Doa: Menggapai Kasih Tuhan

Featured Image

Belajar dari Doa Abraham: Keadilan dan Kasih Tuhan yang Berpadu

Bacaan pertama pada hari Minggu Biasa XVII, 17 Juli 2025 ini menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana kita dapat belajar dari dialog antara Abraham dan Tuhan. Dalam perjalanan imannya, Abraham menunjukkan sikap berani dan penuh keyakinan dalam berdoa kepada Tuhan. Ia tidak ragu untuk menyampaikan kekhawatiran dan harapan, bahkan sampai mempertanyakan keputusan-Nya. Ini menjadi teladan bagi kita semua dalam menjalani hidup dengan penuh kepercayaan.

Dalam dialog itu, Abraham mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin terdengar berani, tetapi justru menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan. Ia percaya bahwa sedikit kebaikan pun bisa menjadi penghalang bagi murka Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa keadilan dan kasih Tuhan tidak saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Bahkan dalam proses tawar-menawar tersebut, Tuhan menunjukkan bahwa Dia lebih memilih rahmat daripada hukuman, meskipun keadilan tetap dijunjung tinggi.

Keberanian Mendekati Tuhan dengan Rendah Hati

Abraham tidak hanya berani datang kepada Tuhan, tetapi juga berani mengungkapkan keraguan dan kekhawatirannya. Ia sadar bahwa dirinya seperti "debu dan abu," namun hal itu tidak menghalangi dia untuk terus berbicara. Keberanian ini berasal dari pemahaman bahwa Tuhan lebih menginginkan kedekatan daripada jarak. Ia percaya bahwa Tuhan akan mendengarkan dan merespons setiap doa yang tulus.

Kita juga dipanggil untuk memiliki sikap yang sama. Ketika hati kita penuh dengan kegelisahan, ketidakadilan, atau penyesalan, jangan takut untuk membuka ruang doa. Kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan langkah awal menuju pengalaman rahmat yang lebih dalam. Dengan rendah hati, kita bisa menemukan kekuatan dan ketenangan yang berasal dari Tuhan.

Keadilan dan Kasih yang Tidak Terpisahkan

Tuhan tidak hanya menegakkan keadilan, tetapi juga menunjukkan belas kasihan yang tak terbatas. Dalam dialognya dengan Abraham, Tuhan menurunkan diri untuk melihat sendiri keadaan Sodom. Ini menunjukkan bahwa keadilan-Nya tidak menghilangkan kasih-Nya, dan kasih-Nya tidak mengabaikan keadilan. Bagi kita, keharmonisan antara keduanya menjadi pedoman agar kita hidup seimbang, yaitu menegakkan yang benar sambil merangkul yang lemah.

Setiap tawar-menawar antara Abraham dan Tuhan mengingatkan kita bahwa keadilan dan kasih harus selalu berjalan bersama. Bahkan jika dosa manusia berat, anugerah Tuhan lebih besar lagi. Dengan demikian, kita diingatkan bahwa kebenaran dan belas kasihan adalah dua aspek penting dalam menjalani kehidupan sebagai umat Tuhan.

Doa yang Membangun Iman

Mungkin terdengar aneh jika seorang hamba "menawar" dengan Tuhan, tetapi inilah bentuk komunikasi sejati antara manusia dan Tuhan. Abraham tidak hanya memohon, tetapi juga berani menyampaikan kekhawatiran dan keyakinannya secara terbuka. Setiap pertanyaan yang ia ajukan mengandung iman yang kuat, karena ia percaya bahwa Tuhan mendengar dan peduli.

Bagi kita, doa semacam ini adalah tanda iman yang matang. Jangan takut untuk menyuarakan keraguan, kegelisahan, atau bahkan keberatan kita. Dari situlah iman kita berkembang, karena kita belajar menerima jawaban Tuhan dan membiarkan hati kita diubah oleh hikmat-Nya. Doa yang tulus tidak hanya memperbaiki situasi, tetapi juga mentransformasikan jiwa kita.

Nilai Kehadiran Orang Benar

Dialog antara Abraham dan Tuhan menunjukkan bahwa bahkan satu orang benar pun bisa menjadi penghalang bagi murka Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa setiap langkah kebaikan bernilai besar di mata Tuhan. Di tengah masyarakat yang penuh tantangan, satu atau dua pribadi yang hidup setia dalam kebenaran sudah cukup menjadi tameng rahmat.

Kita dipanggil untuk menjadi "orang benar" dalam lingkungan kita masing-masing. Baik dalam keluarga, lingkungan kerja, atau gereja, kesetiaan kita dalam berkata jujur, berbuat adil, dan mengasihi sesama bisa membuka pintu rahmat bagi banyak jiwa. Jangan biarkan kelelahan atau sikap acuh menenggelamkan keberanian untuk berbuat benar.

Doa yang Mengubah Hasil dan Hati

Setelah dialog tersebut, Tuhan turun untuk mengampuni Sodom demi belas kasih Abraham. Namun, yang lebih penting adalah perubahan hati Abraham sendiri. Doa yang sungguh-sungguh tidak hanya mengubah situasi, tetapi juga mentransformasikan batin kita. Hari ini, ketika kita membawa beban dunia ke hadapan Tuhan, ingatlah bahwa doa yang tulus memiliki kekuatan ganda: menahan murka dan menyalakan rahmat, sekaligus memperbarui hati yang berdoa.

Biarkan setiap permohonan kita menjadi saksi bahwa kasih dan keadilan Tuhan berpadu, memberi harapan bagi dunia yang membutuhkan. Amin. Selamat hari Minggu, selamat merayakan kedekatan dengan keluarga dan dengan Tuhan sendiri.