Mustari Baso, Eks Pasukan Elit TNI yang Hidup Sebatang Kara di Jeneponto

Kehidupan Seorang Purnawirawan TNI di Usia Senja
Di sebuah kampung kecil bernama Kunjung Mange, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, tinggal seorang lelaki tua bernama Mustari Baso. Ia adalah purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Sersan Satu (Sertu). Dahulu, ia pernah menjadi bagian dari satuan elit TNI, yaitu Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang kini dikenal sebagai Kopassus. Namun kini, kehidupannya jauh berbeda dari masa lalu.
Mustari kini tinggal di ruangan sempit seluas 2x2 meter, yang berada tepat di belakang rumah keluarga H Jalling. Di sana, ia menghabiskan hari-harinya sendirian, hanya didampingi oleh suara angin dan dinding seng. Tidak lagi ada suara barak atau hormat bendera seperti dulu. Keberadaannya di tempat ini sangat sunyi, bahkan hampir tidak terdengar oleh orang-orang sekitar.
Ditemui di lokasi tersebut, Mustari masih bisa mengingat beberapa pengalamannya dalam hidupnya. Dengan suara yang pelan dan terbata-bata, ia menceritakan tentang tugasnya di era Presiden Soeharto. “Saya pernah tugas ke Timor-Timor dua kali, saya juga pernah buru PKI,” katanya sambil tersenyum kecil. Ia sering menyebut nama Prabowo dan Soeharto, dua tokoh yang melekat dalam ingatannya.
Namun, kehidupan yang ia jalani kini sangat berbeda dari masa lalu. Mustari mengakui bahwa ia kini ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya. “Saya ditinggal sama anak-anak karena maklumlah, dia mau ikut mamanya atau ikut saya, kalau ikut saya, kasihan, saya masih bertugas,” ujarnya.
Hj Sattunia, istri dari H Jalling yang kini merawat Mustari, menjelaskan bahwa anak dan istri Mustari tidak pernah datang berkunjung. Hanya pernah menelepon sekali dan berjanji akan membantu. “Katanya mau bantu, tapi sampai sekarang tidak ada bantuannya sama sekali,” tutur Sattunia.
Menurut Sattunia, uang pensiun Mustari pernah diambil diam-diam oleh anaknya sebesar Rp100 juta. Saat ini, sisa gaji pensiun Mustari hanya sebesar Rp400 ribu. Dulu, ia pernah ditemukan tidur di bawah jembatan Tino, Kabupaten Bantaeng, bahkan pernah terlantar di Terminal Malengkeri, Makassar.
“Anak yang tinggal di Makassar sempat berjanji menjemput, tapi tidak pernah datang,” kata Sattunia. Singkat cerita, seseorang membawa Mustari ke pinggir jalan, tepat di depan rumah H Jalling. Dari sanalah cerita haru Mustari kembali dimulai.
“Sudah dua tahun menetap di sini dan saya yang merawatnya,” ujar Sattunia. Batituud Koramil 05 Batang, Pelda Alimuddin, bersama Kapolsek Batang Iptu Purwanto membenarkan status Mustari sebagai purnawirawan TNI. Menurut keterangan Mustari, ia masuk di grup 1 Kopassus Cijantung dan pensiun di Kodim 1411 Bulukumba pada tahun 1992.
“Beruntungnya beliau ini dirawat oleh pihak keluarga yang masih mau merawat, anak-anaknya ada di Jakarta, pokoknya tidak ada di Jeneponto. Seandainya tidak dipedulikan mungkin beliau tinggal di pinggir jalan lah,” tutup Alimuddin.
Di ruangan sempit tersebut, Mustari masih memiliki seragam TNI lengkap dengan lambang Kopassus di bahu kiri dan papan RPKAD di dada kiri. Nama lengkapnya tercantum dalam buku Keterangan Mengenai Pensiunan, yaitu Mustari Baso Sertu Purn TNI-AD, lahir 5 Februari 1943.
Sejarah RPKAD
Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) adalah cikal bakal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat. Awalnya bernama Korps Komando Angkatan Darat (KKAD), RPKAD dibentuk pada tahun 1955 sebagai pengembangan dari KKAD. RPKAD kemudian mengalami beberapa kali perubahan nama, termasuk menjadi Pusat Pasukan Khusus (Puspassus AD) pada tahun 1966 dan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) pada tahun 1971, sebelum akhirnya menjadi Kopassus pada tahun 1985.
RPKAD dikenal karena perannya dalam berbagai operasi militer, termasuk penumpasan Gerakan 30 September (G30S). Beberapa operasi penting yang melibatkan RPKAD antara lain: Penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta, Penumpasan pemberontakan DI/TII, Operasi penumpasan G30S, Operasi pembebasan sandera di PLTA Karangkates, dan Operasi pembebasan sandera di Mapenduma.
Peran dan Misi RPKAD
RPKAD memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan keutuhan negara. Kemampuan mereka mencakup intelijen, tempur jarak dekat, dan anti-teror. RPKAD juga dikenal sebagai salah satu satuan elite TNI yang memiliki keahlian khusus dalam berbagai operasi militer.
Tokoh Penting RPKAD
Mayor Idjon Djanbi, mantan pasukan Belanda yang menjadi pendiri RPKAD dan Danjen Kopassus pertama. Mayor R.E. Djaelani, komandan RPKAD yang menggantikan Idjon Djanbi. Letkol Sarwo Edhie Wibowo, yang memimpin RPKAD dalam berbagai operasi, termasuk penumpasan G30S.