Bupati Gorontalo Ungkap Penyebab Kenaikan Harga Beras, Siap Gelar Operasi Pasar di 8 Lokasi

Kenaikan Harga Beras di Gorontalo dan Upaya Pemerintah
Kenaikan harga beras di Kabupaten Gorontalo menjadi perhatian masyarakat dalam beberapa pekan terakhir. Harga beras yang sebelumnya stabil kini mencapai kisaran Rp16.000 hingga Rp18.000 per liter. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas pangan dan dampaknya terhadap masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah.
Menanggapi isu ini, Bupati Gorontalo Sofyan Puhi menjelaskan bahwa kenaikan harga beras dipengaruhi oleh kenaikan harga gabah yang dibeli oleh pihak ketiga. “Harga gabah yang dikirim ke pihak ketiga naik menjadi Rp6.500 per kilogram, sehingga memengaruhi harga di pasar,” jelasnya.
Untuk mengatasi situasi ini, Pemerintah Kabupaten Gorontalo telah mengambil langkah strategis dengan melaksanakan operasi pasar khusus untuk beras. Operasi ini sudah dilakukan sejak bulan lalu dan akan terus berlanjut hingga minggu depan. “Operasi pasar hanya untuk beras saja, tidak semua bahan pokok,” tambahnya.
Operasi pasar telah dilaksanakan di beberapa titik, termasuk di Pasar Limboto dengan kuota 2 ton yang langsung habis dalam waktu setengah jam. Kegiatan serupa juga dilakukan di Pilohayanga, Kecamatan Telaga. “Hari ini sebenarnya dimulai lagi, tapi ditunda karena ada rapat. Senin kita lanjutkan lagi di Batudaa Pantai dan sekitarnya. Total ada 8 pasar besar yang jadi lokasi operasi pasar,” ujar Sofyan.
Pemerintah Kabupaten Gorontalo menyatakan bahwa stok pangan daerah saat ini masih cukup aman dengan cadangan sekitar 20 hingga 30 ton beras. Stok ini digunakan secara bertahap untuk menekan gejolak harga. “Memang kenaikan harga beras ini ada hikmahnya bagi petani. Tapi tentu saja ada dampaknya juga bagi konsumen. Jadi pemerintah harus seimbang dalam mengelola ini,” tambahnya.
Gerakan Pangan Murah sebagai Solusi
Untuk menangani kenaikan harga beras yang terus berlangsung, Pemerintah Provinsi Gorontalo mengambil langkah cepat dengan menggulirkan program Gerakan Pangan Murah. Program ini mulai digelar di berbagai titik se-Provinsi Gorontalo dan menyasar seluruh kabupaten/kota.
Program ini akan berlangsung selama lima hari. Upaya ini diharapkan mampu menahan laju kenaikan harga dan membantu meringankan beban masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah. “Di seluruh kabupaten program ini akan berlangsung selama 5 hari dimulai sejak kemarin,” kata Ramdhan Pade, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo.
Setiap harinya, masing-masing daerah mendapat suplai sebanyak dua ton beras Bulog jenis SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Jika berjalan efektif, dalam sehari akan ada total 12 ton beras yang terdistribusi ke masyarakat. “Dalam satu hari di masing-masing daerah dijual sebanyak 2 ton beras Bulog SPHP sehingga dalam sehari jika beras tersebut habis terjual, total ada 12 ton beras yang diterima oleh masyarakat dengan harga yang terjangkau,” jelas Ramdhan.
Dengan perhitungan tersebut, selama lima hari pelaksanaan, sebanyak 60 ton beras ditargetkan bisa disalurkan kepada masyarakat Gorontalo. “Jika berjalan efektif dan maksimal maka total ada sekitar 12 ton hari atau 60 ton dalam waktu 5 hari program ini berjalan.”
Beras yang dijual dalam program ini dibanderol dengan harga yang relatif lebih terjangkau dibanding harga pasaran. “Beras yang kami jual ini di harga Rp12.000 per kg,” imbuhnya.
Penyaluran Bantuan Beras SPHP
Selain Gerakan Pangan Murah, Pemprov Gorontalo juga tengah mempercepat proses distribusi bantuan beras SPHP kepada warga yang terdaftar sebagai penerima. Bantuan ini menyasar 116.276 Kepala Keluarga (KK) di seluruh Provinsi Gorontalo.
Ramdan menjelaskan jika program ini juga berjalan dengan baik, maka kestabilan harga akan cepat terlaksana. “Pemerintah Provinsi Gorontalo lagi gencar melakukan penyaluran beras SPHP kepada 116.276 KK se Provinsi Gorontalo.”
Total bantuan beras yang digelontorkan mencapai 2.325 ton, dengan masing-masing KK menerima jatah 20 kg untuk periode bulan Juni dan Juli 2025. Sementara itu, stok beras Bulog untuk wilayah Gorontalo saat ini masih cukup aman. Dari total 6.500 ton yang tersedia, sekitar 4.200 ton masih tersimpan setelah dikurangi alokasi untuk bantuan pangan.
Langkah ini diharapkan menjadi solusi jangka pendek dalam mengatasi persoalan lonjakan harga beras. Pasalnya, beberapa daerah di Gorontalo tengah mengalami gagal panen, sementara pasokan dari luar daerah dibatasi, bahkan ada yang tertutup.