Niat Baik Berujung Denda, Komunitas Ini Dihukum Pemkot

Kebijakan Pemkot Bandung terhadap Komunitas yang Bagi-Bagi Bir di Acara Lari
Di Kota Bandung, Jawa Barat, sebuah kejadian viral menarik perhatian masyarakat setelah dua komunitas lari membagikan minuman beralkohol kepada para peserta acara Pocari Sweat Run 2025. Kejadian ini menimbulkan reaksi dari pihak berwenang dan membuat acara tersebut menjadi sorotan.
Peristiwa yang Memicu Kontroversi
Acara Pocari Sweat Run 2025 yang digelar pada 19-20 Juli lalu sejak awal mendapat kritik karena menyebabkan kemacetan lalu lintas. Tidak hanya itu, adanya tindakan dua komunitas lari, yaitu Pace and Place dan Freerunners, yang membagikan bir kepada para pelari semakin memperburuk situasi. Minuman beralkohol ini diberikan di area Cheering Zone, yang seharusnya tidak boleh mengandung alkohol sesuai dengan aturan setempat.
Pihak Pemkot Bandung langsung merespons dengan memanggil kedua komunitas tersebut untuk dimintai pertanggungjawaban. Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, menjelaskan bahwa tindakan ini dilakukan atas dasar Perda Nomor 9 Tahun 2019 tentang ketertiban umum, ketenteraman, dan perlindungan masyarakat. Dalam proses pemeriksaan, kedua komunitas mengakui kesalahan mereka.
Sanksi yang Diberikan
Setelah dinyatakan melanggar peraturan, Pemkot Bandung memberikan tiga sanksi kepada kedua komunitas:
- Teguran tertulis dari Pemkot Bandung.
- Komunitas Pace and Place harus mengumumkan pelanggaran melalui media massa, memberikan permohonan maaf secara terbuka, dan membayar biaya paksaan penegak hukum sebesar Rp5 juta.
- Komunitas Freerunners harus membuat surat penyataan, meminta maaf melalui media massa, serta membersihkan Balai Kota selama dua minggu.
Erwin berharap tindakan tegas ini dapat menjadi efek jera agar kejadian serupa tidak terulang. Ia juga mengimbau kepada penyelenggara acara, seperti Pocari Sweat, untuk lebih memperhatikan izin dan patuh terhadap peraturan daerah.
Penjelasan dari Komunitas Lari
Freerunners Bandung akhirnya meminta maaf melalui media sosial atas kegaduhan yang terjadi. Mereka menyatakan bahwa pengadaan minuman beralkohol dalam acara tersebut merupakan hasil kolaborasi resmi dengan Pace and Place. Meskipun demikian, mereka menegaskan bahwa pemberian minuman dilakukan secara sukarela tanpa ada unsur paksaan.
“Kami menyadari bahwa penyediaan beer di area Cheering Zone tidak sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai budaya lokal,” tulis Freerunners dalam pernyataannya. Mereka berkomitmen untuk melakukan perbaikan agar kegiatan yang akan datang tetap relevan dan sesuai norma masyarakat.
Kritik dari Warga dan DPRD
Sebelum kejadian ini, warga Bandung sempat mengkritik acara Pocari Sweat Run karena menyebabkan kemacetan. Titik-titik seperti Cicadas, Kiaracondong, Viaduct, dan Gedung Pakuan mengalami kemacetan parah. Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung, Andri, menilai kurangnya sosialisasi dan keterlibatan warga menjadi penyebab utama masalah kemacetan.
Andri menyarankan agar warga sekitar acara dilibatkan dalam penyelenggaraan event. Selain itu, ia juga menyarankan agar bantuan sembako diberikan kepada warga tidak mampu dan kompensasi diberikan kepada ojek online (ojol) yang terganggu selama acara.
Meski acara ini memberikan dampak positif bagi sektor ekonomi, seperti hotel dan restoran yang ramai, Andri menilai penting untuk mengevaluasi apakah manfaatnya seimbang dengan kerugian yang dialami warga.
Evaluasi dan Perbaikan
Panitia Pocari Sweat Run, Puspita Winawati, menyatakan bahwa pihaknya akan memperbaiki kekurangan dalam acara tersebut, termasuk masalah kemacetan dan pengelolaan sampah. “Setiap kali mengadakan event, kita harus terus memikirkan apa yang perlu diperbaiki,” ujarnya.
Peristiwa ini menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak, baik panitia, komunitas, maupun pemerintah, agar ke depan acara-acara besar bisa lebih terencana dan tidak menimbulkan keluhan dari masyarakat.