Cara Mengelola 4.000 Ton Sampah TPA Busan Diterapkan di Cilegon

Featured Image

Kerja Sama Pemerintah Kota Cilegon dengan Perusahaan Korea Selatan untuk Pengelolaan Sampah

Pemerintah Kota Cilegon dan perusahaan teknologi lingkungan asal Korea Selatan, Green Technology Co Ltd, telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dalam kerja sama pengelolaan sampah. Kesepakatan ini ditandatangani oleh Direktur Utama Green Technology Ki Hong Park dan Walikota Cilegon Robinsar pada hari Selasa, 29 Juli 2025. Kerja sama ini diharapkan menjadi solusi baru untuk mengatasi masalah tumpukan sampah yang mencapai sekitar 200 ton per hari di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bagendung.

Teknologi yang digunakan oleh perusahaan Korea Selatan mampu memproses hingga 80 ton sampah per hari. Mereka berkomitmen menjalankan proyek ini selama 8-10 tahun ke depan. Proyek percontohan akan dimulai pada Agustus hingga Desember 2025. Dalam proyek ini, pihak Korea Selatan akan menyediakan alat dan teknologi yang mampu mengolah limbah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Sistem ini direncanakan mulai beroperasi penuh pada Januari 2026. Teknologi tersebut akan menyuplai energi ke industri di Cilegon, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Walikota Cilegon Robinsar menyampaikan harapan bahwa solusi ini dapat meningkatkan tata kelola sampah secara optimal. Ia berharap TPSA yang selama ini dianggap kumuh bisa berubah menjadi pusat pengelolaan sampah modern. "Jika tidak dikelola dengan baik, sampah bisa menjadi bom waktu bagi masyarakat," ujarnya.

Contoh Sukses Pengelolaan Sampah dari Korea Selatan

Korea Selatan terkenal dengan sistem pengelolaan sampah yang sangat efisien. Pada 23 Mei 2025, Tempo melakukan kunjungan ke Saenggok Land Fill, sebuah tempat pemrosesan akhir (TPA) berkonsep sanitary landfill di Kota Busan. Kunjungan ini merupakan bagian dari Program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan oleh Korea Foundation dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Alih-alih melihat pemandangan kumuh atau aroma menyengat, yang terlihat justru hamparan rumput hijau dan ladang bunga yang rapi dan terawat. Sesekali burung-burung kecil beterbangan rendah, seolah tak menyadari bahwa tanah yang mereka hinggapi adalah bekas timbunan jutaan ton sampah yang telah diproses dengan teknologi tinggi. Tak ada bau busuk tercium, dan tak tampak lalat beterbangan.

Saenggok Land Fill memiliki sejarah panjang dan kapasitas pengelolaan yang luar biasa. Area ini telah beroperasi sejak 1996 sebagai tempat penampungan utama sisa-sisa sampah dari seluruh penjuru Busan. Pada fase awal, lahan ini seluas 257 ribu meter persegi dengan kapasitas mencapai 11,12 juta meter kubik. Seiring perkembangan, area ini diperluas untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan sampah.

Staf Busan Environmental Corporation (BECO), Kim Da Hye menjelaskan bahwa warga Busan menghasilkan sekitar 4 ribu ton sampah umum setiap hari. Setiap pemerintah kota di Korea Selatan bertanggung jawab mengelola sampah di wilayah masing-masing. Sampah tidak langsung dibuang begitu saja, tetapi melalui proses yang terstruktur.

Prosesnya dimulai dari mesin pembakaran raksasa yang berdiri tak jauh dari TPA Saenggok. Limbah domestik yang telah dipilah kemudian dibakar dalam suhu tinggi untuk mengurangi volume dan menghasilkan residu yang lebih aman. Residu pembakaran kemudian diangkut dan ditimbun dengan lapisan tanah. Setelah itu, tumpukan tersebut dialirkan ke tangki-tangki pengolahan untuk memastikan tidak ada pencemaran yang terlepas ke lingkungan.

Material sampah yang dapat didaur ulang dipisahkan sejak awal, lalu diproses menjadi beragam produk bernilai tambah di Pusat Daur Ulang BECO. Kebiasaan mengelola sampah di Korea Selatan dimulai sejak dini, termasuk kewajiban memilah sampah di setiap rumah tangga. Ke depannya, setoran sampah ke TPA Saenggok diharapkan terus menurun seiring meningkatnya kesadaran dan kebiasaan masyarakat untuk melakukan reduce, reuse, dan recycle secara mandiri.