Fenomena Pengibaran Bendera One Piece: Simbol Kekesalan dan Protes Rakyat

Fenomena Bendera One Piece sebagai Simbol Perlawanan
Banyak fenomena unik muncul menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Salah satunya adalah munculnya pengibaran bendera dari serial animasi One Piece yang populer di kalangan masyarakat. Bendera ini, yang menggambarkan kelompok bajak laut topi jerami yang dipimpin oleh Monkey D. Luffy, kini menjadi simbol yang menarik perhatian banyak orang.
Menurut Anang Sujoko, seorang ahli ilmu komunikasi dari Universitas Brawijaya (UB), gerakan ini bukan sekadar tren semata. Ia menilai bahwa fenomena ini telah bertransformasi menjadi simbol perlawanan yang kuat dari masyarakat terhadap kekuasaan. Menurutnya, ketika sebuah simbol diadopsi secara massal dengan pemaknaan yang seragam, maka simbol tersebut dapat menjadi alat protes yang efektif.
Anang menjelaskan bahwa fenomena ini mencerminkan kebuntuan komunikasi. Masyarakat merasa bahwa kata-kata tidak lagi cukup untuk menyampaikan kritik atau aspirasi mereka guna mengubah kebijakan yang ada. Ia menegaskan bahwa gerakan ini sangat kuat dan harus menjadi perhatian prioritas oleh pihak-pihak yang terkait.
Kebutuhan Komunikasi yang Bijaksana
Gerakan pengibaran bendera One Piece juga merupakan wujud perlawanan di saat masyarakat merasa tidak memiliki daya dalam menghadapi kebijakan penguasa. Namun, Anang menekankan pentingnya tetap berkomitmen pada cara-cara damai dalam menyampaikan protes. Ia menilai bahwa ini adalah bentuk komunikasi high context culture, di mana seharusnya dipahami secara bijaksana.
Menurutnya, pemerintah atau legislatif seharusnya melihat fenomena ini sebagai bentuk ketiadaan daya masyarakat dalam menghadapi kebijakan oleh penguasa, namun mereka tetap berkomitmen ingin berperilaku damai. Respons yang menyalahkan para pengibar bendera justru menunjukkan hilangnya komunikasi yang bersifat empati dari pihak penguasa.
Anang menyarankan agar pemerintah dan legislatif menjadikan fenomena ini sebagai momentum untuk introspeksi dan evaluasi diri secara serius. Ia menegaskan bahwa respons yang benar adalah membaca dan mengevaluasi diri, bukan menyalahkan pihak lain. Jika sampai menyalahkan, artinya komunikasi yang sifatnya empati sudah tidak ada.
Contoh Kebijakan yang Menimbulkan Kekecewaan
Anang juga memberikan contoh salah satu pemicu kekecewaan publik yang relevan dengan gerakan ini, yaitu kebijakan pemblokiran rekening yang digeneralisasi. Kebijakan tersebut dinilai merugikan masyarakat yang tidak bersalah dan menghalangi hak mereka atas aset pribadinya.
Masyarakat yang dirugikan ini sebetulnya sudah dalam batas tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Gerakan simbolis ini adalah cara mereka untuk berbicara secara damai kepada pemerintah dan legislatif.
Perspektif dari Masyarakat
Saroji, seorang pengunjung Festival Rawa Pening di Bukit Cinta, Kabupaten Semarang, mengungkapkan bahwa munculnya fenomena pengibaran bendera bajak laut Monkey D. Luffy merupakan bentuk kekecewaan terhadap kondisi sosial saat ini. Meskipun ia mengakui bahwa protes itu wajar, ia menegaskan bahwa jiwa dan raga masyarakat tetap merah putih.
Ia memperingatkan agar protes tidak sampai menggadaikan identitas bangsa. Meski demikian, ia tetap menghargai hak setiap individu untuk menyampaikan pendapatnya secara damai.