ITB dan Curtin Kembangkan Baterai EV Lebih Efisien dan Ramah Lingkungan

Featured Image

Inovasi Baterai Kendaraan Listrik untuk Masa Depan Berkelanjutan

Program kolaborasi antara Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Curtin telah menghasilkan inovasi penting dalam pengembangan solusi berkelanjutan untuk baterai kendaraan listrik (EV). Penelitian ini mencakup desain hingga proses daur ulang baterai lithium, yang menjadi fokus utama untuk menjawab tantangan ekosistem baterai di Indonesia.

Menurut peneliti ITB, Bentang Arif Budiman, meskipun percepatan energi dan bisnis industri hijau sedang berkembang di Indonesia, ekosistem baterai kendaraan listrik masih menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah pengelolaan limbah baterai bekas yang belum memiliki proses pengolahan yang memadai. Selain itu, ketersediaan bahan mentah lithium sebagai bahan dasar baterai juga sangat terbatas di Indonesia.

Bentang menjelaskan bahwa jika proses desain baterai kendaraan listrik direncanakan sejak awal hingga tahap pembongkaran, maka proses daur ulang baterai yang sudah habis masa pakainya bisa lebih efisien dalam membuat baterai baru. Metode ini dapat diterapkan pada berbagai jenis baterai kendaraan listrik, termasuk lithium-ion yang umum digunakan di Indonesia.

Penelitian ini menekankan pengembangan desain baterai lithium-ion melalui demonstrasi teknologi ekosistem daur ulang baterai serta metode daur ulang yang layak. Dalam diskusi tersebut, Tim Stapleton, Minister Counsellor for Governance and Human Development dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, menyampaikan bahwa tujuan penelitian ini adalah menghasilkan penerapan teknologi dan metode daur ulang yang efektif dan terjangkau.

Ia menekankan bahwa kolaborasi lintas sektor, termasuk pemerintah, akademisi, dan industri, serta kerja sama lintas negara sangat penting untuk mewujudkan ekosistem baterai kendaraan listrik yang berkelanjutan.

Wakil Ketua Koordinator Bidang Penanaman Modal, Industri Hilir, Energi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar, menyatakan bahwa Kadin memiliki posisi strategis dalam mendukung program prioritas pemerintah dalam transisi energi bersih dan berkelanjutan. Saat ini, Kadin fokus pada kehadiran kendaraan listrik sebagai salah satu aspek utama.

Berdasarkan riset pihak ketiga, kendaraan listrik diprediksi akan menjadi sektor bisnis yang sangat potensial pada 2030 nanti dengan pendapatan hingga USD 12 triliun per tahun. Jumlah kendaraan listrik di Indonesia meningkat pesat, dari 116 ribu unit pada 2023 menjadi 207 ribu unit pada 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, meskipun industri kendaraan listrik di Indonesia masih dalam tahap awal.

Bobby menambahkan bahwa potensi pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik yang berkelanjutan sangat besar, tidak hanya untuk promosi lingkungan tetapi juga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Namun, dalam diskusi yang sama, para pelaku industri juga menyampaikan tantangan nyata dalam adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Mereka menyoroti biaya kendaraan listrik yang tinggi, infrastruktur kelistrikan untuk pengisian baterai, serta aspek pendanaan yang diperlukan agar biaya kepemilikan kendaraan listrik lebih terjangkau, terutama bagi perusahaan transportasi umum dan publik.