Hans Jaladara dan Panji Tengkorak dalam Jejak Sejarah Komik Indonesia

Karakter Panji Tengkorak Hadir di Layar Bioskop
Film animasi Panji Tengkorak akan segera hadir di layar bioskop. Karakter komik yang mengangkat isu kesehatan mental ini muncul sebagai antihero yang haus keadilan. Di mana posisi Hans Jaladara dan karya-karyanya dalam peta komik Indonesia?
Pada hari Jumat, meskipun berbeda jam, namun dalam rentang hari yang sama, tanggal delapan. Penglihatan dan pendengaran saya terganggu oleh wajah asing dan suara agak serak dari Densu.
Sosok Denny Sumargo tampil berbeda di layar ponsel saya. Ia menunjukkan sisi atraktif dengan mengenakan atribut karakter tokoh Panji Tengkorak. Jauh dari jenama pribadinya sebagai pebasket sombong, atau pebiliar sombong, atau petinju sombong.
Perawakan dan perilaku uniknya membuatnya menjadi bahan tertawaan Praz Teguh di kanal YouTube Deddy Corbuzier. Respons yang diberikan oleh Radit di kanal Raditya Dika juga tidak jauh berbeda. Di dua podcast tersebut, sang pemeran Panji Tengkorak tidak sendirian. Seperti dalam kisah komik, Panji selalu ditemani oleh Kuwuk—sobat setianya yang lugu dan humoris.
Sosok Kuwuk yang muncul di dalam layar podcast tersebut adalah Mukti Entut. Densu bersama komika asal Yogyakarta itu sedang mempromosikan film animasi Panji Tengkorak (2025). Film produksi Falcon Pictures ini akan tayang di layar bioskop Indonesia mulai 28 Agustus 2025. Sutradaranya, Daryl Wilson, juga terlibat dalam penggarapan film Warkop DKI Kartun (2025).
Hans Jaladara dan Komik Panji Tengkorak
Hans Jaladara dan karakter Panji Tengkorak adalah dua sosok yang tak terpisahkan. Keduanya saling lekat hingga menjadi ikonik dan tak terlupakan. Meski Hans tidak hanya menciptakan komik dengan kisah dan karakter tersebut.
Seiring dekatnya waktu tayang film animasi Panji Tengkorak, sosok Hans Jaladara kembali muncul ke permukaan. Ia kini lebih ramah kamera dan mudah ditemukan melalui akun Instagram @falconpictures_.
Sekilas tentang Hans Jaladara
Lelaki berambut putih dan berkaca mata ini memiliki nama lengkap Hans Rianto Sukandi alias Liem Tjong Han. Ia lahir pada 4 April 1947. Dalam karya kreatifnya, ia menggunakan nama pena Hans atau Hans Jaladara.
Di masa keemasan komik di Indonesia, nama ini dikenal luas sebagai salah satu komikus terkenal. Tak bisa dipungkiri, nama Hans melejit bersama kepopuleran serial cerita silat Panji Tengkorak.
Dalam jagat dunia komik Indonesia, Hans Jaladara termasuk salah satu tonggak penting. Namanya tertoreh tinta emas dalam peta sejarah komik Indonesia yang tercatat abadi.
Ia dikenal bersama komikus penting lainnya seperti Ganes Th (Si Buta dari Gua Hantu), Djair (Jaka Sembung), Hasmi (Gundala Putra Petir), Wid NS (Godam), dan Jan Mintaraga (Sebuah Noda Hitam).
Selain cerita silat Panji Tengkorak, karya-karya komik Hans Jaladara lainnya antara lain Walet Merah, Si Rase Terbang, Pendekar Bulupitu, Tridas, Setan Kepala Terbang, dan Intan Permata Rimba.
Sekilas Komik Panji Tengkorak
Kelahiran Panji Tengkorak ditandai dengan penerbitan perdana komik cetak cerita silat Panji Tengkorak. Penerbit Dwi Djaja merilis komik tersebut pada tahun 1968.
Tokoh utamanya adalah seorang pendekar misterius yang menggunakan topeng tengkorak. Dia diselimuti emosi yang membara untuk menuntut balas atas kematian istrinya yang mengenaskan.
Karakter Panji cukup menarik perhatian karena tidak berlaku seperti biasanya. Hans melahirkan jagoannya sebagai sosok antihero dengan isu kesehatan mental.
Topeng tengkorak yang dikenakan Panji menjadi simbol sosok yang terluka dalam hidup, penuh kepahitan, dan menanggung derita dari masa lalu. Simbol figur dengan beban dendam kesumat yang haus keadilan.
Secara keseluruhan, Panji Tengkorak dibukukan dalam lima jilid utama, yaitu Panji Tengkorak, Dewi Bunga, Alas Purba, Duel di Atas Darah dan Karang, dan Pulau Tiga Iblis.
