Kisah Rizali Posumah, Wartawan yang Tertimpa Kecelakaan Saat Liput KM Barcelona VA

Kecelakaan yang Mengubah Harapan
Tidak ada seorang pun yang ingin mengalami kecelakaan, terutama jika kejadian itu menimpa diri sendiri. Namun bagi Rizali Posumah, seorang wartawan Tribun Manado, kecelakaan menjadi bagian dari kisah hidupnya. Peristiwa tersebut terjadi saat ia sedang meliput proses pencarian korban KM Barcelona VA, sebuah perahu yang tenggelam dan menewaskan beberapa penumpang.
Pada Rabu, 23 Juli 2025, Rizali dijadwalkan tiba di Pelabuhan Munte, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Tujuannya adalah untuk meliput upaya pencarian dua penumpang yang masih hilang. Ia berangkat dari kantornya di Jalan AA Maramis, Kecamatan Mapanget, Manado, sekitar pukul 08.40 Wita. Jalur yang ditempuhnya adalah jalan Sukur - Likupang dengan jarak total 45,8 km.
Setelah menempuh puluhan kilometer, Rizali tinggal menjelajahi 10 km lagi menuju Desa Munte. Namun nasib buruk menghampirinya. Di sebuah jembatan kecil di Desa Batu, Kecamatan Likupang Selatan, Minahasa Utara, motor yang dikendarainya tergelincir pada pukul 09.14 Wita. Jarak antara lokasi kejadian dan kantor tempatnya bekerja sekitar 33 km.
Rizali tidak bisa mengingat secara pasti penyebab kecelakaan tersebut. Ia hanya menyadari bahwa mungkin ban motornya menghantam lubang atau karena faktor lain. Saat jatuh, ia membentur aspal. Luka-luka mulai muncul di telapak tangan kiri, lutut kiri, serta pergelangan jempol kaki kirinya. Terdapat lubang agak dalam di lokasi kejadian. Meski awalnya tidak merasakan sakit, ia merasa ada sesuatu yang tidak wajar di tubuhnya, terutama di bagian kaki.
Saat mencoba berdiri, rasa pusing mulai menghampiri. Rizali terduduk dan perlahan rasa sakit mulai menjalar ke bagian-bagian tubuh yang terkena benturan. Kejadian itu langsung mendapat perhatian dari warga sekitar. Mereka segera berkumpul dan berusaha membantu. Salah satu dari mereka memberikan air mineral dan meminta Rizali minum. Setelah beberapa teguk, rasa pusing semakin parah.
Seorang ibu di lokasi kejadian langsung menyarankan agar Rizali segera dibawa ke puskesmas terdekat. Tak lama kemudian, mobil pick up putih melewati lokasi tersebut, dan Rizali segera dibawa ke Puskesmas Desa Batu.
Penanganan Cepat dan Gratis
Sesampainya di Puskesmas Desa Batu, Rizali langsung mendapatkan penanganan medis yang cepat. Dokter memeriksa bagian rusuk dan titik-titik vital untuk memastikan tidak ada cedera serius. Rizali mengungkapkan bahwa pihak medis tidak langsung memeriksa identitasnya, tetapi lebih dulu memperhatikan kondisi kesehatannya.
"Kondisi saya langsung diperiksa tanpa menanyakan identitas terlebih dahulu. Setelah semua luka dibereskan, baru pihak puskesmas meminta identitas saya," kata Rizali.
Saat hendak pulang, Rizali bertanya tentang biaya pengobatan. Jawaban yang diterimanya membuatnya kaget. "Tidak bayar pak. Gratis ini. Obatnya diminum," ujarnya meniru ucapan perawat.
Meskipun dalam kondisi sakit, Rizali merasa bersyukur. Di desa kecil yang terletak di tengah jalan menuju pelabuhan, ia menemukan manusia-manusia yang memiliki empati, warga yang peduli, serta tenaga kesehatan yang benar-benar menjalankan profesinya.
Hari itu, Rizali gagal meliput proses pencarian korban KM Barcelona VA. Namun, ia mendapatkan pelajaran berharga bahwa jurnalis juga bisa menjadi berita. Empati, menurutnya, adalah syarat awal yang sangat penting agar manusia saling tolong-menolong.
"Terima kasih untuk warga, semua dokter, perawat, dan staf di Puskesmas Desa Batu," ujar Rizali.