aeng si Joni. Ini adalah keputusan bersama antara sekolah dan orang tua.

Asri menyatakan bahwa IM tidak ikut kegiatan tersebut. Meskipun demikian, IM melanjutkan sekolah di MTs Darul Muhsinin. Di kelas 7, semua berjalan lancar hingga semester 1 berakhir. Masuk semester 2, IM tidak lagi hadir di sekolah.

Asri kemudian mengirimkan perwakilan guru untuk mendatangi rumah IM. Terjadi obrolan dengan orang tua IM terkait tanggungan biaya rekreasi yang belum dibayar. Asri mengatakan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan hal tersebut dan meminta IM untuk melanjutkan sekolah. Ia bahkan menyampaikan bahwa jika ada rezeki, IM bisa mencicil sesuai kemampuan.

Selain itu, pihak sekolah turut memberikan bantuan kepada IM. Bantuan berupa buku sekolah gratis, seragam gratis, serta tidak perlu membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) selama satu tahun.

Asri menyebut bahwa IM tidak lagi sekolah saat semester 2 di kelas 7. Awalnya, ia tidak mengetahui alasan siswinya berhenti sekolah. Setelah melakukan komunikasi dengan teman sekelas, sekolah mendapatkan informasi bahwa IM berhenti sekolah karena ingin bekerja.

Asri terakhir menegaskan bahwa IM masih terdaftar sebagai siswi aktif meski tidak masuk sekolah. Bahkan, dewan guru sepakat menaikkan IM ke kelas 8. Asri berharap IM mau melanjutkan sekolah agar tidak terputus.