5 Kebiasaan yang Merusak Pernikahan dan Menjauhkan Suami

Featured Image

Pernikahan yang Harmonis Butuh Perhatian dan Konsistensi

Pernikahan bukan hanya sekadar janji suci di depan penghulu atau pendeta. Ia adalah perjalanan panjang yang penuh lika-liku, membutuhkan kerja sama, komunikasi, dan rasa saling menghargai setiap hari. Sayangnya, banyak pasangan, terutama yang sudah menikah bertahun-tahun, mulai merasa nyaman dan menganggap remeh hubungan mereka. Mereka lupa bahwa cinta butuh dipelihara, dan penghargaan harus tetap diberikan meski sudah saling mengenal luar-dalam.

Dalam banyak kasus, istri yang awalnya penuh perhatian, hangat, dan suportif, secara perlahan mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang membuat suami merasa terpinggirkan. Ini sering terjadi bukan karena niat buruk, melainkan karena kesibukan, kelelahan, atau pola komunikasi yang berubah. Jika dibiarkan, lima kebiasaan ini bisa membuat suami kehilangan rasa keterikatan, merasa tidak dihargai, dan akhirnya menjauh — baik secara emosional maupun fisik.

1. Memperlakukan Suami dengan Nada Merendahkan

Nada bicara yang merendahkan — entah disampaikan dengan sindiran, sarkasme, atau tatapan meremehkan — adalah salah satu penyebab utama retaknya hubungan. Dalam psikologi hubungan, perilaku ini masuk dalam kategori contempt (penghinaan), yang menurut penelitian Dr. John Gottman, adalah prediktor nomor satu perceraian. Ketika seorang pria merasa diremehkan, dia tidak hanya kehilangan rasa hormat terhadap pasangannya, tetapi juga terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan tersebut.

Contoh nyata: Suami pulang larut malam karena lembur, dan istri langsung berkata, “Ah, kamu memang nggak pernah peduli sama keluarga.” Saat suami mencoba memberi ide, istri memotong dengan, “Ya ampun, ide kamu itu nggak masuk akal.” Awalnya mungkin dimaksudkan sebagai kelakar atau pelepas stres, tapi jika dilakukan terus-menerus, hal ini mengikis rasa percaya dan koneksi emosional.

Cara Menghindari: - Gunakan I-Statement: Alih-alih berkata, “Kamu nggak pernah bantu aku,” ubah menjadi, “Aku merasa kewalahan ketika harus mengurus semuanya sendirian.” - Beri apresiasi kecil, bahkan untuk hal sepele. Misalnya, “Makasih ya udah belanjain sayur.” - Kendalikan nada bicara. Kritik bisa disampaikan tanpa merendahkan.

2. Meremehkan atau Mengejek di Depan Orang Lain

Bagi sebagian pria, harga diri sangat erat kaitannya dengan rasa dihormati, terutama di depan keluarga, teman, atau kolega. Ketika istri mengolok-olok atau membuka aib suami di depan orang lain, luka yang ditinggalkan jauh lebih dalam daripada jika hanya terjadi berdua. Menurut studi tahun 2020 yang diterbitkan di Journal of Social and Personal Relationships, ejekan atau penghinaan di depan umum membuat korban merasa tidak aman secara sosial dan menurunkan rasa percaya dalam hubungan.

Contoh nyata: Menggoda suami di depan teman bahwa ia “lebih sayang ibunya daripada istri”. Membuat lelucon soal penghasilan suami yang “kalah jauh” dari teman-temannya. Menertawakan kegagalan suami dalam memperbaiki sesuatu di rumah.

Dampak Jangka Panjang: - Suami menjadi enggan berbicara atau terbuka di depan pasangan. - Muncul jarak emosional dan sikap defensif. - Menurunnya keintiman fisik dan emosional.

Cara Menghindari: - Jika ada masalah, diskusikan secara pribadi. - Hindari komentar yang bisa memalukan pasangan, meskipun niatnya bercanda. - Ganti dengan apresiasi di depan umum: “Dia ini sebenarnya sangat perhatian, lho.”

3. Menempatkan Suami di Posisi Prioritas Terendah

Setelah menikah dan memiliki anak, fokus seorang istri sering beralih total pada anak, pekerjaan, atau keluarga besar. Tanpa disadari, suami tergeser jauh dari posisi prioritas, bahkan kadang kalah dari urusan rumah tangga atau hewan peliharaan. Kondisi ini bisa membuat pria merasa tidak lagi menjadi bagian penting dari hidup istrinya.