Komik-komik Panji Tengkorak pernah diterbitkan kembali oleh UP Prasidha (1985) dengan format dua jilid. Disusul pada 1996 penerbit Elex Media Komputindo menghadirkannya dalam gaya manga.
Popularitas Panji Tengkorak membuat komik karya Hans Jaladara ini sempat alih wahana ke film, yakni pada 1971 dan 1983. Disusul pada 1996 menjadi serial televisi di Indosiar.
Hans Jaladara dan Panji Tengkorak di Peta Sejarah Komik Indonesia
Posisi Hans Jaladara dan komik cerita silat Panji Tengkorak di peta sejarah komik Indonesia dapat diketahui melalui artikel Tutur Visual harian Kompas edisi daring.
Kompas Interaktif yang mengupas evolusi komik Indonesia ini disajikan dengan kemasan yang sangat dekat dengan struktur penyajian e-book melalui laman Kompas.id.
Artikel panjang berjudul "Komik Indonesia dari Masa ke Masa" ditulis oleh Deonisa Arlinta Graceca, Kurnia Yunita Rahayu, dan Pradipta Pandu Mustik; dengan penyelaras bahasa Lucia Dwi Puspita Sari.
Terbit dengan ketebalan 56 halaman dan sepenuhnya berwarna, dengan grafis menarik. Desain grafis dikerjakan oleh tim yang terdiri dari Pandu Lazuardy Patriari, Vania Hefira, dan Kevin Rifqi Hendrian.
Sajian yang ringkas dan menarik ini tidak membutuhkan waktu baca yang panjang. Dalam sekali duduk, kita diantar untuk memahami lanskap sejarah dan peta komik Indonesia dari ujung ke ujung.
Komik Indonesia Era Awal
Tutur Visual apik dari Kompas ini memilah jagat komik Indonesia dalam tiga bagian besar, yakni Era Awal, Era Kejayaan, dan Era Indie dan Daring.
Era Awal merujuk pada disertasi Marcel Bonneff pada 1972. Peneliti asal Prancis ini mengungkapkan era ini ditandai dengan kehadiran komik strip di koran-koran pada tahun 1930-an.
Tahap berikutnya terjadi pada tahun 1950-an, di mana komik Indonesia diwarnai dengan adaptasi dari komik Barat. Sejak ini, komik Indonesia kemudian berkembang secara meluas.
Pada bagian ini dipaparkan tiga komikus dengan karya-karyanya yang khas, menghadirkan karakter tokoh komik yang kuat. Ada Kho Wan Gie dengan karakter Put On; Raden Ahmad (RA) Kosasih dengan kisah Sri Asih; dan John Lo dengan karyanya Putri Bintang dan Garuda Putih.
Komik Indonesia Era Kejayaan
Era Kejayaan berlangsung dalam kurun waktu 1960-an hingga 1970-an. Era ini mencatat enam nama komikus di mana nama Hans Jaladara hadir di dalamnya.
Ada Ganes Thiar Santosa (Ganes Th) dengan karakter Si Buta dari Gua Hantu, Djair Warni Ponakanda dengan tokoh Jaka Sembung, dan Harya Suryaminata (Hasmi) dengan sosok Gundala Putra Petir.
Disusul Widodo Noor Slamet (Wid NS) dengan karakter Godam, Suwalbiyanto (Jan Mintaraga) dengan kisah Sebuah Noda Hitam, dan terakhir Hans Rianto (Hans Jaladara) dengan sosok Panji Tengkorak.
Komik Indonesia Era Indie dan Daring
Pada bagian terakhir, Era Indie dan Daring, diwarnai dengan kondisi era komik cetak yang telah meredup. Namun, datangnya internet (2000-an) membuat komik Indonesia kembali merebak.
Pada masa internet ini, komik (daring) Indonesia malah meluas tetapi di kalangan tertentu. Dalam hal ini, seiring dengan bermunculan komunitas-komunitas.
Tutur Visual Kompas ini hanya menghadirkan dua nama dengan karya-karya yang mewakilinya. Ada Faza Ibnu Ubaydillah (Faza Meonk) dengan Si Juki dan Nurfadli Mursyid dengan Tahilalats.
Mari Membaca Evolusi Komik Indonesia
Kompas Interaktif ini mencatat keberadaan Hans Jaladara dan Panji Tengkorak di peta sejarah perjalanan komik Indonesia dari masa ke masa.
Tutur Visual ini menarik disimak dan layak menjadi bacaan ringan dan ringkas untuk mengetahui evolusi komik Indonesia. Terutama dipantik dengan kehadiran film animasi Panji Tengkorak (2025).
Ingin membacanya sebelum menonton film animasi Panji Tengkorak di bioskop? Silakan menjemputnya melalui tautan berikut ini:
https://interaktif.kompas.id/baca/evolusi-komik-indonesia