Bisakah Wanita dengan Endometriosis Hamil?

Apa Itu Endometriosis?
Endometriosis adalah kondisi medis yang terjadi ketika jaringan mirip dengan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di bagian tubuh yang seharusnya tidak memiliki jaringan tersebut. Jaringan ini bisa muncul di indung telur, saluran tuba, atau area panggul. Dalam kasus langka, jaringan tersebut bahkan bisa tumbuh di organ lain seperti usus atau kandung kemih.
Jaringan yang tumbuh ini bisa membentuk massa yang disebut endometrioma atau kista cokelat karena mengandung darah tua. Meski tidak bersifat ganas, pertumbuhan ini dapat menyebabkan rasa nyeri yang mengganggu, terutama selama menstruasi. Kondisi ini bisa memengaruhi perempuan dari berbagai usia, tetapi paling umum ditemukan pada perempuan berusia 30 hingga 40 tahun. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa endometriosis lebih sering dialami oleh perempuan berkulit putih dan Asia dibandingkan ras lain.
Beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terkena endometriosis antara lain:
- Belum pernah memiliki anak
- Menstruasi yang berlangsung lebih dari tujuh hari
- Siklus menstruasi yang lebih pendek dari 27 hari
- Masalah kesehatan yang mengganggu aliran darah saat menstruasi
- Riwayat keluarga dengan endometriosis
Jika Mama memiliki salah satu faktor risiko tersebut, penting untuk lebih memperhatikan kondisi tubuh dan berkonsultasi ke dokter jika diperlukan.
Gejala Endometriosis
Gejala endometriosis bisa sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Beberapa perempuan mungkin tidak merasakan gejala apa pun, sementara yang lain mengalami gejala yang cukup mengganggu. Beberapa gejala yang sering dialami termasuk:
- Nyeri haid yang sangat hebat dan mengganggu aktivitas sehari-hari
- Nyeri di bagian bawah punggung atau panggul yang berlangsung lama, bisa terjadi di luar siklus menstruasi
- Rasa sakit saat berhubungan intim
- Masalah pencernaan seperti kembung, diare, atau mual, terutama selama menstruasi
- Nyeri saat buang air besar atau kecil selama masa menstruasi
- Pendarahan di luar jadwal haid (flek atau bercak)
- Kesulitan untuk hamil
Gejala biasanya mulai muncul saat usia menginjak 20-an atau 30-an. Dalam beberapa kasus, gejala muncul setelah seseorang berhenti menggunakan alat kontrasepsi hormonal. Jika Mama merasa ada perubahan tidak biasa pada tubuh, terutama setelah berhenti KB, sebaiknya waspada dan perhatikan lebih lanjut.
Bagaimana Endometriosis Mempengaruhi Kesuburan?
Endometriosis bisa memengaruhi kesuburan perempuan karena jaringan yang tumbuh di luar rahim dapat memicu peradangan dan mengganggu proses reproduksi. Peradangan ini bisa menghambat sperma mencapai sel telur dan mengganggu perkembangan embrio. Selain itu, endometriosis juga bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut (adhesi) di area panggul, yang bisa menghalangi pergerakan sel telur menuju tuba falopi.
Selain itu, adhesi juga bisa mengganggu proses implantasi embrio di dinding rahim. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh justru menganggap embrio sebagai ancaman dan menyerangnya. Namun, tidak semua perempuan dengan endometriosis akan mengalami kesulitan hamil. Semakin banyak pertumbuhan jaringan endometrium, semakin tinggi kemungkinan mengalami masalah kesuburan.
Peluang Hamil dengan Endometriosis
Meskipun endometriosis bisa memengaruhi kesuburan, banyak perempuan dengan kondisi ini masih bisa hamil. Tidak semua perempuan dengan endometriosis mengalami kesulitan untuk hamil. Beberapa bisa hamil secara alami tanpa hambatan, sementara yang lain mungkin membutuhkan bantuan medis seperti program kehamilan (promil), terapi hormon, atau prosedur inseminasi hingga bayi tabung (IVF).
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40 persen perempuan dengan gangguan kesuburan memiliki endometriosis. Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua perempuan dengan endometriosis akan mengalami kesulitan hamil. Dengan pemantauan medis yang tepat, gaya hidup sehat, dan dukungan dari orang terdekat, Mama tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang kuat.
Risiko Endometriosis Selama Kehamilan
Perempuan dengan endometriosis tetap bisa hamil, namun kondisi ini perlu dipantau secara ketat selama kehamilan. Beberapa risiko yang mungkin terjadi antara lain:
- Plasenta Previa: Kondisi di mana plasenta menempel di bagian bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Ini bisa menyebabkan perdarahan dan sering kali memerlukan operasi caesar.
- Keguguran: Endometriosis bisa meningkatkan risiko keguguran, meskipun banyak perempuan dengan kondisi ini tetap bisa melahirkan bayi sehat.
- Bayi Lahir Prematur: Peradangan akibat endometriosis bisa meningkatkan risiko persalinan prematur.
- Preeklampsia: Kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan yang bisa berbahaya bagi Mama dan janin. Pemantauan rutin sangat penting untuk mendeteksi dan menangani kondisi ini lebih awal.
Dengan diagnosis dini dan perawatan yang tepat, Mama tetap bisa menjalani kehamilan yang aman dan sehat. Jika Mama merasa memiliki riwayat endometriosis atau mengalami gejala mencurigakan, segera konsultasi ke dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.