Gen Z Rentan Menganggur, Beasiswa Ini Siapkan Lulusan Siap Kerja dan Berdaya Saing

Fenomena Gen Z di Dunia Kerja
Generasi muda kini semakin dominan dalam dunia kerja. Fenomena ini menuntut generasi Z untuk lebih siap, tidak hanya secara akademis, tetapi juga dengan memiliki berbagai keterampilan yang relevan agar dapat bersaing di dunia profesional.
Diperkirakan sekitar 27 persen dari total Gen Z akan memasuki dunia kerja pada tahun 2025, menjadikan mereka hampir sepertiga dari angkatan kerja di skala global. Namun, di balik potensi tersebut, data menunjukkan bahwa kelompok usia muda hingga 24 tahun (Gen Z) menjadi penyumbang tertinggi angka pengangguran dari tahun ke tahun.
Mereka menjadi kelompok rentan karena tidak sedang menempuh pendidikan, tidak mengikuti pelatihan, atau bahkan tidak aktif mencari kerja. Situasi ini menempatkan sebagian Gen Z dalam kondisi yang rentan, karena kehilangan momentum untuk berkembang dan terserap ke dunia kerja secara optimal.
Kesulitan dan Tuntutan Besar
Menurut laporan Pusat Analisis Keparlemenan Badan Keahlian Setjen DPR RI, salah satu penyebab Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan adalah ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri. Michael Susanto, Kepala Pengembangan Kepemimpinan dan Beasiswa Tanoto Foundation, menyatakan bahwa hanya mengandalkan kelulusan tidak cukup.
Studi Tanoto Foundation menemukan bahwa tantangan pertama yang harus dicapai lulusan Indonesia adalah mampu langsung memasuki dunia kerja. Di tengah kesulitan tersebut, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menetapkan target bahwa lulusan pendidikan tinggi harus memperoleh pekerjaan dalam waktu enam bulan setelah kelulusan. Selain itu, gaji minimal harus mencapai 1,2 kali dari upah minimum regional (UMR).
Soft Skill yang Jadi Kunci Sukses
Untuk mampu memenuhi tuntutan tersebut, lulusan perguruan tinggi tidak cukup hanya unggul dalam nilai akademis. Studi Tanoto Foundation pada 2017 menunjukkan bahwa diperlukan pula soft skills untuk memenuhi kualifikasi dunia kerja.
“Ternyata di dunia kerja, supaya seseorang bisa beranjak karirnya, menjadi pemimpin, berkontribusi ke masyarakat, mereka perlu soft skill,” ujar Michael dalam kegiatan Tanoto Scholar Gathering.
Berikut adalah 9 soft skill utama yang dianggap paling dibutuhkan oleh pemimpin masa depan:
- Self-awareness: Memahami diri sendiri dengan mengenali kekuatan atau kelemahan serta sejalankan sikap sesuai nilai yang dianut.
- Driven: Diselimuti dengan kepercayaan diri dan optimisme. Jangan menyerah ketika melakukan atau menghadapi permasalahan. Sebaliknya, keluarlah dari zona nyaman, tentukan target, dan ambil resikonya.
- Innovative: Mengembangkan kemampuan kreativitas agar bisa menjadi individu yang kaya ide baru dan mampu berpikir secara mandiri.
- Continuous learning: Memiliki inisiatif untuk terus menantang diri agar menjadi lebih baik. Selain itu, harus pula tidak takut berbuat salah karena itu adalah cara dirimu berkembang.
- Care for others: Peka terhadap lingkungan di sekitar untuk mampu memahami perspektif dan kebutuhan orang lain. Tidak mementingkan diri sendiri, mampu bekerja sama dengan yang lain, dan berorientasi pada kepentingan bersama.
- Empower others: Tidak takut untuk mengambil langkah pertama, membuat suatu hal yang berbeda, serta membawakan yang terbaik bagi orang di sekitar.
- Grit: Memiliki arah dan komitmen untuk segala hal, serta mempertahankan bahkan saat menghadapi tantangan.
- Integrity: Selalu bersikap jujur, adil, dan sopan untuk memegang erat komitmen diri.
- Berorientasi pada masa depan dan tidak takut pada kegagalan: Artinya kamu juga harus selalu penasaran dengan apa yang terjadi di sekitar untuk melihat dari perspektif yang berbeda.
Program Beasiswa Kepemimpinan Tanoto
Sejalan dengan itu, Tanoto Foundation turut membuka program beasiswa Teladan 2026 untuk memenuhi kebutuhan pelatihan pada generasi muda. Tak hanya memberikan pelatihan, program ini juga menyediakan bantuan biaya pendidikan, uang saku, dukungan finansial untuk kegiatan akademik, peluang pertukaran pelajar, penelitian kolaboratif, hingga magang.
“Harapannya, tidak hanya mereka siap kerja, tapi mereka nanti juga siap latih, siap berkembang di dunia kerja, dan akhirnya siap berkontribusi ke masyarakat. Nah, itulah esensi dari program Teladan,” jelas Michael.
Program ini dibuka hingga 8 September 2025. Mahasiswa semester satu yang berasal dari mitra perguruan tinggi Tanoto Foundation berkesempatan untuk mengikuti program ini. Berikut adalah syarat dan ketentuan lengkapnya:
- Warga Negara Indonesia (WNI)
- Mahasiswa semester pertama reguler S1 yang terdaftar di mitra perguruan tinggi program Teladan, yaitu Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Diponegoro, Institut Pertanian Bogor, Universitas Riau, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin, dan Universitas Mulawarman.
- Memiliki prestasi akademik dengan nilai rata-rata rapor XII SMA/SMK/MA minimal 8 dari skala 10.
- Memiliki prestasi non-akademik, seperti pengalaman organisasi kesiswaan, komunitas sosial, dan sebagainya.
- Tidak memiliki beasiswa atau program dukungan finansial lainnya yang sedang berjalan, kecuali KIP Kuliah.
- Berkomitmen mengikuti Program Pengembangan Kepemimpinan selama masa program Teladan.
- Memiliki potensi kepemimpinan yang kuat serta berkomitmen untuk berkontribusi pada masyarakat dan pembangunan bangsa.