Revitalisasi Rusun Dianggap Strategis, Tuntaskan Permukiman Kumuh dan Kekurangan Perumahan Kota

Strategi Revitalisasi Hunian Vertikal untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Warga Jakarta
Program revitalisasi rumah susun (rusun) dan pengembangan hunian subsidi vertikal di tengah kota menjadi solusi penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Selain itu, program ini juga bertujuan menjawab tantangan keterbatasan lahan serta memenuhi kebutuhan perumahan yang belum terpenuhi.
Seorang pengamat infrastruktur dan tata kota, Yayat Supriatna, menilai bahwa rusun menawarkan kualitas hidup yang jauh lebih baik dibandingkan permukiman kumuh. Ia mengatakan bahwa rusun memiliki kualitas bangunan yang lebih baik, sanitasi yang optimal, pasokan air bersih yang cukup, serta pencahayaan yang lebih sehat. Hal ini sangat penting dalam upaya pemerintah dalam merevitalisasi kawasan kumuh.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hanya 56 persen penduduk Jakarta yang memiliki rumah. Akibatnya, banyak warga terpaksa tinggal di wilayah pinggiran kota karena keterbatasan hunian terjangkau dan daya beli masyarakat yang rendah. Biaya transportasi bisa menyedot hingga 30 sampai 40 persen dari pengeluaran warga, yang merupakan beban ekonomi yang besar.
Revitalisasi rusun dinilai realistis untuk kota besar seperti Jakarta agar lebih tertata dan layak huni. Kebijakan ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang terinspirasi oleh keberhasilan Singapura dalam membangun hunian vertikal. Menurut Yayat, Presiden telah menyatakan akan meniru Singapura dalam penyediaan perumahan. Dengan demikian, warga harus mulai diarahkan untuk tinggal di rusun.
Target program ini sebaiknya difokuskan pada generasi produktif berusia 25 sampai 40 tahun, seperti generasi milenial dan Gen Z. Menurut Yayat, orang tua sulit pindah ke rusun karena sudah terbiasa dengan rumah tapak. Oleh karena itu, generasi muda harus lebih diprioritaskan.
Lebih dari sekadar pembangunan fisik, transformasi hunian vertikal ini harus disertai dengan perubahan pola pikir masyarakat perkotaan. Yayat menegaskan bahwa Jakarta tidak akan pernah menjadi kota global jika warganya tidak berubah.
Peran Perumnas dalam Pengembangan Rusun
Yayat juga menyoroti peran Perumnas sebagai aktor utama dalam penyediaan hunian vertikal. Ia mendorong agar Perumnas diberikan mandat lebih besar, termasuk melalui kerja sama pembiayaan dengan Himbara, seperti era kejayaan Perumnas pada tahun 1970-an. Menurutnya, proyek rusun seperti di Klender dan Alonia Kemayoran yang saat ini dikelola Perumnas bisa segera dioptimalkan.
Penambahan jumlah tower dan integrasi transportasi umum seperti KRL dan TransJakarta akan membuat rusun lebih diminati masyarakat. Plt. Direktur Utama Perumnas, Tambok Setyawati, memastikan pihaknya mendukung program revitalisasi dan pengembangan hunian vertikal subsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Ia menegaskan bahwa revitalisasi seperti di Klender dan Alonia Kemayoran bukan hanya membangun fisik hunian, tapi menciptakan ekosistem yang manusiawi, produktif, dan relevan dengan kebutuhan generasi muda perkotaan.
Perumnas siap bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemda, dan lembaga keuangan untuk memperluas jangkauan program ini. Contohnya, kerja sama dengan PPKK Kemayoran untuk pengembangan rusun subsidi di kawasan strategis Jakarta Pusat. Tambok menekankan pentingnya sinergi lintas sektor, karena akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau di pusat kota adalah hak semua warga.
Pendanaan Alternatif untuk Mempercepat Akses Pembiayaan
Yayat menyarankan agar program ini dikaitkan dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun instrumen pendanaan strategis seperti Danantara, khususnya melalui perbankan Himbara. Ia menegaskan bahwa pemerintah sudah menyiapkan KUR agar masyarakat bisa membeli hunian. Ini harus dimanfaatkan oleh Perumnas.
Dengan adanya pendanaan alternatif ini, diharapkan dapat mempercepat akses pembiayaan bagi masyarakat, sehingga program revitalisasi rusun dapat berjalan lebih cepat dan efektif. Dengan begitu, kualitas hidup warga Jakarta dapat meningkat secara signifikan, serta membantu mengurangi tekanan pada ketersediaan lahan dan kebutuhan perumahan.