Warga Kedoya Menolak Lapangan Bola Jadi Arena Padel, Pemkot Jakbar Diam, DPRD Soroti

Penolakan Warga Kedoya Selatan terhadap Rencana Pengalihan Lapangan Sepak Bola
Warga di wilayah Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat menunjukkan penolakan keras terhadap rencana pengalihan satu-satunya lapangan sepak bola yang ada di wilayah mereka menjadi arena padel. Penolakan ini ditunjukkan melalui berbagai tulisan dan mural yang dibuat di sepanjang dinding lapangan yang berbatasan dengan Jalan Kedoya Pesing.
Dari pantauan, beberapa pesan penolakan terpampang jelas seperti “Warga kami menolak padel”, “Rakyat kecil butuh ruang bersenang-senang”, serta “Sepak bola adalah alat perjuangan”. Tulisan besar juga terpampang dengan kalimat “Jangan ambil alih hiburan rakyat”.
Menurut informasi dari warga setempat, mereka mendapatkan kabar bahwa lapangan Kedoya akan dialihfungsikan menjadi arena padel dari pihak Pemkot Jakarta Barat. Namun, informasi tersebut hanya disampaikan secara lisan tanpa adanya surat pemberitahuan resmi. Informasi ini kemudian cepat menyebar di antara warga, sehingga akhirnya mereka menyampaikan penolakan melalui spanduk di lapangan.
Spanduk yang dipasang oleh warga kemudian dicopot oleh petugas penjaga lapangan. Sebagai respons, warga mengubah cara penyampaian aspirasinya dengan membuat tulisan dan mural di dinding lapangan yang mengarah ke jalan raya agar lebih banyak orang yang melihat.
Lapangan Kedoya yang terletak di Jalan Pilar Baru RT 04 RW 03 diketahui milik Pemprov DKI Jakarta, sesuai dengan plang yang terpasang di lokasi. Warga bernama Iskandar yang sedang bermain sepak bola di lapangan mengatakan bahwa warga tidak setuju jika lapangan tersebut diubah menjadi lapangan padel. Ia menjelaskan bahwa lapangan ini merupakan satu-satunya tempat untuk bermain sepak bola di wilayah Kedoya Selatan.
Selain itu, ia menambahkan bahwa tidak jauh dari lapangan Kedoya sudah ada lapangan padel. Jaraknya hanya sekitar 100 meter dari lokasi. Menurutnya, para pemain padel bukanlah warga setempat, sementara lapangan sepak bola digunakan oleh warga untuk berolahraga dan mengadakan kegiatan.
Zaenuri, warga lainnya, juga menyampaikan pendapat serupa. Menurutnya, Jakarta membutuhkan ruang terbuka seperti lapangan sepak bola untuk aktivitas warga. Ia menolak rencana alih fungsi lapangan tersebut karena sepak bola merupakan olahraga masyarakat yang bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Perhatian DPRD DKI Jakarta
Rencana alih fungsi lapangan Kedoya menjadi arena padel mencuat saat disampaikan oleh Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Yudha Permana, dalam rapat komisi bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) di Gedung Parlemen, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Yudha menyampaikan kepada Kadis agar kajian terhadap rencana tersebut dilakukan secara final dan melibatkan warga sekitar karena telah terjadi friksi-friksi di lapangan. Ia menekankan bahwa pemerintah jangan hanya membangun fasilitas berdasarkan kepentingan bisnis atau tren semata.
Menurut Yudha, di sebelah lapangan Kedoya sudah ada lapangan padel, sehingga tidak perlu lagi dibangun di sana. Ia mengusulkan agar Pemprov DKI Jakarta membangun fasilitas olahraga yang lebih merakyat, seperti lapangan basket, futsal, atau voli, yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Inad Luciawati, anggota DPRD DKI Jakarta dari dapil Kebon Jeruk, juga menyampaikan pendapat serupa. Ia menolak rencana alih fungsi lapangan sepak bola menjadi arena padel karena lahan untuk sepak bola di Jakarta Barat sangat langka. Ia menyarankan agar Pemprov DKI Jakarta melakukan kajian detail terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
Inad juga memperingatkan bahwa jika lapangan tersebut nantinya diubah menjadi lapangan padel, maka akan menimbulkan protes dari masyarakat. Ia meminta Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat dan tidak hanya mengikuti tren atau potensi pemasukan.