Kekuatan Dukungan untuk Ibu Menyusui dalam Perkembangan Anak

Peran Lingkungan dalam Mendukung Ibu Menyusui
Memberikan ASI bukan hanya tanggung jawab seorang ibu, tetapi juga melibatkan peran aktif lingkungan di sekitarnya. Tanpa dukungan dari keluarga, tempat kerja, hingga tenaga kesehatan, ibu menyusui rentan menghadapi tantangan yang dapat menghambat keberhasilan pemberian ASI. Dalam rangka Hari Anak Nasional dan World Breastfeeding Week 2025, berbagai inisiatif dilakukan untuk memperkuat pentingnya sistem pendukung bagi ibu menyusui, demi tumbuh kembang anak secara optimal.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang bagaimana dukungan dari berbagai pihak dapat membantu ibu dalam menjalani proses menyusui:
Dukungan Keluarga dan Tenaga Kesehatan Meningkatkan Keberhasilan Menyusui
Dukungan dari keluarga dan tenaga kesehatan terbukti menjadi kunci keberhasilan ibu dalam menyusui. Dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS, menegaskan bahwa menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga memerlukan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. Ia menekankan bahwa ASI adalah nutrisi sempurna, perlindungan alami, dan jembatan penting dalam membangun ikatan (bonding) antara ibu dan anak. Ikatan ini berpengaruh besar terhadap perkembangan emosional, kecerdasan, dan kesehatan anak jangka panjang.
Selama lebih dari 25 tahun sebagai dokter spesialis anak, ia menyaksikan bahwa keberhasilan menyusui selalu melibatkan sistem dukungan yang kuat. Bahkan, hak menyusui telah dijamin dalam UU No. 4 Tahun 2024 tentang Kesejahteraan Ibu dan Anak. Oleh karena itu, diperlukan langkah nyata dan kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat untuk membangun sistem yang mendukung ibu menyusui secara berkelanjutan.
Lingkungan Kerja yang Ramah Ibu Menyusui Mengurangi Risiko Malnutrisi Anak
Lingkungan kerja memiliki peran besar dalam mendukung atau menghambat ibu menyusui. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2023 menunjukkan bahwa lebih dari 60% ibu bekerja mengalami kesulitan mempertahankan pemberian ASI setelah kembali bekerja. Salah satu penyebab utamanya adalah ketiadaan ruang laktasi yang layak di tempat kerja.
Temuan dari Health Collaborative Center juga menunjukkan bahwa ibu yang tidak memiliki akses ruang laktasi memiliki risiko lebih tinggi memiliki anak dengan malnutrisi. Artinya, tidak tersedianya fasilitas ini bukan hanya berdampak pada kenyamanan ibu, tetapi juga pada kondisi gizi anak. Oleh karena itu, dukungan konkret dari dunia kerja menjadi hal yang mendesak, terutama dalam memastikan hak ibu dan anak terpenuhi.
Edukasi dan Fasilitas Nyata Sebagai Pilar Dukungan Menyusui
Dalam acara Bunda Parenting Convention, pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter anak, dokter kandungan, konsultan gizi, konselor laktasi, dan psikolog dihadirkan untuk memberikan edukasi lengkap kepada keluarga. Di luar edukasi, penyediaan fasilitas juga menjadi pilar penting. BMHS, melalui jaringan RS Bunda Group, telah mengimplementasikan komitmen ini dengan menyediakan ruang laktasi di seluruh unit rumah sakitnya. Fasilitas ini tidak hanya diberikan untuk pasien, tetapi juga untuk karyawan internal, dengan dukungan kebijakan yang memungkinkan ibu menyusui tetap bisa memerah ASI tanpa mengganggu pekerjaan.
Hasilnya, 88,3% ibu pengguna ruang laktasi melaporkan produksi ASI yang mencukupi kebutuhan anak mereka. Selain itu, studi menunjukkan bahwa anak dari ibu tanpa akses ruang laktasi memiliki risiko empat kali lebih tinggi mengalami malnutrisi. Fakta-fakta ini menegaskan bahwa dukungan institusi sangat menentukan keberhasilan menyusui secara berkelanjutan.
Kesimpulan
Dukungan menyeluruh dari keluarga, tenaga kesehatan, dan lingkungan kerja terbukti krusial dalam menjaga keberhasilan menyusui. Ketika support system berjalan efektif, anak berpeluang tumbuh sehat secara fisik, emosional, dan intelektual. Di balik setiap anak yang tumbuh sehat, ada Mama yang didukung sepenuh hati.