Tarif Nol Persen Tidak Turunkan Harga iPhone di Indonesia

Harga iPhone di Indonesia Masih Mahal Meski Tarif Impor AS ke RI Nol Persen
Harga iPhone di Indonesia kemungkinan masih akan tetap mahal meskipun tarif impor barang Amerika Serikat (AS) ke Indonesia menjadi nol persen. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sebagian besar iPhone dirakit dan diproduksi di China, meskipun mereknya berasal dari Apple Inc., perusahaan asal AS.
Dalam perdagangan internasional, iPhone terhitung sebagai produk buatan China, bukan AS. Hal ini ditegaskan oleh Kiranjeet Kaur, Associate Research Director, Mobile Phones Research di lembaga riset IDC Asia Pasifik. Menurutnya, karena proses produksinya tidak dilakukan di AS, iPhone tidak termasuk dalam kategori produk AS yang mendapat fasilitas tarif 0 persen.
"iPhone akan dianggap sebagai produk buatan China, bukan buatan Amerika Serikat, karena proses produksinya tidak dilakukan di AS. Jadi, kesepakatan tarif baru ini kecil kemungkinan akan berdampak pada harga iPhone," ujar Kiranjeet Kaur.
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios). Ia menjelaskan bahwa meskipun Apple adalah perusahaan AS, karena proses perakitan iPhone dilakukan di luar negeri, terutama di China, maka produk ini tidak termasuk dalam daftar barang yang mendapat fasilitas tarif 0 persen.
"Bahkan jika label brand-nya berasal dari AS, secara perdagangan internasional, iPhone tetap masuk sebagai barang impor dari China dan dikenakan tarif bea masuk seperti biasa," kata Bhima.
Bukan hanya iPhone. Produk-produk elektronik asal AS yang masuk ke Indonesia juga umumnya dirakit di China. Oleh karena itu, meskipun labelnya berasal dari AS, secara perdagangan internasional, produk tersebut tetap dikenakan tarif bea masuk yang sama seperti barang impor dari China.
"Produk yang dikonsumsi masyarakat, khususnya barang elektronik itu tidak mengalami perubahan, karena tarif dari barang impor China tetap dikenakan tarif yang tidak mengalami perubahan jadi tidak ada implikasi," tambah Bhima.
Perubahan Tarif Impor: Dampak pada Produk Industri Berat dan Energi
Meski tarif impor AS ke Indonesia menjadi nol persen, sebaliknya, Indonesia dikenakan tarif 19 persen untuk produk yang diekspor ke AS. Kesepakatan ini membuka peluang bagi produk-produk buatan AS yang diekspor ke Indonesia menjadi lebih murah.
Menurut Bhima, kebijakan tarif 0 persen ini akan lebih berdampak pada produk-produk industri berat dan energi. Beberapa jenis produk utama asal AS yang kemungkinan besar akan mengalami penurunan harga di Indonesia antara lain:
- Suku cadang pesawat
- Mesin dan alat berat
- Plastik
- Produk farmasi
- Minyak bumi (BBM), Liquefied Natural Gas (LNG), dan elpiji
- Kedelai, gandum, dan jagung
Produk-produk ini memang menjadi andalan ekspor AS ke Indonesia dan selama ini terkena tarif bea masuk sekitar 5 sampai 9 persen. Namun, kini pajaknya dipangkas jadi nol persen.
Selain itu, dalam unggahan di media sosial Truth Social, Donald Trump menyebut Indonesia berkomitmen untuk membeli energi AS senilai 15 miliar dollar AS, produk pertanian Amerika senilai 4,5 miliar dollar AS, dan 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya adalah model 777 sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
Adapun, maskapai penerbangan Indonesia Garuda baru-baru ini disebut sedang dalam pembicaraan untuk membeli antara 50 dan 75 pesawat Boeing. Ini menunjukkan potensi peningkatan penggunaan produk-produk AS di Indonesia.