Ilustrasi kasus: Seorang ayah bercerita bahwa ia merasa seperti “nomor lima” dalam rumah tangganya — setelah anak-anak, anjing, pekerjaan istri, dan hobi istrinya. Perasaan ini membuatnya mencari validasi di luar, yang pada akhirnya berujung perselingkuhan.

Tips Menjadikan Pasangan Prioritas: - Sisihkan waktu khusus setiap minggu untuk quality time berdua. - Jangan biarkan percakapan hanya seputar urusan rumah atau anak. - Buat kebiasaan memberi perhatian kecil, seperti pesan singkat di tengah hari.

4. Menyembunyikan Sesuatu atau Berbohong Kecil

Kebohongan, sekecil apa pun, akan menggerogoti fondasi kepercayaan. Dalam hubungan, transparansi adalah kunci. Saat suami merasa istri menyembunyikan sesuatu — bahkan jika itu hanya belanja baju baru tanpa bilang — ia mulai bertanya-tanya: “Kalau soal kecil saja dia bisa bohong, apalagi soal besar?”

Jenis Kebohongan yang Sering Terjadi: - Menyembunyikan pengeluaran. - Tidak menceritakan interaksi dengan lawan jenis. - Menutupi pertemuan atau aktivitas yang dianggap remeh.

Penelitian Mendukung: Sebuah studi dari University of Notre Dame menemukan bahwa pasangan yang berkomitmen untuk jujur bahkan dalam hal kecil mengalami penurunan signifikan dalam konflik dan peningkatan keintiman.

Cara Memperbaiki: - Biasakan berbagi informasi, meskipun terasa sepele. - Jika takut reaksi pasangan, mulai dengan kalimat, “Aku tahu ini mungkin bikin kamu kurang nyaman, tapi aku mau cerita…” - Ingat bahwa kejujuran yang konsisten membangun rasa aman.

5. Menghalangi Suami Melakukan Hal yang Ia Sukai

Setiap individu butuh ruang untuk mengejar minat pribadi. Ketika suami dilarang atau dihalangi melakukan hal yang ia sukai — seperti olahraga, hobi, atau pendidikan — ia bisa merasa terkurung dan kehilangan identitas di luar pernikahan.

Kisah Nyata: Seorang pria ingin mengikuti lomba maraton yang sudah lama ia impikan. Namun, istrinya menunjukkan ketidaksenangan dan memberikan komentar pasif-agresif setiap kali ia latihan. Akhirnya, meskipun tetap ikut lomba, ia melakukannya tanpa dukungan emosional dari pasangan, yang meninggalkan rasa pahit.

Kenapa Penting Memberi Dukungan: Menurut Journal of Marriage and Family, pasangan yang saling mendukung hobi satu sama lain cenderung memiliki tingkat kepuasan pernikahan lebih tinggi dan risiko perceraian lebih rendah.

Solusi Seimbang: - Bicarakan pembagian waktu dan tanggung jawab agar kedua pihak bisa mengejar minat masing-masing. - Jadilah cheerleader pasangan, bahkan jika hobinya bukan minat Anda. - Temukan aktivitas bersama sebagai pelengkap, bukan pengganti.

Langkah Praktis Mencegah Suami Menjauh

Komunikasi Rutin dan Terbuka: Sisihkan waktu khusus setiap minggu untuk berbicara dari hati ke hati tanpa gangguan.

Pahami Bahasa Cinta Pasangan: Apakah dia lebih menghargai sentuhan, kata-kata afirmasi, atau waktu berkualitas? Gunakan bahasa cinta itu secara konsisten.

Rawat Diri Sendiri: Pernikahan sehat dimulai dari individu yang sehat secara fisik, mental, dan emosional.

Jaga Humor yang Menguatkan, Bukan Menghancurkan: Humor bisa mempererat, tapi pastikan tidak menjatuhkan harga diri pasangan.

Rayakan Keberhasilan Kecil: Ucapan “terima kasih” atau “aku bangga sama kamu” bisa memberi dampak besar pada ikatan emosional.

Pernikahan tidak retak karena satu kejadian besar saja. Lebih sering, ia runtuh karena serangkaian kebiasaan kecil yang diabaikan. Memperlakukan pasangan dengan hormat, menjaga kejujuran, memberi dukungan, dan menempatkannya sebagai prioritas bukanlah hal rumit, tetapi butuh kesadaran dan konsistensi. Ingat, lebih mudah mencegah jarak emosional daripada mencoba memperbaikinya setelah hubungan renggang. Jadikan hari ini awal untuk berkomitmen kembali, bukan hanya pada janji pernikahan, tetapi juga pada kualitas hubungan yang ingin Anda bangun.